16

1.3K 67 15
                                    

Paginya.

Seli datang ke rumahku pukul setengah delapan.

Aku membukakan pintu untuk Seli saat bel gerbang depan berbunyi.

Aku mempersilahkan masuk pada Seli.

Seli tahu rumahku karena saat aku mengerjakan tugas dirumahnya aku memberi tahu dimana rumahku.

Mama menyambut didepan pintu.

"Ohh ini yang namanya Seli, ayo masuk" Mama berkata ramah pada Seli.

"Iya tante. Selamat pagi tante" Seli tersenyum manis, Seli menyalimi mamaku.

"Pagi juga Seli" Mama melangkah masuk.

"Ayo duduk Seli" aku dan Seli mengerjakan diruang tamu.

Aku mengambil alat-alat yang telah kusiapkan sejak semalam. Seli juga, dia membawa satu tas ukuran sedang.

Kedua kucingku menghampiriku, aku mengelus sayang.

"Ya ampun Ra kamu punya kucing" Seli terkejut.

"Kenapa Seli, kamu tidak suka kucing?" tanyaku.

"Nggak Ra aku suka. Lucu sekali Ra kedua kucingmu. Halus lagi bulunya" Seli telah mengelusi Si Putih, kucing itu meringkuk nyaman. Aku memegang Si Hitam.

Mamaku datang membawa camilan dan minuman.

"Ini Seli diminum ya" Mama meletakkan di meja.

"Nggak usah repot-repot tante"

"Nggak papa, anggap aja rumah sendiri ya, nggak usah sungkan atau malu" Mama duduk sejenak.

Mama melihat Seli yang mengelus Si Putih bertanya. "Kamu suka kucing Seli?"

"Suka tante. Jadi pengen punya deh" Seli bercerita.

Mama merespon obrolan Seli, terlihat akrab.

"Ya sudah tante tunggal ke belakang. Belajar yang rajin ya" Mama beranjak berdiri.

"Iya tante, terimakasih"

"Harum Ra kucingmu" Seli yang masih mengelus-elus kucing berkata.

"Iya Seli kemarin baru saja kumandikan"

"Aku jadi pengen punya hewan peliharaan beneran, mungkin menyenangkan"

Aku tersenyum sebagai respon.

"Mungkin akan kubilang pada Mama, siapa tahu boleh"

"Coba saja Seli" aku hanya bisa mendukungnya seperti ini.

"Ayo kita mulai saja ngerjain" Seli meletakkan kucing yang dipangkunya.

Aku mengajak Seli cuci tangan dahulu, baru memulai membuat kerajinan.

Seli mulai mengeluarkan alat-alatnya ada penggaris, pensil, cutter, lem tembak, kabel, fitting, steker, lampu dan juga obeng.

Aku sudah mempelajari cara membuatnya, Seli juga telah memberi tahu. Dia lebih paham soal ini dari pada aku, soal kerlistrikan. Caranya tidsk terlalu sulit tapi ya tidak terlalu mudah.

Kusiapkan kardus yang kupunya, bahannya lumayan tebal sehingga bisa awet digunakan.

Sambil mengerjakan aku dan Seli bergantian menyorot dengan kamera. Berbicara bagaimana membuat bagian ini, atau menjelaskan sesuatu.

Kini bagianku untuk membuat kerangka. Aku mulai memotong kardus menggunakan cutter membuat bentuk persegi panjang dengan penggaris. Lantas kuberi tanda dengan pensil dengan membagi sama panjang dan sama lebar membentuk segi lima.

Sekarang giliran Seli, dia membuat bentuk bentuk pada dinding-dinding persegi lima dengan pensil. Aku dan Seli telah menyetujui bentuk apa saja yang akan dibuat. Karena ini bisa digunakan saat malam, aku mengusulkan bentuk bulan sabit, bintang-bintang. Seli setuju. Dia cekatan membuat bentuk itu dengan pensil, juga saat dia menmotongnya menggunakan cutter. Potongannya pas tidak melenceng, Seli cermat sekali. Bentuk itu jadi terlihat indah.

Aku dan Seli berhenti sejenak sambil makan camilan atau minum yang disediakan Mama. Namun kamera tetap tidak dimatikan, buat kenang-kenangan kata Seli.

"Nah langkah selanjutnya kita hubungkan kabel dengan fitting lampu. Kedua ujung kabel kita kupas sedikit lantas pada steker kita buka dengan obeng" Seli terlihat mahir membuka baut itu. "hubungkan masing-masing ujung kabel ke lubang pengait kabel, lalu pasang kembali baut.

"Buka bagian atasnya fitting dengan cara diputar, kemudian kendurkan dan lepaskan kedua baut pengait kabel" Sesekali Seli mendekatkan ke kamera untuk menunjuk bagian yang diucapkannya.

"Kemudian hubungkan masing-masing ujung kabel ke lubang pengait kabel, lalu pasang kembali dan kencangkan baut pengaitnya" Seli kembali memutar baut. Aku kagum melihat Seli memperagakan dengan baik, walau bisa kulihat Seli sedikit gugup dan cemas. Itu sifat Seli.

Kami melanjutkan setelah istirahat sejenak. Aku merekatkan ujung satu ke ujung yang lain dengan lem tembak-setelah bentuk selesai dibuat. Bentuknya kini seperti sebuah ruang beberbentuk segi lima. Sambil menunggu kering aku siapkan untuk membuat bagian atas. Aku memotong kardus dengan bentuk segilima sama sisi.

Ditengah-tengah bagian atas kardus berbentuk segi lima aku membuat lubang untuk tempat fiting, hal ini berguna sehingga ujung lampu dapat masuk ke fitting. Selesai melubangi kardus aku kemudian memberi lem fitting agar bisa menempel.

"Sebelumnya kita pasang lampu yang akan digunakan, sesuai selera kalian. Rekatkan kardus segi lima yang ada fitting ke bagian kerangka" aku mengambil kerangka, memasangkan, lalu merekatkan dengan lem.

"Kita uji coba dengan mencolokkan steker pada stop kontak. Maka sebuah lampion jadi" Lampion yang kubuat dengan Seli menyala elok, dengan bentuk bukan dan bintang yang ada menambah kesan indah. Aku memberi senyum pada akhir kalimatku. Lebih pada aku lega akhirnya tugasku telah selesai.

Akhirnya sekitar pukul satu aku dan Seli selesai.

Aku iseng bertanya pada Seli.

"Dari mana kamu bisa belajar tentang itu Seli. Aku kagum, kamu terlihat mahir"

Seli hanya terseyum sekilas. "Entah Ra, sejak kecil aku sudah terbiasa dengan listik"

***
Hehe iya buat lampion Raib sama Seli.

Ada koreksi mungkin?

Oh ya terimakasih yang udah vote dan komen, saya menghargai. Yang belum vote atau komen jangan sungkan-sungkan yaa.

RaibTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang