Halo guyss😂😂
Lama nggak up nihhh...Aku nggak mau target vote lagi ah..
Ttp aja banyak yang jadi siders😕Tapi gapapa.. Aku ttp sayang kalian😂😂
Cuss ahh.. Hepi reading all
"Turun dan masuklah, temui dokter Ana, aku sudah membuat janji dengannya."
Dinda masih tak mengerti dengan ucapan Bagas, mereka kini telah tiba di area parkir sebuah klinik khusus ibu dan anak.
Bagas berdecak kesal "periksakan keadaan anakmu. Aku tunggu disini."
"Tap-
"Bisakah turuti ucapanku tanpa membantah?!" Bentak Bagas membuat Dinda diam seketika, dengan tangan kosong dan kaki beralaskan sendal jepit Dinda keluar dari mobil SUV milik Bagas.
"Ibu Dinda?"
Dinda mengangguk sopan kala seorang suster mendatanginya sambil membawa beberapa tumpukan map.
"Mari bu saya antar ke ruangan dokter Ana, beliau sudah menunggu."
Lagi-lagi Dinda mengangguk, tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya.
Pemeriksaan kadungannya berjalan begitu saja, ada setitik rasa haru di hati Dinda kala dokter yang ternyata adalah teman sekolah Bagas itu menceritakan bahwa Bagas telah membuat jadwal pemeriksaan dengan Ana dua hari yang lalu, itu artinya Bagas masih peduli padanya. Namun tetap saja, Dinda tak memiliki keberanian untuk berharap lebih jauh pada Bagas. Ia hanya bisa menanti dan selalu berusaha agar ia kembali pantas bersanding dengan Bagas, meski ia tau itu tak mudah.
"Jadi kamu kesini sendiri?" tanya Ana disela-sela konsultasi mereka, sambil menunggu hasil usg dan obat yang sedang disiapkan suster dan apoteker di klinik tersebut.
"Mas Bagas mengantar, tapi Mas Bagas sedang istirahat di mobil." bohong Dinda, tak mungkin kan ia menceritakan sejujurnya? Bagas sudah sangat berbaik hati padanya, tak mungkin ia menjelek-jelekkan Bagas di depan orang lain.
Ana berdecak "lelaki itu"
"Mas Bagas sangat baik." bela Dinda spontan, membuat Ana terkekeh.
Setelah menerima hasil usg dan vitamin, Dinda menuju ke parkiran dengan ditemani seorang suster.
"Makasih ya sus." ujar Dinda dengan senyum hangat.
"Baik bu, sehat selalu."
Selepas kepergian suster itu, Dinda nampak ragu untuk mengetuk kaca jendela Bagas, karena lelaki itu nampak pulas tertidur, Dinda sudah sangat lama mengenal Bagas, ia tau kalau lelaki itu benar-benar terlelap.
Wanita itu memilih berdiri disamping mobil Bagas dan mengamati raut wajah suaminya yang begitu tenang dari balik kaca mobil yang tak terlalu gelap.
Lelaki yang telah begitu baik mau menutupi aib yang ia ciptakan, lelaki baik yang mau mengakui darah daging lelaki lain sebagai anaknya.
Namun disatu sisi, Dinda pun ingin menyerah. Terkadang ia benar-benar tak tahan dengan perlakuan dingin Bagas, perkataan pedas Bagas dan sikap keras yang kerap kali lelaki itu tunjukan.
"Hey! Sampai kapan kamu akan berdiri disana seperti orang bodoh!" ujar Bagas dengan keras dan nada tak suka, tatapannya benar-benar kental akan aura kemarahan membuat Dinda gelagapan bukan main.
Wanita itu segera masuk, setelah Bagas membuka kunci mobilnya.
"Bodoh sekali! Apa yang kamu lakukan disana?! Berharap aku mengasihani mu?!" tuduh Bagas, Dinda sontak menggeleng.
"Mas tadi tidur pules banget.. Dinda nggak mau ganggu mas." lirih Dinda membuat Bagas berdecak tak suka.
Perjalanan mereka terasa begitu sunyi, hingga setengah jam kemudian mereka tiba kembali dirumah Bagas.
Dinda dan Bagas sama-sama mengernyit heran kala melihat ribut-ribut di depan pintu rumah Bagas.
Secepat kilat Bagas turun, disusul oleh Dinda.
Tubuh Dinda mendadak dingin kala melihat lelaki yang sejak kemarin menghantui pikirannya itu terlihat sedang baku hantam dengan beberapa bodyguard Bagas.
"Apa yang kamu mau bocah tengil?!" seru Bagas membubarkan anak buahnya dan tentu saja Max.
Max tersenyum miring "aku ingin menjemput jalang sialan yang sedang mengandung anakku itu!"
"Bocah semprul!" seru Bagas menghadiahi Max dengan sebuah bogem mentah, dan membuat Max langsung tersungkur.
"Bawa Dinda masuk! Kunci dia di dalam kamarku! Ikat dia disana!" seru Bagas pada anak buahnya yang langsung menyeret Dinda yang masih terpaku disana.
Bugh
Bagas kembali meninju pipi Max
"Ini karena kau telah menyebut istriku jalang!"
Bugh!
"Ini karena kamu berani menyebut anak itu anakmu! Dia milikku!"
Bagas beranjak dari atas tubuh Max, disela-sela rasa sakitnya Max terkekeh dengab nada mengejek.
"Apa spermamu tidak cukup kuat untuk menghasilkan anak sendiri tuan Bagas?"
Bagas tak terprovokasi omongan bocah tengil macam Max, pria itu segera masuk ke dalam rumah setelah menyuruh anak buahnya untuk mengurus Max.
Dengab nafas naik turun tak beraturan Bagas masuk ke kamarnya, menemukan Dinda yang duduk di lantai dengan kedua tangan dan kaki terikat.
Wanita itu menunduk dengan tubuh terguncang.
"Apa yang kau tangisi bodoh?!" tanya Bagas dingin.
Dinda tak menjawab, ia masih menunduk dalam tangisnya.
"Tidak ada gunanya kamu menangis! Berhentilah menangis seolah-olah kamu korban disini dasar BODOH!" Teriak Bagas sambil menarik kasar rambut Dinda, hingga membuat wanita itu mendongak kesakitan.
Cuttttttt😯😯😯😯😯😯😯
Mana nih?
Dinda BAGAS
OR
Dinda MAX
KAMU SEDANG MEMBACA
HURTS [END/COMPLETE]
ChickLit#1 on HURTS [26/06/20] #15 on TEARS [28/07/20] Biarlah aku dan kamu tetap menjadi kita dalam lubuk hati terdalamku Menguncimu bersama jutaan kenangan yang pernah kita lalui dan bagi, menjadikannya sebuah memori terindah dan pembelajaran hidup berhar...