Jungkook berjalan tergesa menuju rumah Jennie, setelah kepergian Sehun dan Eunha di kafe tadi, Jungkook mendapat telfon dari Jaehyun, Jaehyun memberi tahu Jungkook masalah Orang tua Jennie yang mencari Jungkook ke sekolah."bertingkah apa lagi tu anak" ujar Jungkook setelah sampai didepan pekarangan rumah Jennie dia mendengar Jennie berteriak.
Jungkook berjalan masuk, tanpa permisi. Dia melihat Jennie berada dilantai 2 rumahnya, bersiap untuk terjun bebas, kondisi dibawah mama jennie sudah pingsan, dan papa Jennie yang beruasa membujuk sang anak agar tudak terjun.
"BURUAN KALAU MAU TERJUN GUE VIDIOIN, SIAPA TAU BISA VIRAL KAN" teriak Jungkook sengaja, sambil mengarahkan kamera ponselnya seolah-olah bersiap memvideokan Jennie.
"Jungkook" lirih Jennie.
"kamu yang namanya Jungkook? Kamu apakan anak saya?!" tanya papa Jennie.
"aduh om, anak om aja yang terlalu terobsesi sama saya. Saya nggak pernah ngapa-ngapain dia, bahkan kita baru kenal, dan bodohnya anak om mau saya ajak pacaran, padahal seantero sekolahan tau kalau saya suka gonta-ganti cewek" ucap Jungkook santai.
Papa Jennie tidak habis pikir sama anaknya, bisa-bisanya dia rela mau bunuh diri hanya karena laki-laki seperti ini.
"WOE JADI TERJUN NGGAK LO, GUE UDAH PEGEL INI MEGANGIN HP" teriak Jungkook, padahal dia bisa bicara pelan dan Jennie pasti dengar. Tapi dalam hatinya berkata untuk berteriak, agar lebih seru 😑.
"jadi kamu mau aku beneran mati? " ucap Jennie.
"lah kan nggak ada ruginya di gue, malahan gue bisa dapet bahan buat konten yutub."
"Jahat kamu Kook, kamu bener-bener nggak peduli sama aku?" Jennie mulai mengeluarkan air matanya.
"Jennie jangan menangis nak, jangan buang air mata kamu hanya untuk laki-laki nggak guna kayak dia!" ujar papa Jennie menunjuk Jungkook.
"tuh papa lo aja tau gue cowok nggak guna. Udah deh nggak usah drama kayak nggak ada cowok lain aja."
"lagian kita masih muda, walaupun gue nggak mutusin lo, gue belum tentu bakal jadi jodoh lo. Dan satu hal lagi, udahlah buat dramanya nggak kasihan apa lo, sama orang tua lo, dan sama diri lo sendiri." ucap Jungkook sambil menaikki anak tangga satu persatu.
Papa Jennie yang melihat itu hanya membiarkan saja, entah mengapa dia percaya bahwa Jungkook tidak akan melakukan hal yang buruk.Jungkook berjalan mendekat kearah Jennie, membalikkan badan Jennie agar menghadap dirinya, memegang kedua bahu Jennie dan tersenyum, mengangkat kepala Jennie yang menunduk, membuat Jennie menatapnya.
"lo cantik, lo pinter, lo baik, gue yakin suatu saat akan ada laki-laki yang lebih lebih baik dari gue. Jangan buat rugi diri lo sendiri, mulai pikirin apa yang lebih baik dari ini, gue mau lihat lo sekolah lagi nggak terpuruk kayak gini. Buang semua perasaan lo kegue, gue yakin itu bakal buat lo lebih baik, daripada lo ngemis buat balikan." kemudian Jungkook kembali berjalan menuruni anak tangga. Lalu Jungkook menghampiri papa Jennie yang sedang memapah istrinya.
"om, maafkan sikap saya tadi. Dan om tahu bahwa saya memang bukan pria baik-baik. Saya juga tahu om paham akan keadaan sekarang ini. Kalau gitu saya pamit om, sepertinya Jennie sudah bisa berfikir lebih baik." Jungkook berjalan keluar.
Papa jennie tidak bisa merespon apapun, disatu sisi beliau ingin marah pada Jungkook, disisi lain anaknya memang bodoh, dan beliau paham Jungkook hanya seorang anak muda yang ingin tumbuh dewasa dengan menikmati hidupnya untuk bersenang-senang dengan salah satu cara yang salah yaitu jadi playboy.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Back to school!
Disinilah Jihyo dan Jiho, yang membuat teman-temannya muter-muter sekolah buat cari mereka, eh taunya mereka ngejogrok di rooftop, udah emang cuma rooftop tempat paling aman buat sendirian nangis, berantem, tidur, apalagi buat kaum bucin.Jadi tadi Jiho, menahan Jihyo yang ingin ikut kekantin, dan mengajaknya ke rooftop. Jiho ingin meminta tanggung jawab Jihyo, atas apa yang terjadi pada Eunha beberapa hari lalu, saat Eunha masuk sekolah dengan plester luka dikepala.
"nggak cuma jidat, siku sama lutunya juga luka. Itu ulah lo kan?" ujar Jiho
"atas dasar apa lo nuduh gue tanpa bukti?" ucap Jihyo tidak habis pikir, bisa-bisanya Jiho menyimpulkan kalau dia yang menyelakkakan Eunha.
"Eunha sendiri yang bilang ke gue." ucap Jiho dengan yakin.
"apa?! Dia sendiri yang bilang gitu? Asal lo tau ya, Eunha sendiri yang mulai ngejauh dari gue, menghindar dari gue. Gue nggak tau salah gue apa. Dan emang nggak bisa dipungkir gue mulai benci sama dia, tapi sebenci-bencinya gue, gue nggak bakal ngelakuin hal murahan kayak gitu." jelas Jihyo. Jihyo sebenarnya kaget bisa-bisa Eunha bilang kalau itu perbuatan Jihyo.
"halah! Basi lo, pura-pura nggak tau, lo tau kan kalau Eunha suka sama Jaehyun? Tapi apa lo masih kecentilan deketin Jaehyun, tanpa mikir perasaan Eunha, apa kurang lo udah punya Mingyu sama Yugyeom yang selalu nempel sama lo." Jiho sudah mulai ngegas.
"udah deh Ho, gue sebenernya males ngladenin masalah Eunha terus. Jujur gue mau bersikap bodo amat aja sama dia, tapi gue selalu kepikiran betapa deketnya kita dulu, berbagi semuanya bareng. Dan kalau emang bener cuma gara-gara Jaehyun, Eunha jadi jauhin gue, maaf banget nih ya gue juga nggak bisa ngelepas pertemanan gue sama Jaehyun, gue juga udah pernah bilang, gue lebih dulu kenal sama Jaehyun daripada Eunha. Lo ingat itu, stop sangkut pautin gue sama Eunha." Jihyo pun berjalan pergi dari rooftop, dia benar-benar dibuat pusing sama maslahnya dengan Eunha.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Jihyo!" seru Yuju.
Ya Jihyo sudah kembali kekelas, dan tak lama lagi Jiho juga memasukki kelas.
"Hyo lo dari mana?" tanya Yugyeom saat Jihyo sudah duduk.
"tidur di UKS ngantuk gue, semalem kurang tidur gegara nonton drakor." alibi Jihyo
"bohong lo tadi gue udah cari lo ke UKS tapi nggak ada orang tuh disana." ucap Chaeyeon.
"ah masa? Ada kok, paling lo masuknya pas gue baru pipis." jawab Jihyo lagi-lagi berbohong.
"mungkin sih."
"kalau lo dari mana ho?" tanya Rose ke Jiho membuat semua perhatian teralihkan.
"ah gue biasa, habis dari emm..." Jiho tampak berfikir membuat teman-temannya curiga.
"dari kelas Jimin, iya kelas Jimin biasa ngapel heheh" ucap Jiho sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"kelas Jimin? Bukannya lo udah putus sama Jimin?" tanya Sujeong.
"ehh iya juga, dan perasaan tadi gue lihat Jimin lagi main basket dilapangan sama temen-temennya" tambah Gyujin.
Jiho tidak tahu harus menjawab apa, untung saja pak Shindong segera masuk kelas sehingga Jiho merasa lega.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Pulsek yuhuu!
"aduh enaknya jadi Jihyo di kelilingin cogan" ucap Lisa setelah melihat Daniel dan Minhee di depan pintu kelas Jihyo.
"cogan apaan, nggak tahu aja lo kelakuan boborok mereka" jawab jihyo
"Hyo lo nggak boleh gitu, lo harusnya bersyukur, tiap hari mata lo bening, di rumah ada kakak dan adik lo di sekolah ada Yugyeom sama Mingyu yang siap jadi tameng lo, ya walaupun Mingyu agak buluk tapi dia tetep gans kok heheh." sekarang gantian Yuju yang ngomong.
"serah kalian deh, gue duluan yakk byeee."
"yah Hyo padahal masih mau mandang abang Daniel yang unch." ucap Lisa centil
"udah besok lagi." Jihyo mendorong Daniel yang sibuk tebar pesona untuk segera pergi dari hadapan teman-temannya, dan tak lupa menarik tangan Minhee juga untuk mengikutinya.
~ra~