Enough

393 69 13
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Jihyo pov! 

Gue berharap apa yang ada didepan gue saat ini cuma mimpi, tubuh yang saat ini berlumur darah dan bersimpuh ditanah itu masih bisa senyum kearah gue, padahal gue tau gimana dia berusaha nahan sakit yang luar biasa. Gue nggak tau harus berbuat apa, mau teriak minta tolong pun gue nggak bisa, yang gue bisa saat ini cuma nangis, gue nggak bisa ngerengkuh dia yang udah ngorbanin nyawanya buat gue.

Jungkook

Iya Jungkook bocah bodoh itu yang tiba-tiba lari entah dari mana dengan sengaja jadiin tameng badanya buat ngehadang peluru yang harusnya ngarah kegue.

Gue beralih natap orang yang ngelakuin ini semua, dia adalah orang yang sama sekali nggak pernah terlintas dipikiran gue bisa ngelakuiin hal sejahat ini. Salah satu temen gue yang paling gue percaya, tapi ternyata dia juga dalang dari semua ini.

Rose.

Dia yang sekarang berdiri kaku, dengan wajah yang panik karena yang seharusnya dia tembak bukan Jungkook tapi gue.

Gue sebelumnya emang nggak tau salah gue apa tapi setelah dia terang terangan ngomong kalau dia benci gue karena selalu mendapat perhatian lebih dari teman-teman, gue yang katanya hidup enak karena dikelilingi orang-orang yang peduli sama gue, dan satu hal yang menurut gue hal ini nggak bisa disangkutin sama masa remaja kita ini, ini masalah bisnis keluarga dia yang bangkrut karena penanam saham di perusahan keluarganya beralih ke perusahaan orang tua gue, yang gue sama sekali nggak tau tentang masalah itu.

Rose yang kelihatanya selalu bantuin gue kapanpun dimanapun, Rose yang selalu punya solusi disetiap masalah gue, tapi ternyata Rose juga yang nyimpan rasa benci paling besar buat gue.

Samar samar gue denger ada beberapa polisi yang datang. Orang-orang suruhan Rose yang tadinya megangin gue mereka kalang kabut berusaha kabur, begitupun juga Rose tapi mereka nggak mungkin bisa lolos begitu aja, polisi dengan mudah nangkep mereka, apalagi Rose yang masih kelihatan bingung ditambah panik. Tapi gue nggak peduli lagi, gue lebih memilih ngebawa badan lemes gue ngedeketin Jungkook, gue cuma bisa nangis gue nggak tau apa yang harus gue lakuin.

"ja...ngan nangis Hyo, lo je...lek." senyum itu gue tau itu senyum buat nutupin rasa sakitnya dan biar gue nggak khawatir. Tangannya terulur ngehapus air mata dipipi gue.

Gue cuma bisa ngangguk, walaupun gue tau air mata sialan ini nggak bakal bisa berhenti dengan mudah.

"tahan ya Kook, lo harus tahan sebentar ya." gue sebisa mungkin berusaha bales senyumnya. Gue genggam tanganya, berusaha menguatkan.

"hyo..." panggilnya lirih, mata sayu itu natap gue tulus.

"ma...kasih. Gue sa..yang lo hyo." mata sayunya mulai tertutup rapat, tangan yang ada digenggaman gue mulai tersa berat, nafas putus-putusnya hilang entah kemana.

Enough [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang