5

1.7K 84 10
                                    

Sesampainya di rumah, Mama segera membawa belanjaan masuk.

Aku segera masuk, tak lupa juga mengangkat belanjaan.

Aku membantu Mama memasak, nyapu, mengepel, dan pekerjaan lain yang biasa kulakuan.

Setelah selesai aku pamit keatas, mandi.

"Ra keatas ya Ma, mandi"

Mama mengangguk.

Aku segera bebersih diri lalu duduk dikasurku. Kucing-kucingku itu sibuk bermain satu sama lain.

Aku menemukan kucing itu tepat saat aku berulang tahun yang ke-sembilan.
Di dalam kardus berwarna pink, beralaskan talam lembut, ditutup kain sutra, dua anak kucing berbulu tebal terlihat mengeong tidak sabar, saling gelitik, bermain satu sama lain. 

Mata mereka bundar bercahaya, bulunya lebih lebat daripada yang bisa kubayangkan. Dua anak kucing anggora usia dua minggu. Kedua­nya
tampak mirip. Warna bulu mereka hitam dengan bintik-bintik putih, atau putih dengan bintik-bintik hitam. Sejak saat itu aku punya kucing.

Kunamai mereka Si Hitam dan Si Putih. Yang membedakan adalah dilingkar mata keduannya Si Hitam seperti memakai kaca mata hitam dan Si Putih sebaliknya.

Aku segera tersadar dari lamunan itu, beranjak mendekati kedua kucingku yang sedang bermain.

Aku melemparkan gulungan wol lantas keduanya akan sibuk mengejar saling rebut.

Setelah bosan mereka meringkuk dibawah kakiku, membuat hangat.

Aku mengelus elus surainya yang lembut.

Sambil menunggu Papa pulang aku memutuskan mengerjakan PR dari Miss Keriting, semenjak saat itu kami mulai menyebut beliau begitu.

Fyuhh aku mengeluh, baru juga hari pertama sekolah sudah dapat PR.

Lalu aku sadar tidak ada gunanya mengeluh.

Aku mengerjakan dengan serius, sesekali melipat dahi, menulis, menghapus, membuat coretan hingga akhirnya selesai.

Pelajaran ini membuatku pusing.

Aku menutup buku memasukkannya kedalam tas, besok masih ada pelajaran Matematika.

Pembuat jadwal ini pastilah seorang yang genius. Dua hari berturut-turut ada pelajaran Matematika. Menyebalkan.

Aku memutuskan membaca novel dibawah menemani Mama yang sedang menonton tv.

Novel yang kubawa tebal, namun tak menyurutkan aku membaca novel ini.  Karena aku tahu penulis novel ini pandai dalam merangkai kata, imajinasinya tinggi membuatku semangat membaca setiap lembarnya.  Pasti akan ada cerita yang tak diduga-duga. Aku sangat suka dengan ceritanya.

Tak kusangka novel inilah yang membuatku bakal berada dalam masalah beberapa hari kedepan.

Saat sedang asyik-asyiknya membaca aku merasa ada yang sedang memeperhatikanku.

Aku mengawasi sekitar hanya ada Mama yang fokus dengan televisi dan kedua kucingku yang sedari tadi turun bersamaku dan kini meringkuk tidur disamping kananku.

Tak ada siapa-siapa. Atau bukan siapa tapi apa? Bukan seseorang tapi sesuatu?

Aku memutuskan kembali membaca, namun fokusku tidak lagi kesana. Aku masih memikirkan tadi. Aku yakin memang ada yang memperhatikanku.

Baiklah, aku menutup novel melanjutkan pikiranku dan sibuk melamun, menerka-nerkaa.

Hingga sebuah dering telepon mengagetkanku.

Aku bergegas meraih telepon. Dari Papa.

"Halo Pa" Mama menoleh padaku.

"Halo Ra, Mama dimana?"

"Ini mama ada, sedang menonton televisi" demi mendengar aku yang menyebut nyebut Mama kini mendekat agar juga mendengar apa yang Papa katakan.

Mama mengerutkan dahi. Ada apa Ra kurang lebih itu artinya.

"Papa minta maaf ya Ra, Ma" Papa menghela napas. "Hari ini Papa tidak bisa makan malam bareng"

"Eh? Memangnya ada apa Pa? "

"Hari ini tuan Direktur mengajak Papa dinas keluar kota " ujar Papa sedih.

"Oh begitu, tidak apa Pa, Ra paham. Papa yang semangat ya"

"Makasih Ra" Papa menjawab riang kembali.

"Mama mau bicara? " aku menyerahkan telepon, mendekati televisi.

Mama mengucap terimakasih lalu melanjutkan obrolan satu dua kalimat, lalu menutup telepon.

Mama mendekatiku.

"Yasudah Ra kita siapkan makan malamnya, Papa soalnya langsung berangkat"

Aku berjalan ke dapur. Mengambil piring dan sendok sementara Mama menyiapkan makanan di meja.

"Papa kenapa mendadak sekali sih ke dinasnya?" aku memutuskan bertanya.

"Papa sedang diminta memilih spesifikasi mesin yang akan dioperasikan, karena tuan Direktur meminta segera" Mama menjelaskan

Aku mengangguk angguk seolah mengerti.

Percakapan kembali berputar tentang lampu kamar mandi Mama yang sudah dipasang.

Selesai makan aku membantu Mama mencuci piring.

"Ra keatas ya Ma" aku langsung naik begitu selesai.

"Iya" jawab Mama pendek.

Kucing-kucingku mengikuti. Tadi juga habis makan.

Aku belajar sebentar mengulang materi tadi, lalu menyiapkan buku, memasukkan ke tas.

Aku belum dapat materi pelajaran besok jadi memutuskan mengulang materi tadi.

Aku beranjak menggosok gigi mencuci muka lantas segera tidur.

Dua kucingku sudah diposis mereka. Sebelum tidur aku sempat mengelus sayang keduanya.

Mataku mulai terpejam. Terbang ke alam mimpi.

.
.
.
.
.
Hai, gimana ceritanya? Maaf ya kalau nggak seru.

Jangan lupa vote, komen dan follow.
Happy reading.

RaibTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang