Hellowww genks😘😘
Kaliann luwaaarr biazahhh.. udah 83K lebih viewersnya, votenya juga udah mau 12K, komennya pun udah 4K lebih..Nggak bosen2nya aku ucapin makasihhh buat kaliannn
Yukk ahh..
Vote dan komenn yang buwaaanyakkk....
Hepi reading🔥
Malam semakin larut, namun kantuk belum juga menghampiri Dinda yang kini justru bergerak gelisah di dalam selimut tipisnya.
Wanita itu menatap gelang rantai titanium berinisial F yang melingkari pergelangan tangan kanannya.
"Dipakai ya Din."
Dinda yang sedang fokus berjalan di belakang Hayu dan Bagas tersentak melihat uluran gelang rantai digangan Fikri.
"Biar couple, lucu kan?"
Tawa ringan Dinda meluncur begitu saja kala melihat fikri memakai gelang yang sama dengan inisial D.
"Kamu kaya ABG loh mas." Kekeh Dinda.
Fikri tersenyum malu tak berani menatap Dinda, lelaki itu lebih banyak diam dan menunduk sejak tadi selesai membeli arum manis, tangannya yang tadi digenggam Dinda masih terasa dingin, namun berbunga-bunga.
"Ini belinya udah lama sih.. tapi belum ada timming yang pas, kalau nggak mau pakai, simpen aja ya." Ujar Fikri.
Dinda cemberut lucu "pasangin dong"
Fikri menghela nafas sambil mengusap dada bidangnya.
"Kamu jangan sering-sering kaya gini ya Din." Pinta Fikri dengan nada frustasi sambil terus menunduk dan memasangkan gelang itu pada Dinda.
"Gini gimana maksudnya?"
"Ya gini, minta di gandeng, senyum lebar-lebar, cemberut lucu gitu. Bahaya buat jantung mas Din, dosa ini.. masih belum halal." Protes Fikri dengan nada frustasi.
Dinda justru semakin terbahak "yaudah.. maaf deh mas.. nggak lagi-lagi."
"Besok kalau memandang kamu itu sudah halal dan dihitung pahala, mas nggak akan biarin bibir kamu diam. Pokoknya harus senyum terus. Sekarang diem aja dulu, jangan bikin mas zina mata terus."
Tawa Dinda hampir pecah, namun disis lain ia juga tersentuh. Wanita itu memasang posisi hormat.
"Siap komandan."
"Oke sip. Jadi kamu mau dihalalin kapan?"
"Eh? Kok tanya Dinda.. tanya Bapak sama Ayah dong."
Fikri berjalan mendahului Dinda menyusul Bagas dan Hayu yang sedang memilih tas batik di dalam toko oleh-olehnya.
"Secepatnya.. harus secepatnya." Ujar Firki dengan nada rendah namun dapat Dinda dengar dengan jelas.
Dinda meraba kedua pipinya yang terasa panas hanya karena mengingat kejadian tadi.
Fikri ini kenapa sih? Kok makin lama makin jago bikin Dinda dag-dig-dug nggak jelas gini.
Disisi lain
Bagas memandang sang istri yang kini tertidur berbantalkan lengannya.
Dinda nampak sangat bahagia bersama Fikri, ia pun demikian. Namun kenapa setitik rasa cemburu itu tak terelakkan?
Tapi tak dapat Bagas pungkiri ia pun bahagia atas kebahagiaan Dinda yang selama ini tak mampu ia berikan.
"Kamu kelihatan sangat bahagia bersama Fikri."
Dinda yang sedang mengamati kain-kain batik yang tertata rapih itu cukup terkejut mendapati Bagas berdiri sisi lain gantungan sampel batik yang sama dengan dirinya.
Mereka seolah saling berhadapan namun terhalang sebuah gantungan yang berisi jajaran sampel kain batik.
"Mas juga sudah bahagia bersama mbak Hayu.. ah ya, selamat untuk kehamilan mbak Hayu, semoga kalian semua selalu sehat dan selalu dalam lindungan Allah." Balas Dinda.
Cukup lama mereka saling diam, Hayu sedang sibuk memilih daster-daster batik yang cantik berasama dua orang pramuniaga sementara Fikri masuk ke dalam ruangannya untuk mngurus sesuatu.
"Maaf"-
Ujar Bagas dan Dinda bersamaan.
"Aku yang harusnya minta maaf mas.. maaf atas semua kesalahanku dulu.. maaf saat itu aku melibatkanmu dalam situasi yang begitu sulit. Maaf dulu aku bukan istri yang baik dan sempurna." Ucap Dinda dengan begitu lancar dan sarat akan ketulusan dan penyesalan.
Bagas tertegun sejenak.
"Aku juga minta maaf... banyak salahku yang mungkin tak akan bisa ditebus hanya dengan maaf.. katakan padaku harus dengan apa aku menebus kesalahanku atas--
"Sudah mas.. jangan dibahas." Potong Dinda, ia tak ingin membahas mengenai calon buah hatinya yang telah tenang disana.
"Ku anggap kita impas mas.. cukup kita saling memaafkan saja dan melanjutkan hidup kita masing-masing. Aku juga beterimakasih atas kasih sayang selama duapuluh satu tahun yang mas curahkan untukku. Terimakasih telah mengajari dan membuatku mengerti tentang hidup yang sesungguhnya."
Bagas menghela nafas sesak.
"Terimakasih.. terimakasih pernah hadir dalam hidupku. Biar kusimpan semua kenangan kita disudut hatiku. Thank you Bhi."
"Aku permisi mas.." pamit Dinda dengan suara bergetar.
"Mas! Sini! Ada baju couple lucu."
Bagas segera menghampiri istrinya dengan senyum mengembang ia meladeni setiap ocehan Hayu yang kadang membuatnya gemas.
Diam-diam lelaki itu menatap Dinda dan Fikri yang tengah bercanda sambil tersenyum lega.
Mungkin memang sudah seharusnya seperti ini.
Kedua sejoli yang kala itu saling dimabuk cinta, dan berangan-angan menapaki indahnya biduk rumah tangga berdua, kini bahagia dengan jalan mereka sendiri-sendiri.
Rencana hidup yang disusun manusia memanglah indah, namun renacan yang digariskan Tuhan pastilah yang terbaik.
Berbahagialah dua hati yang dulu saling terikat dan kini telah memiliki pemilik baru.
Berdamailah dua jiwa yang pernah saling menyatu dan kini telah berada pada jalannya masing-masing.
🍃END🍃
TAPI BO'ONG
Cut🤣🤣🤣🤣🤣
KAMU SEDANG MEMBACA
HURTS [END/COMPLETE]
ChickLit#1 on HURTS [26/06/20] #15 on TEARS [28/07/20] Biarlah aku dan kamu tetap menjadi kita dalam lubuk hati terdalamku Menguncimu bersama jutaan kenangan yang pernah kita lalui dan bagi, menjadikannya sebuah memori terindah dan pembelajaran hidup berhar...