8

1.3K 75 5
                                    

Happy reading. Yah rajin ya saya up, wkwkwk hehe bosen dirumah terus soalnya.
Stay at home ya.

Bel istirahat berbunyi, Pak Gun keluar dari kelas, tersisa beberapa anak mengeluh.

Kaian tahu kenapa? Bukan karena ulangan, tapi kami disuruh merangkum pelajaran tadi lengkap dengan gambarnya.

Aku sebenarnya keberatan akan tetapi tugasku mungkin sedikit ringan.

"Ra kamu mau mengerjakan bersama?" Seli menawarkan.

"Ide bagus Seli" aku terseyum lebar.

"Hari ini saja, dirumahku. Mamaku kebetulan ada dirumah kita bisa bertanya" Seli antusias.

Itulah yang membuatku tidak keberatan.

"Iya Seli nanti aku akan memberi tahu Mamaku tentang ini"

"Ayo Ra kita ke kantin, aku ingin makan bakso" Seli mengajak.

Baiklah aku berdiri, mungkin bekalku bisa dimakan saat istirahat kedua nanti.

"Ayo Seli"aku berdiri.

Seli terlihat senang. Mungkin karena aku yang lebih suka dikelas namun hari ini aku memilih keluar.

Beberapa teman sekelas menyapa di depan, bertanya basa basi kemana.

Seli menjawab mudah.

Aku segera duduk menempati meja. Seli yang memesan pada mamang bakso.

Dua mangkuk bakso juga dua gelas es teh terhidang.

Terlihat enak, baunya pun harum khas bakso.

Aku dan Seli segera menyantapnya, tak lupa berdoa.

"Enak sekali ya Ra"

Aku mengangguk. Tidak menjawab lebih fokus ke baksoku.

"Oh iya Ra soal Ali tadi..."

Aku memotong ucapan Seli, dan kebetulan makananku telah tertelan.

"Telan dulu makananmu Seli. Lagi pula kira sedang makan, nanti jika kita makan dan berbicara katup epiglotisnya bingung akan menutup yang mana saat kita makan sambil bernapas. Yang ada nanti kamu tersedak" aku nyengir dan tertawa.

Seli hanya meringis.

Tak ada lagi percakapan setelah itu, Seli juga memilih diam sepertinya dia berpikir tentang kata-kataku tadi.

Baksoku dan Seli tandas. Kami kembali ke kelas.

***

Bel berbunyi, aku segera mebereskan buku-buku, juga Seli.

Aku mengambil ponsel disaku untuk mengabari Mamaku.

Raib
Ma, aku pulang telat ingin mengerjakan tugas dirumah Seli.

Mama
Oke Ra, hari hati ya. Jangan pulang kesorean.

Raib
Oke Ma.

Setelah aku menghubungi Mama aku berjalan keluar kelas dengan Seli.

"Ayo Seli"

Seli masih enggan berbicara, ia hanya menggangguk sebagai respon.

Aku dan Seli berjalan berjejer diantara kumpulan anak anak yang juga ingin pulang.

Berdesak-desakan ingin segera pulang.

Kalian tahu kenapa Seli seperti itu?

Dia diusili biang kerok? Jelas tidak, Ali kan tidak berangkat.

Aku akan memberti tahu kalian.

Jadi sewaktu pelajaran Miss Keriting ternyata Seli ceroboh sekali.

"Kumpulkan buku PR kalian" itulah kalimat pembuka Miss Keriting setelah salam. Dia tidak mengabsen kami, mungkin dari buku PR beliau jadi tahu siapa saja yang masuk dan siapa saja yang tidak mengerjakan.

Aku dan teman-teman pun segera mengumpulkan.

Situasi masih tenang dan tegang seperti biasa saat Miss Keriting menjelaskan, lalu kami diberi soal untuk mengerjakan sendiri. Lantas beliau akan memeriksa buku PR kami.

"Seli!" panggil Miss Keriting.

Seli kaget, pun juga aku. Ada apa? Aku bertanya-tanya dalam hati.

Dengan takut-takut Seli maju. Miss Keriting melotot melihat Seli.

"Ada apa Miss?" Seli bertanya gugup.

"Kamu tahu kesalahan apa yang kamu lakukan?" Miss Keriting bertanya datar. To the point.

"Eh eh" Seli tergagap. "Maaf Miss tidak tahu.

"Saya memberi kalian PR halaman 16, bukan?" tanya Miss Keriting ke kelas.

"Iya Miss" jawab serentak murid kelasku.

"Nah Seli, kenapa kamu mengerjakan halaman 15?"

"Eh eh maaf Miss saya dengar halaman 15" Seli menjawab takut.

"Yasudah laksanakan hukuman kamu" Miss Keriting berkata tegas.

"Tapi Miss saya sudah mengerjakan, saya sempat membuka-buka halaman selanjutnya soalnya hampir sama Miss" Seli, entah keberanian dari mana berkata seperti itu. Mungkin berasal dari ketidakmauannya dihukum jadi dia membela diri.

"Maaf Seli kamu tetap dihukum, sama saja itu kamu tidak mengerjakan. Coba bayangkan kalau saya menyuruh satu kelas ini untuk lari ke kanan untuk sampai finish tapi kamu malah lari ke kiri sendiri apa kamu bakal sampai ke finish?" Miss Keriting berkata tegas.

"Tidak Miss"

"Pun seandainya kamu lari ke kiri dan bisa sampai ke finish kamu tetap berbeda arah bukan. Kamu juga tidak menaati peraturan yang kuberikan" Miss Keriting menatap Seli. "dan ingat, hampir sama soalnya itu berbeda dengan sama. Kalian juga harus bisa membedakan hampir sama dengan sama. Kamu mengerti Seli?"

Seli mengangguk pasrah. Berjalan gontai ke sudut kelas bersiap dengan hukumannya.

Aku hanya terbengong bengong melihat Seli. Ya ampun Seli bagaimana bisa dia keliru mendengar.

Aku hanya menatap Seli, ikut prihatin.

Sampai saat inipun Seli masih cemberut.

"Oh ya Seli bagaimana nanti kalau setelah selesai mengerjakan tugas kita nonton drakormu?" aku berusaha membuat Seli senang, walau sebenarnya aku tidak suka drakor. Tak apa demi Seli.

Demi mendengar kalimatku Seli tersenyum. Berhasil.

"Benarkah Ra?" tanya Seli, matanya berbinar-binar.

"Iya" aku menjawab pendek.

"Oke Ra, ayo bergegas" Seli kini menarikku. Semangat. Kini gantian, giliran aku yang cemberut.

***
Hey hey. Gimana? Kasih vomment dong.

Maaf ya perumpaan Miss Selena kurang tepat wkwkw cuma ngarang. Yah semua ceritanya saya sebenernya juga ngarang semua sih.

Duh maap ya nggak jelas.

Happy reading.

RaibTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang