HELLOWW
ABSENNN SINI ABSEN....
Sebisa mungkin aku balas satu2 komen kalian guyss.. tp apalah dayaku😖💔
Oh iya.. sebenernya aku mau up daritadi.. tp wifi rumah matiiiii. Maaf ya
Jangan bosen2 komen dan vote ya..
WARNING!
BAB INI PENUH KE-UWU-AN
MOHON yang jomblo sabar ya😭😭😭Dinda menatap Fikri tanpa bosan, lelaki yang kini duduk menyantap makan malamnya dalam balutan beskap putih berpayet itu dengan senyum merekah.
Dadanya bergetar kala mengingat lelaki yang dengan sangat jantan menjabat tangan Ayahnya siang tadi selepas salat Jumat dan dengan lantang mengucap kalimat yang membuat Dinda semakin jatuh dalam jerat cinta lelaki itu.
"Saya terima nikah dan kawinnya Sang Shabira Adinda Nugroho Binti Seto Nugroho dengan mas kawin seperangkat alat salat dibayar tunai."
"Jangan liatin mas gitu terus lah Din." Protes Fikri mengintrupsi Dinda.
Dinda mencebik "Pelit amat sih mas, diliatin doank mah nggak bikin kamu rugi."
"Nggak gitu Din, jantung mas rasanya mau copot ini gara-gara kamu." Keluh Fikri, keduanya kini sedang menikmati makan malam berdua selepas acara resepsi pernikaha mereka disebuah hotel bintang lima milik ayah Dinda.
Disebuah taman dengan nuansa rustic diapadu warna pink pudar senada dengan gaun simpel namun elegan yang kini Dinda kenakan.
"Kok Dinda?"
"Abis kamu cantik banget sih." Tutur Fikri terdengar gombal namun jujur itulah yang ia rasakan sejak melihat Dinda pagi tadi selepas akad.
Wanita cantik itu nampak semakin cantik, bukan karena wajahnya yang dirias, tapi karena kini memandangnya adalah halal dan pahala untuk Fikri.
Sungguh benar, nikmat manalagi yang engkau dustakan.
Dinda terkekeh "gombalin teruss pak.. jangan kasih kendor." Ejek Dinda menatap Fikri.
"Serius sayang."
Dinda sontak terdiam "apa?" Tanya wanita yang kini resmi menyandang gelar sebagai seorang istri tersebut.
"Serius." Ulang Fikri.
"Serius.." pancing Dinda
"Sayang." Sambung Fikri, membuat Dinda tersenyum lebar.
"Lagi coba."
"Sayang." Ulang Fikri yang menurut begitu saja.
Dinda merengek manja "manisnya suamiku."
Fikri terkekeh dan menggenggam tangan Dinda.
"Mas nggak pinter nge gombal, tapi intinya hari ini mas seneng banget, bahagia banget dan bersyukur banget bisa memiliki kamu sebagai istri mas, wanita yang sejak dulu mas sebut setiap mas bermunajat kepada Allah."
Dinda tersenyum menatap lelaki yang berhasil mencuri hatinya itu dan berjalan mengitari meja bundar yang menjadi penghalang mereka lalu memeluk Fikri dari belakang.
"Mas Mbak! Ngamar gih!!"
Fikri dan Dinda terkejut menatap Bambang yang berteriak dari sebuah kamar entah dilantai berapa, yang jelas cukup tinggi.
"Ganggu aja lo Bambang!" Balas Dinda
Beberapa saat kemudian
Fikri dan Dinda tiba dikamar mereka dengan perasaan yang sama-sama berdegub tak karuan.
"Mas mau mandi." Ujar Fikri, Dinda mengangguk.
Dinda dengan senyum yang masih setia menghiasi bibirnya itu mulai melepas jilbab pink pudar dengan model simpel yang membalut kepalanya.
Rambut lurus hitamnya tergerai indah, wanita itu bahkan telah melepas gaunnya dan menggantinya dengan kimono handuk yang tersedia di atas kasur king size bertabur bunga itu.
"Astaghfirullah!"
Dinda menoleh kala mendengar suaminya beristighfar begitu kencang.
"Mas? Kenapa?"
"Kerudung kamu mana!" Tanya Fikri dengan nada meninggi tanpa menatap Dinda.
"Aku lepas lah." Jawab Dinda santai dengan menahan tawa.
"Pakai jilbab kamu Din, kalau kamu nggak mau mas mati muda karena jantungan." Titah Fikri.
Dinda terbahak, wanita itu semakin gencar menggoda Fikri.
Saat suami-suami yang lain akan memuji istrinya kala malam pertama maka berbeda dengan Fikri yang justru ketakutan bak melihat setan.
Dinda mencolek lengan Fikri "Mas.. masa liat istrinya sendiri kaya liat dedemit gitu sih."
Fikri tak bergeming, lelaki itu menyembunyikan wajahnya dibalik handuk.
"Yaudah deh.." Pasrah Dinda mengalah dan sedikit kecewa,berharap dipuji eh malah seperti ini.
Wanita itu masuk ke dalam kamar mandi, namun sebelumnya mengambil ganti terlebih dahulu.
Bisa-bisa nanti suami tampannya itu pingsan kalau melihat Dinda keluar dari kamar mandi hanya dengan balutan handuk.
Setelah mendengar suara pintu kamar mandi tertutup, Fikri langsung bernafas lega.
Ya Tuhan.. kenapa ia payah sekali sih?
Setengah jam berlalu Fikri yang sedari tadi sudah siap dengan sarung dan baju kokonya mulai sedikit khawatir.
"Din.. buruan, belom shalat isya loh." Panggil Fikri sambil mengetuk pintu kamar mandi.
"Waktu isya panjang." Jawab Dinda sewot.
Fikri menghela nafas "Nanti kamu masuk angin Din."
"Nggak usah nyalah-nyalahin angin! Dinda mandi pakai air bukan angin!"
"Yasudah.. tidur nyenyak dikamar mandi ya sayangku." Final Fikri menahan tawa.
Tak lama Dinda keluar dalam balutan gamis berbahan kaos berwarna hitam polos lengkap dengan jilbab panjang menjuntainya.
"Masyaallah.. cantiknya bidadari surgaku." Puji Fikri tersenyum seolah tanpa dosa dan rasa bersalah, padahal Dinda dongkol setengah mati.
Fikri mengusap puncak kepala Dinda dengan lembut "Salat dulu yuk."
Setelah menunaikan salat berjamaah dan berdoa, Fikri membalikan badannya dan mengulurkan tangannya pada Dinda.
Wanita itu mencium punggung tangan Fikri dengan takdzim.
Debaran di dada Fikri tak terelakan, impiannya selama ini terwujud sempurna.
Begitupun dengan Dinda, rasa kesalnya pada Fikri menguar begitu saja, sebuah senyuman menghiasi bibir Dinda setelah selesai mengecup punggung tangan Fikri.
"Masyaallah.. mas diabetes lama-lama Din." Puji Fikri mencubit pelan hidung bangir Dinda.
"Sholat dua rakaat lagi yuk." Dinda mengangguk.
Fikri meletakan tangan kanannya diatas kepala Dinda sambil berdoa.
Dengan memantabkan niatnya, lelaki itu perlahan membuka jilbab istrinya.
"Kamu cantik.. sangat cantik." Puji Fikri sambil menarik gelungan rambut Dinda yang tadi membuatnya kelabakan.
Jemarinya mengusap pipi halus Dinda dan membisikan kata-kata cinta.
Debarannya tak kuasa tertahan kala bibirnya bertemu dengan bibir menggoda Dinda, menciumnya lembut disana.. benar-benar lembut.
Dan malam itu, rintik gerimis menjadi saksi penyatuan dua manusia yang telah terikat dalam ikatan suci pernikahan.
Desah alunan merdu yang keluar dari bibir manis Dinda mengobarkan sisi lain diri Fikri yang begitu panas dan nakal.
Bermodalkan insting seorang pria dewasa, Fikri membawa Dinda terbang keawang-awang menikmati surga dunia.
Cut ya😘😘😘
Gimana nih gimana...
KAMU SEDANG MEMBACA
HURTS [END/COMPLETE]
ChickLit#1 on HURTS [26/06/20] #15 on TEARS [28/07/20] Biarlah aku dan kamu tetap menjadi kita dalam lubuk hati terdalamku Menguncimu bersama jutaan kenangan yang pernah kita lalui dan bagi, menjadikannya sebuah memori terindah dan pembelajaran hidup berhar...