Pagi hari, aku bangun seperti biasa.
Mama dari bawah sudah meneriakiku.
Aku bergegas turun, setelah selesai merapikan diri.
"Pagi Ma" Aku menyapa Mama.
"Pagi Ra" Mama menjawab salamku sambil memberi clemek.
Aku lantas segera memakainya, membantu Mama.
Aku mengiris bawang merah, mengulek bumbu, juga bahan lainnya.
Sedangkan Mama sedang memblender buah sambil menuangkan nasi ke wajan.
Aku segera mengaduk nasi di wajan. Tak apa aku sering membantu Mama memasak.
Selesai masak aku bergegas cuci tangan lalu duduk di meja makan.
Aku hanya sarapan dengan Mama, Papa belum pulang.
Percakapan hanya Mama yang mendominasi, aku lebih sering mengangguk iya, tidak.
Selesai sarapan aku pamit, mengambil tas lantas turun.
"Ra berangka Ma" aku salim.
"Iya hati-hati, Ra" Mama berdadah-dadah sambil senyum, masuk, kembali mengerjakan perkerjaan.
Aku menunggu angkot lewat, segera masuk saat tiba.
Setelah berjalan beberapa saat Seli ternyata ikut naik.
"Seli" Aku menyapa Seli.
"Raib"
"Kamu juga naik angkot Sel?" tanyaku.
"Iya, Papaku sedang berada di luar kota, jadi aku naik angkot deh" jelas Seli.
"Sama Papaku juga begitu"
"Yah nasib Ra, Papa kita sedang pergi dirumah tidak ada yang menjahili atau memberi petuah bijak. Ah sudah kangen aku sama Papa" Seli nengucap dengan sedih.
Aku juga kangen dengan Papa, sama seperti Seli yang sering diberi petuah Papa.
"Sudah berapa hari Sel?"
"Dua hari ini, tapi aku sudah kangen. Papa pulang besok. "
"Sabar ya Seli, besok Papamu pulang, pasti dikasih oleh-oleh, mungkin anak gwi yo wun dari luar kota" aku berusaha membuat mood Seli baik.
Seli terseyum, aku juga.
"Oh ya Ra ngomong-ngomong kamu mau tahu apa drakor yang ku tonton, bagus Ra tokoh laki-lakinya lebih ganteng dari Si Jin"
Demi mendengar Seli yang menyebut nyebut korea aku segera mengganti topik.
"Seli kamu sudah mengerjakan PR, Miss Keriting?" Aku memutuskan bertanya.
"Sudah dong Ra" Seli menjawab.
"Aku mengerjakan pagi tadi Ra, lupa kalau ada PR, aku malah sibuk nonton drakor" Seli menjelaskan. "Fyuh untung selesai, aku takut Ra lihat Miss Keriting, sepertinya masuk jajaran guru killer"
Seli sedang membayangkan Miss Keriting sedang melotot galak, marah marah.
Aku hanya membalas perkataan Seli dengan tawa, mungkin memang iya.
Masuk lagi satu anak. Laki-laki berambut berantakan, baju tidak dimasukkan, wajah kusut.
Ali? Eh, dia naik angkot ternyata.
Ali duduk disamping Seli, kami duduk berjejer, Ali duduk disitu ya karena memang itu kursi yang tersisa.
"Kamu sudah mengerjakan Ali, PR Miss Keriting?" Seli menoleh ke arah Biang Kerok.
"Tentu saja tidak Seli, mana mungkin Ali mengerjakan" aku tertawa.
"Hey, kau mengejekku Ra" Ali melotot sebal. "Aku sudah bisa pelajaran itu sejak SD" Ali berseru sombong.
"Dan kamu sudah bisa berdiri dengan satu kaki didepan kelas sejak Miss Keriting yang mengajar" aku balas mengejek Ali.
"Tapi aku sudah mengerjakan" Ali membela diri.
"Benarkah Ali?" Seli bertanya, tak percaya.
Ali tidak menjawab, hanya mengeluarkan buku PR Matematikanya.
Ali mendengus.
Aku hanya tertawa, ikut melihat buku PR Ali yang dibuka Seli.
"Eh iya Ra, Ali mengerjakan" Seli berbisik, tapi kurasa Si Biang Kerok bisa mendengar.
Demi mendengar bisikan Seli, Ali menegakkan tubuh, begaya sombong.
"Tapi kamu hanya mengerjakan separuh halaman Ali, kamu tetap bakal berdiri atau diusir dari kelas"
Aku tertawa, Seli juga.
Ali yang mengakkan tubuh langsung merampas buku dari Seli, memasukkan ke tasnya sembarangan.
Aku memutuskan menghadap jendela, biarlah Si Biang Kerok kesal. Aku tahu ia hanya sementara seperti itu.
Perjalanan sedikit tersendat, macet. Petugas pengatur jalan terlihat semangat bertugas, tak lupa pengamen sibuk memainkan alat musiknya, juga anak-anak lain yang mengeluh kecewa karena angkot yang ditumpangi telah penuh.
Akhirnya setelah perjalanan berlalu kami sampai, aku segera membayar, diikuti Ali dan Seli.
Saat aku turun aku entah malah terpeleset, lantas berdebum jatuh.
"Ra bangun" Mama maneriakiku dari bawah.
Astaga tadi itu mimpi? Aku bergegas berdiri, sakit juga tadi jatuhnya.
Aku berpikir mimpi tadi... seperti nyata, seperti hidup. Tapi mengapa ada Ali? Kami tertawa saling mengejek seperti seorang teman dekat, yang takkan tersinggung bila diejek.
Apa artinya mimpi ini?
"Ra sudah siang" Mama kembali berteriak dari bawah. Aku segera merapikan tempat tidur lantas segera mandi.
Selesai aku turun, langsung makan dengan cepat, Papa masih belum pulang.
Aku naik angkot. Hingg ke sekolah tidak ada Seli yang naik, juga Ali.
Biarlah toh itu hanya mimpi. Aku yang sedari tadi memikirkan mimpi tadi malam, berusaha memikirkan hal lain seperti kapan Papa pulang ya?
***
.
.
.
.
.
Arti mimpi Raib apa ya, coba ditebak hehe, pasti kalian tahu deh.Happy reading. Jangan lupa vomment.

KAMU SEDANG MEMBACA
Raib
Teen FictionKisah Raib, Seli, dan Ali. Kehidupan awal SMA, bagaimana mereka bertemu. Selamat membaca.