Hallooohaaa
Komennya mengendur nihh..
Kencengin lagi dong;( biar semangat🤣Absen dulu yuk
"Saya terima nikahnya Hayu Ramania Al-Khalim binti Idris Al-Khalim dengan maskawin seperangkat alat sholat dibayar tunai."
Malam ini..
Bagas menatap wajah polos nan berseri milik Hayu, wanita yang pagi tadi resmi menjadi istrinya.
Dengan sangat hati-hati Bagas mengusap pipi halus istrinya.
Adil kah ini untuk Hayu?
Batin Bagas bertanya. Wanita yang telah menyerahkan seluruh hidupnya untuk Bagas, namun justru Bagas menyerukan nama Dinda disaat mencapai puncak ibadah suami istri mereka, di malam pertama mereka.
Dimana harusnya Hayu lah yang menjadi ratu, menduduki tahta tertinggi dihati Bagas namun justru Bagas malah mencintai wanita lain, yang tak lain adalah mantan istrinya.
Malam pertama yang seharusnya indah, panas dan penuh damba diantara keduanya justru berakhir dengan tangis lirih Hayu.
"Mas.."
Lirih Hayu mengusap pipi Bagas yang tiba-tiba saja menangis membuatnya terbangun.
"Maafin mas, dik." Ujar Bagas memeluk Hayu erat, membuat tubuh polos mereka bersentuhan semakin intens.
"Ndak papa mas.. adik sudah memaafkan mas.." jawab Hayu menenangkan Bagas.
"Mas akan belajar mencintai kamu.. mas janji kita akan bahagia dik." Hayu mengangguk atas ucapan Bagas meski ia pun ragu.. ia tak bodoh untuk melihat betapa Bagas mencintai mantan istrinya, bahkan tadi saat ia membereskan pakaiannya pun ia masih menemukan foto-foto Dinda yang tersimpan rapih disela-sela tumpukan baju milik Bagas, tak hanya itu bahkan ketika bagas menyerukan nama Dinda saat mencapai puncak kenikmatan mereka.
Dalam diamnya Bagas pun meragu. Mampukah cinta yang telah tumbuh sedemikian kuat dan hebatnya bisa hilang begitu saja?
Nama itu seolah terpatri permanen di dalam hatinya.
Namun sisi lain diri Bagas menyadarkan dirinya, bahwa kini ada Hayu, wanita yang tertidur pulas dalam dekapannya ini adalah satu-satunya yang harus dan pantas ia cintai. Istrinya.
Bagas meyakinkan dirinya sendiri bahwa bersama Hayu semuanya akan lebih mudah. Semoga saja.
Lelaki itu mengecup puncak kepala Hayu tanpa ragu.
Disisi lain..
"Dinda yakin yah, bun.."
Secha dan Seto menatap putrinya ragu.
"Lagian cuma satu tahun, nggak lama kan? Dinda pengen bener-bener memperbaiki diri yah, bun.."
"Kakak yakin?" Tanya Seto, sebenarnya ia memang dapat melihat keseriusan dimata putrinya, namun ia sendiri tak rela melepas Dinda pergi, meski hanya satu tahun.
"Ayah Bunda bisa apa kak kalau itu memang keinginan kakak.." final Secha membuat Dinda tersenyum merekah dan memeluk kedua orangtuanya.
Minggu depan Dinda akan berangkat ke Jogja untuk memperdalam ilmu agamanya dan benar-benar memperbaiki diri serta mengobati luka hatinya di salah satu pesantren disana.
Ia ingin mendekatkan diri pada Allah, ia ingin benar-benar menjadi pribadi yang lebih baik.
Berlarut-larut dalam kenangan kusut masa lalu bukanlah hal yang baik, meski tak dapat ia pungkiri bahwa ia merindukan Bagas..
Lelaki itu akan selalu menempati tempat special dihatinya.
Tak dapat dipungkiri bahwa rasa rindu itu kian menggebu dan menyiksa, namun Dinda tak berani menghubungi Bagas, ada rasa sungkan, marah dan sedih yang tak terdefinisikan tiap kali ia menatap kontak Bagas di.ponselnya.
Dinda menutup rapat-rapat matanya. Batinnya berkeyakinan penuh bahwa kalau memang mereka berjodoh, mereka akan dipertemukan kembali dengan jalan dan cara yang baik.
Ia pun harus melanjutkan hidupnya dengan lebih baik lagi.
Cut ibu2.. maaf ya pendek;(
KAMU SEDANG MEMBACA
HURTS [END/COMPLETE]
ChickLit#1 on HURTS [26/06/20] #15 on TEARS [28/07/20] Biarlah aku dan kamu tetap menjadi kita dalam lubuk hati terdalamku Menguncimu bersama jutaan kenangan yang pernah kita lalui dan bagi, menjadikannya sebuah memori terindah dan pembelajaran hidup berhar...