Helllowww
Welcome back!!!Bahagiaa banget aku tuh.. respon kalian dengan cerita ini amat sangat beragam dan bersebrangan🤣 bikin rame dan bikin aku syemangatss
Yukkk komennn dan vote yang banyakkkk... wkwkwk
Cuss hepi reading
"Saya ini janda mas, mas juga tau masa lalu saya seperti apa. Rasa-rasanya saya merasa sangat tidak pantas menerima lamaran mas, diluaran sana pasti banyak gadis yang lebih baik dari saya yang pantas bersanding dengan mas."
Fikri tak gentar meski wajahnya tak dapat menyembunyikan raut wajanya yang nampak sangat kecewa, sebisa mungkin lelaki itu tersenyum dan menatap Dinda sekilas sebelum kembali menunduk.
"Mas akan tetap menunggu Dinda, mas percaya dengan kekuatan cinta dalam doa, mas percaya pada Allah, Sang Maha Pembolak-balik hati." Ujar Fikri mantab, meski tanpa menatap Dinda, membuat Dinda semakin merasa tak enak hati. Sisi lain dalam diri wanita itu benar-benar tersentuh dengan perbuatan dan pernyataan Fikri yang dengan segala keikhlasan hatinya mau menunggu Dinda, namun disisi lain ada seorang pria yang selalu Dinda impikan menjadi pasangan hidupnya kelak. Yang Dinda akan rebut kembali kelak hatinya saat ia sendiri telah merasa mantab dan lebih baik lagi.
"Nggak papa, mas nggak akan paksa Dinda. Biar mas rebut hati Dinda disepertiga malam." Kekeh Fikri mencoba mencairkan suasana, Dinda tersenyum samar.
Fikri, lelaki itu nyaris tak memilik kekurangan, baik dilihat dari fisik, finansial maupun agamanya, namun mengapa berat hati Dinda untuk menerimanya?
Semilir angin malam seolah menjadi penyejuk dan pelipur sesak di dada Fikri. Lelaki yang baru pertamakali merasakan jatuh cinta itu kini pun merasakan patah hati untuk yang pertamakalinya pula.
"Dinda mau kan simpan ini dulu?" Tanya Fikri mengulurkan kotak bludru berwarna merah kepada Dinda, setelah mereka saling diam mengunci mulut dalam waktu yang agak lama.
Wanita itu diam, tak tau harus berbuat apa, suara jangkrik khas malam hari menjadi pengisi diantara keduanya.
"Simpan ya, mas permisi dulu. Kalau sampai ketahuan sama Ibu, bisa dinikahkan paksa kita." Kekeh Fikri, lelaki itu beranjak dari kursi panjang dipinggir kolam ikan di belakang pesantren.
Dinda terkekeh sejenak "kita nggak cuma berdua mas, disana ada Putri, Ana, Karyo sama Ibnu." Tunjuk Dinda pada keempat manusia yang berdiri tak jauh dari mereka, bahkan Fikri sendiri yang mengajak mereka agar tak menimbulkan fitnah. Toh lagipula ia merasa tak nyaman jika harus berduaan. Takut Khilaf.
"Yasudah, mas pamit. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, mas."
Dibelahan kota lain..
Seorang pria tampan dengan brewok tipis menghiasi rahang tegasnya dan setelan kantor formal yang masih sangat rapih membalut tubuh atletisnya kini nampak memasuki sebuah rumah minimalis bertingkat dua sambil menenteng tas kerjanya dan plastic putih berisi nasi goreng babat pesanan sang istri yang entah masih terjaga atau sudah tidur, mengingat ini sudah pukul sepuluh malam.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam mas,,"
Bagas cukup terkejut mendapati istrinya yang selalu memakai jilbabnya bahkan ketika mereka sedang berdua, kini tampil dalam balutan gaun tidur yang mempertontonkan paha mulusnya dan buah dada yang tak terlalu besar namun pas dalam genggaman Bagas. Kulit kuning langsatnya nampak semakin mencolok kala beradu dengan gaun tidur tipis merah tua berbahan sutra itu. Rambut hitam legamnya terurai lurus menutupi pundaknya yang nampak mengintip malu-malu dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
HURTS [END/COMPLETE]
ChickLit#1 on HURTS [26/06/20] #15 on TEARS [28/07/20] Biarlah aku dan kamu tetap menjadi kita dalam lubuk hati terdalamku Menguncimu bersama jutaan kenangan yang pernah kita lalui dan bagi, menjadikannya sebuah memori terindah dan pembelajaran hidup berhar...