4

1.9K 96 15
                                    

Aku akhirnya sampai dirumah. Membayar uang angkot lalu turun. Seli tadi lebih dulu turun, rumahnya lebih dekat dibandung aku, tapi masih satu jalur.

"Ra pulang, Ma" aku masuk kerumah.

Kucingku Si Hitam dan Si Putih menyambutku dari pintu.

Aku memeluk keduanya, mengelus sayang.

"Kamu sudah pulang Ra, sana lekas ganti baju terus makan siang" itulah kalimat standar Mama sejak dulu.

"Kucingmu Si Hitam atau Si Putih kamu letakkan dulu, sana Mama masak makanan kesukkanmu. "

Aku segera mengangguk, meletakkan kucing kucing ku. Aku tidak terlalu memperhatikan ucapan Mama, karena terlalu asik mengelus Kucingku. Lalu fokusku terlalihkan tentang masakan favoritku.

Aku melangkah ke atas, membersihkan diri berganti baju, lalu turun.

Aku lantas segera makan, Mama telah menunggu di meja.

Mama meletakkan sendok dan piring. Lantas menuangkan nasi ke piringku.

Aku mulai makan. Enak, seperti biasanya.

"Gimana tadi sekolahmu, Ra? "

"Seru Ma" aku memutuskan menjawab baik.

"Kamu sudah dapat teman Ra? "

"Sudah dia anak yang lucu juga menyenangkan, namanya Seli"

"Oh baguslah kalay begitu" Mama mengangguk angguk.

"Oh ya Ra ada cowok ganteng dikelasmu, yang suka padamu? " Mama bertanya jahil.

Aku lantas tersedak, entah mengapa malah membayangkan Ali yang berdebat dengan kepala sekolah.

Mama memberiku minum, aku langsung menegaknya sampai bersisa separuh.

Kenapa aku ini?

"Wah ada ya Ra" Mama malah tertawa.

Aku menatap Mama kesal, bukan kesal beneran.

"Tidak ada Ma, mereka biasa saja" Aku menjawab patah patah selesai tenggorokanku baik.

Mama memutuskan tidak melanjutkan menggodaku.

Fyuhh aku lega. Eh? Kenapa?

"Tadi lampu dikamar mandi entah kenapa tidak nyala Ra, mungkin perlu diganti yang baru. Sudah Mama utak atik tidak ketemu dimana masalahnya, sehabis makan kita ke Mall ya, Ra, temani mama. Nanti sekalian belanja barang kebutuhan sebulan"

"Iya Ma" aku menjawab pendek. Mama telah mengutak atik barang tersebut berarti Mama telah menjadi montir amatir. Mama pasti mencoba menyelesaikan sendiri, nanti bila sudah tidak bisa, menyerah baru akan minta bantuan.

Lantas bila dijelaskan agar tidak mencoba membenahkan sendiri, Mama tetap bandel akan menyelesaikan sendiri. Dasar Mama.

"Ayo Ra sebentar lagi berangkat" Mama telah berdiri "kamu tolong bersihkan piring kotornya"

Aku segera melaksanakan perintah Mama.

Setelah selesai aku ke depan, Mama telah siap dengan motornya.

"Siap Ra, kita berangkat"

Aku tertawa senang. Selalu bahagia jika jalan-jalan dengan Mama, pasti akan ada hal seru.

Semakin laju motor Mama, rambutku berkibar kibar keluar dari helm.

"Ayo Ma lebih ngebut"

Mama tertawa "Jangan bilang bilang Papa ya"

***

Aku dan Mama telah sampai di salah satu Mall terbesar.

Mama berjalan cekatan diantara banyaknya orang, aku segera mengikuti, takut tertinggal.

Kami segera masuk ke bagian kebutuhan, tak lupa mebeli lampu baru.

"Ibu mau beli lampu yang seperti apa? "

"Memangnya ada apa saja?"

"Wah bermacam-macam, Ibu mau yang berapa watt dayanya?" petugas pramuniaga bertanya sesuai standar.

"Saya beli yang terus terang saja" ujar Mama kalem.

"Eh?" Aku terkejut, bukankah itu kalimat yang ada di salah satu iklan di televisi?

Dasar Mama.

Aku segera mengikuti Mama pergi lagi.

"Kamu mau beli novel Ra?"

"Oh iya Ra lupa, kan masih ada uang jatah bulanan Ra. Untung Mama mengingatkan, kalau nggak nanti diambil Mama"

"Yah Mama menyesal Ra mengingatkanmu" Mama pura-pura cemberut.

Sebenarnya aku bebas belanja apa sja selama itu jatahku.

Aku kembali membawa novel tebal tersenyum puas.

"Ra semakin tebal saja novel yang kamu beli, nanti lama lama bisa jadi uang Mama juga kamu kuras" Mama menatapku, menggoda.

Aku hanya tertawa.

"Lihat Ra bajunya bagus sekali bukan"

Mama telah masuk ke lorong pakaian.  Aku hanya ikut.

Aku ikut menatap baju yang Mama pegang, memang bagus.

"Wahh Mama mau coba ah" Mama berseru antusias.

"Memang jatah bulanan Mama masih banyak?" Aku tertawa senang bisa menggoda Mama.

"Ssttt Ra jangan keras-keras, Mama hanya mau memakainya lantas memotretnya" kata Mama sambil melirik kanan dan kiri.

Aku menepuk dahi, astaga Mama serius? Kurang lebih itulah arti tatapanku.

Mama mengangguk tegas.

Hal itu malah membuatku tertawa. Benarkan? Jalan jalan dengan Mama selalu seru.

Mama beranjak pergi ke bilik. Lantas beberapa saat keluar sambil merapikan baju dari rumah.

"Sudah Ma? " aku menahan tawa.

"Sudah, Ra. Aman tidak ada yang tahu bukan?" Mama melirik kanan kiri.

"Ayo Ra kita pulang, kita harus masak, Papa habis ini pulang" Mama mulai keluar dari lorong pakaian.

Jam menunjukkan pukul lima tepat saat kami meninggalkan Mall.

"Ayo Ma ngebut"

Mama tidak menjawab, malah tertawa sambil melajukan motor.

***

Fyuh saya nulis pake hp, jadi pegal. Tapi gapapa asal dibaca. Happy reading:)

Jangan lupa vote dan komen. Eh follow juga.

RaibTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang