21

1.5K 57 14
                                    

Aku masih terkejut, tidak habis pikir. Pertanyaan bagaimana bagaimana berulang kali berputar dibenakku. Bahkan hingga anak lain dipanggil aku tidak terlalu memperhatikan. Aku menatap Si Biang Kerok itu, yang kini malah tertidur. Seolah selesai tugasnya ya sudah yang lain tidak perlu diperhatikan. Coba kalian bayangkan, kalian punya teman sekelas yang malasnya terlalu, lalu saat disuruh membuat karya, dia membuat sesuatu yang keren. Pasti ada alasan kenapa dia sampai mau membuat karya ini.

Seli menyikutku, lalu aku tersadar dari lamunanku.

Aku melemparkan tatapan ada apa Seli?

Seli malah panik. "Namamu tadi disebut Ra. Kita presentasi sekarang"

"Yasudah tenang dulu Seli. Kamu sudah siap bukan?" Seli mengangguk ragu.

"Ayo" aku sebenarnya sedikit gugup, tapi jika aku dan Seli sama gugupnya bagaimana hasilnya presentasi kami berdua. Aku harus memberanikan diri.

Aku membawa sebuah tas yang isinya lampion. Seli yang membawa flashdisk.

Seli yang bertugas mengutak-atik laptop. Aku yang bertugas bagian pembukaan sebentar, tidak seperti Ali yang langsung saja to the point. Tidak basa-basi.

Setelah satu kelas fokus pada video yang ditampilkan di proyektor. Aku mendekati gorden kelas, lalu menutupnya pelan-pelan. Agar satu kelas tidak sadar. Lalu menunggu sebentar hingga video selesai.

Aku memberi Seli kode. Seli menangkap kodeku, lantas bersiap. Tepat setelah video selesai aku sudah menghidupkan lampionku, ke sakelar yang terletak dibelakang kelas. Kelas yang gelap kini tersinari oleh lampion. Motif lampion yang berbentuk bulan dan bintang berada didinding-dinding. Lampu lampion ini begitu nyaman dimata. Tidak terlalu menyilaukan. Murid-muris kelasku sibuk mengamati. Penampilan lampion ini diiringi musik yang pas. Tadi sewaktu aku memberi kode Seli dia menekan play di laptop. Lengkap sudah alunan musik yang tidak begitu keras dengan suasana kelas yang seperti ini membuat ngantuk. Aku memberi Seli jempol, Seli juga. Aku menatap Si Biang Kerok, dia malah semakin pulas saja tidurnya. Ya ampun.

Penampilan kami selesai, Bu Shaula dan teman-teman seklasku memberikan tepuk tangan.

"Wah itu bagus Raib, Seli. Ibu jadi mengantuk dengan suasananya" Bu Shaula tertawa kecil.

"Terima kasih, Bu" aku dan Seli mengakhiri presentasi kami dengan penutup.

Penampilan kami adalah yang teekahir, karena mendekati jam istirahat.

"Anak-anak masih ada waktu 5 menit lagi sebelum istirahat. Ibu ucapkan good job untuk yang tadi presentasi dan yang belum. Ibu percaya kalian yang tidak mendapat jatah presentasi didepan juga membuat karya yang bagus. Nah untuk kalian yang belum presentasi silakan kumpulkan flashdisk kalian. Ibu akan lihat semuanya. Nah perwakilan per kelompok silakan mengumpulkan" beberapa anak kelasku beranjak dari kursi.

"Terima kasih atas pembelajaran yang menyenangkan. Selamat istirahat anak-anak. Satu lagi ingat tugas yang Ibu berikan beberapa hari lalu, dikumpulkan senin depan"

Aku kembali teringat tugas Bu Shaula tentang mengarang sebanyak dua ribu kata. Tugas tambahan disela-sela kami membuat karya.
***

Jam istirahat.

Aku dan Seli sedang duduk di kantin menikmati sepiring batagor. Aku sebenarnya tidak terlalu menikmati, bahkan satu suap pun belum masuk ke mulutku. Aku entah kenapa memikirkan Ali.

"Kamu kenapa sih Ra?" Seli heran.

"Tidak apa Seli" elakku.

"Kalau tidak apa-apa, kenapa makananmu belum tersentuh?"

RaibTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang