Halooo
Siapa yang masih melek???Siapa hayoo?? Siapa???
Cuss nih.. Om Bagas sama Dinda siap mengaduk-aduk emosihh kalian😂😂😂
"Habiskan susu itu cepat. Jangan pernah tunjukan kehamilanmu kepada orangtuaku."
Titah Bagas tegas dengan tatapan tajam saat mobilnya mulai memasuki sebuah area pedesaan yang asri.
Dinda tak membantah, wanita itu menyedot susu hamilnya dengan kuat hingga tandas dalam sekejap.
"Bersikaplah seperti biasa. Jangan sampai ibu dan bapak curiga."
Lagi-lagi Dinda mengangguk tanpa banyak kata, ia hanya harus menurut tanpa banyak menuntut karena memang ia tidak memiliki hak sedikitpun.
Tak lama kemudian mobil SUV milik Bagas tiba disebuah rumah kuno namun terlihat begitu elegan dengan pekarangan yang begitu luas.
Dua orang suami istri berusia senja nampak duduk manis di halaman depan dimana dua buah kursi goyang terletak disana.
"Assalamualaikun Bapak, Ibuk." Ujar Bagas dan Dinda serentak.
"Waalaikumsalam, cah bagus." Jawab ibunda Bagas sambil memeluk anaknya dengan erat dan melewati Dinda begitu saja, entahlah.. Dirinya dulu begitu menyayangi Dinda, namun setelah Dinda dan Bagas menikah seperti ada sebuah rasa tak suka menggelayuti batin Ane, seperti ada yang tak beres.
"Walaikum salam Gas, Din. Anak sama menantunya diajak masuk dulu buk, kasian pasti mereka capek." Titah Qadri.
Hari menjelang malam, kini Dinda dan Bagas sedang bersiap untuk tidur. Mungkin lebih tepatnya Dinda, karena Bagas enggan satu ranjang dengan Dinda dan mengakibatkan wanita yang tengah hamil itu tidur di lantai yang beralaskan karpet tipis dan selimut.
Sementara Bagas sudah terlebih dahulu terlelap dan mengarungi alam mimpi.
Dinda berusaha memejamkan kedua matanya, namun terasa begitu sulit karena hawa dingin yang begitu menusuk kulitnya dan sedikit membuat perutnya kram dan tak nyaman.
Segala posisi tidur sudah ia coba dan ia benar-benar tak menemukan posisi yang nyaman.
Sudah pukul duabelas malam tepat, dan Dinda masih sibuk mencari posisis nyaman, ia pun memutuskan untuk duduk bersandar di kaki ranjang dengan bantal sebagai penghalang, berharap posisi ini nyaman untuk anaknya.
Dan, berhasil. Posisi ini jauh lebih nyaman.
Kedua mata indah Dinda mulai terpejam seiring dengan udara yang terasa semakin dingin, hingga sebuah suara mengintrupsinya.
"Naik kemari." Titah Bagas dengan suara serak.
Dinda cukup terkejut, perlahan namun pasti ia menoleh dan menatap Bagas yang masih menutup matanya.
"Naik! Telingamu masih berfungsi kan?"
Tak membuang waktu, Dinda segera mengambil tempat disisi Bagas.
"Makasih mas." Lirih Dinda.
Bagas tersenyum miring dengan mata yang masih terpejam.
"Benar-benar merepotkan."
Dinda menghela nafas "maaf mas."
"Tidak usah banyak bicara. Tidur! Besok bangun lebih awal dan bantu ibuku masak. Setidaknya jadilah berguna."
KAMU SEDANG MEMBACA
HURTS [END/COMPLETE]
Romanzi rosa / ChickLit#1 on HURTS [26/06/20] #15 on TEARS [28/07/20] Biarlah aku dan kamu tetap menjadi kita dalam lubuk hati terdalamku Menguncimu bersama jutaan kenangan yang pernah kita lalui dan bagi, menjadikannya sebuah memori terindah dan pembelajaran hidup berhar...