2

2.6K 100 21
                                    

"Nah perkenalkan, nama Ibu adalah Bu... "

Perkenalan itu berhenti saat ada sesorang datang menginterupsi.

"Maaf bu, saya terlambat" ucap seorang lelaki berambut berantakan, baju kusut tidak dimasukkan, dengan rupa sama kusutnya.

"Kamu siapa? "Ibu guru tersebut heran.

"Saya jelas murid, bu"

"Kamu murid atau pendagang asongan yang yang menyamar jadi murid heh?"

Anak itu malah cengar cengir tak bersalah.

"Saya murid bu" lelaki itu menegaskan lagi.

"Kenapa kamu terlambat? "

"Maaf bu, saya kesiangan" mukanya menampilkan rasa sesal dibuat-buat.

"Karena kamu terlambat kamu ibu hukum memebersihkan toilet"

"Tapi, bu kenapa hanya murid yang di hukum bila terlambat, kenapa guru juga tidak?" Anak itu protes.

"Guru terlambat ada alasannya" jawab Bu Ati.

"Saya juga ada alasannya, Bu" Anak tersebut tidak mau kalah.

"Yasudah kembali ketempatmu, kamu beruntung hari ini. Siapa namamu? "

"Baik terimakasih, bu. Saya Ali" sambik nyegir anak itu berjalan ke belakang.

Ohh Ali namanya, akan kuingat anak yang tampak kusut itu.

Aku yang menyaksikan kejadian tersebut heran sekaligus penasaran. Berani sekali anak itu debat, bahkan dihari pertama masuk sekolah. Dasar anak biang kerok, tidak tahu sopan santun.

"Ra, lihat anak itu, bagaimana mungkin dia malah tertidur?"

Aku memperhatikan anak itu, duduk dibangku belakang jadi tidak terlihat kalau dia tertidur, apalagi di depannya ada anak dengan badan besar.

"Sudah Seli, jangan diperhatikan, anak itu mungkin biang kerok"

"Baik anak-anak kita lanjutkan perkenalan. Oh iya nama Ibu adalah Bu Ati, guru sejarah kalian, sekaligus wali kelas kalian setahun kedepan. Ada pertanyaan? "

***

Bel istirahat pertama berbunyi, Seli mengajak aku ke kantin, perutnya berbunyi minta diisi.

"Ayo, Ra kita ke kantin" Selu berdiri.

"Aku membawa bekal Seli" aku mengeluarkan kotak bekal berisi roti, membukanya.

Aku lebih suka berada didalam kelas.

"Kamu bisa minta bekalku Seli, Mamaku membawakan banyak" aku menunjuk bekalku.

Seli terlihat berpikir, teman-teman dikelas sudah keluar, tinggal aku dan Seli, serta anak biang kerok tadi yang masih tertidur.

"Baiklah, terimakasih, Ra" Seli memcomot rotiku, memakannya.

"Ngomong-ngomong kamu suka drakor tidak, Ra? " Seli mencomot sembarang topik.

"Apa itu drakor? " aku heran.

"Astaga, Ra, kamu tidak tahu? " aku menggeleng, polos.

"Drakor itu drama korea, yang tokoh -tokohnya gwi yo wun, ganteng, Ra" Seli menjelaskan semangat, ingin menularkan virus drakor.

"Mereka romantis, Ra apalagi Mo Yeon dan Si Jin, ahh bikin baper, Ra" mata seli berbinar-binar membayangkan. "Mungkin kapan-kapan kita bisa nonton bareng ke rumahku, Ra, pasti seru"

"Mungkin kapan-kapan Sel" aku mengiyakan Seli.

Drghhkkk, kursi yang diduduki Ali mundur, pemiliknya ingin berdiri.

Ali pergi, entah kemana, mungkin ke kantin, lapar.

Aku dan Seli hanya memperhatikan. Saling lirik. Mengamati anak itu berjalan keluar kelas.

"Hey, kalian, jangan pandangi aku, aku risih" anak itu berkata santai.

Dasar menyebalkan, batinku.

"Siapa yang memperhatikan kamu? " Aku berseru.

"Kalian, siapa lagi" dasar biang kerok.

Anak itu keluar.

Mood ku jelek, biarlah aku juga tidak akan peduli lagi.

"Ra, dia kok tahu diperhatikan? " Seli malah membahasnya.

"Aku tidak tahu, Seli jangan-jangan dia bisa melihat kemana mana, matanya banyak" aku menjawab ngasal.

Seli malah mengangguk-angguk. Berpikir jawabanku mungkin benar.

Aku menepuk dahi, dasar Seli semua dipercaya.

***

RaibTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang