Angin sore yang sejuk menerpa kulit yang berbalut jaket seorang pemuda tampan yang tengah mengendarai motor sportnya dengan gagahnya.Berhenti di tengah jalan menunggu lampu lalu lintas itu kembali berwarna hijau. Namun panglihatannya menemukan sosok yang tidak asing terlihat sedang duduk menunduk disebuah halte bis.
Pemuda itu menghentikan motornya tepat didepan halte.
"nih." Dia mengulurkan sebuah sapu tangan.
"Jaehyun!"
Iya Jaehyun pemuda yang saat ini tengah duduk menemani wanita berbadan mungil disampingnya. Eunha.
"makasih." Eunha mengambil sapu tangan yang pemberian Jaehyun.
"lo kenapa?" tanya Jaehyun.
Eunha menggeleng, tidak berniat menceritakan kisahnya yang menyedihkan.
Terdengar helaan nafas dari Jaehyun, dia tidak dapat memaksa seseorang untuk bercerita bukan?
"mau pulang?" tanya Jaehyun lagi.
"belum Jae, aku masih mau disini. Kamu duluan aja, aku nungguin bis aja." jawab Eunha.
"jam segini lo yakin mau nungguin bis? setau gue bis terakhir udah sekitar 30menit yang lalu." ucap Jaehyun.
Kemudian Eunha melihat jam yang melingkar dipergelangan tangannya. 18.00.
"gpp gue bisa pakek ojol nanti." kata Eunha.
Kemudian Jaehyun berdiri melepas jaket yang iya kenakan, memberikannya kepada Eunha.
"nih pakai."
"nggak usah nanti lo kedinginan." Eunha mendorong pelan tangan yang mengulurkan jaket itu.
"ck. Gue nggak bakal mati kedinginan. kecuali itu lo. Badan kecil juga sok-sokan kuat nahan dingin." omel Jaehyun, sambil menggantungkan jaket itu bahu Eunha.
"ayok gue anterin pulang!?" lanjut Jaehyun dengan posisi dedepan Eunha.
"Jae?" panggil Eunha, dia mendongakan kepalanya menatap Jaehyun yang sekarang berdiri didepannya.
"hmm"
"temenin aku disini sebenetar, sebentar aja." ucap Eunha kemudian kembali menundukkan kepalanya.
Terdengar suara isakan lagi, Eunha kembali menangis. Jaehyun yang mendengar itu, kembali memposisikan dirinya duduk disamping Eunha. Merengkuh tubuh mungil gadis itu kedalam dekapannya.
"nangis aja gpp, gue temenin sampai lo puas." Jaehyun menepuk-nepuk pelan punggung Eunha, tangis Eunha semakin pecah.
"kenapa harus aku Jae yang terus ngerasain sakit kayak gini? Aku pengen bahagia kayak dulu lagi. Nggak pengen ngerasain sakit karena cinta." ucap Eunha dalam tangisnya.
"dan kenapa? Kenapa harus kamu yang ada disini sekarang. Kamu yang udah ngasih luka pertama kali dihati aku Jae." lanjut Eunha. Jaehyun tau arah pembicaraan Eunha dia hanya mengumamkan kata 'maaf'dan mempererat pelukannya pada Eunha.
"luka yang nggak akan pernah hilang meskipun aku udah berusaha buat lupain kamu, juga sikap manis kamu selama ini yang buat aku nggak bisa lupain kamu. Dan sekarang diasaat aku mulai bisa buka hati buat orang lain, lagi-lagi aku harus menerima kenyataan pahit ini, menjalin kasih dengan seorang yang sudah memiliki pacar, dan aku cuma di jadiin simpanan, lebih parahnya lagi sekarang pacarnya hamil anak dia." Eunha tesenyum menyedihkan dalam dekapan Jaehyun.
Jaehyun melepaskan pelukannya, tangannya bergerak menghapus air mata yang tersisa dipipi Eunha.
"gue yakin lo bisa dapet yang lebih baik dari mantan lo itu, bahkan lebih dari Gue." Jaehyun menggenggam tangan Eunha.
"udaranya udah mulai dingin ayo gue anter pulang." Eunha mengangguk mengikuti arah tarikan Jaehyun yang membawanya mendekati motor milik pemuda itu.
Eunha mengamati pergerakan Jaehyun yang sedang menegenakan helm.
'buat apa aku dapet yang lebih baik, kalau nyatanya nggak ada yang lebih baik selain kamu Jae.' batin Eunha."Nha ayok."
Eunha duduk jok belakang Jaehyun, melingkarkan kedua tangannya, menyandarkan kepalanya dipunggung Jaehyun.
"Udah?"
Setelah merasakan anggukan dari Eunha Jaehyun menginjak pedal gasnya.
~ra~