9

1.2K 66 3
                                    

"Masuk Ra" Seli membuka pintu rumahnya.

Aku mengikuti Seli, aku disini tamu jadi harus sopan.

Mama Seli sedang menonton tv dirumah. Kaget melihat Seli tak hanya sendiri.

"Ma ini temenku yang aku ceritain, Raib. Kami mau ngerjain tugas " Seli memperkenalkan.

"Raib tante" aku menyalami Mama Seli.

"Oh ini yang namanya Raib, cantik" aku tersipu malu. Jangan-jangan Seli bercerita tidak-tidak kepadaku.

"Aku tidak bercerita yang buruk-buruk tentangmu Ra" Seli tertawa.

"Mending kalian makan dulu, ayo. Tante sudah masak, banyak, kebetulan sedang tidak ada tugas"

Demi menghargai Mama Seli aku ikut makan.

"Oh ya Raib tinggal dimana?" Mama Seli basa basi bertanya.

Aku menyebut rumahku.

"Oh ya gimana kalian bisa kenal awalnya?"

Aku menjawab dengan baik Seli sesekali menambahkan.

"Iya, pertama aku sebenarnya ingin menyapa dulu, tapi keduluan Raib" Seli nyengir. "waktu itu aku melirik, bingung, sapa tidak sapa tidak dan ternyata di sapa Raib"

Aku tersenyum membayangkan, aku tidak menyesal menyapa Seli dulu. Bahkan senang karena bisa kenal lebih dulu.

"Seli kalau dirumah gimana tante?" aku iseng bertanya.

"Wah Seli kalau dirumah banyak Ra makannya, ngemil terus" Mama Seli tertawa. "Ayo yang banyak Raib makannya, seperti Seli itu" Mama Seli menunjuk Seli.

Seli melotot, pura-pura marah.

"Iya tante" aku tetawa pelan.

"Oh ya Ma, kami mau ngerjain tugas biologi nanti" Seli sudah melupakan marahnya.

"Wah bagus kalau kalian belajar bareng, nanti tante siapkan camilan deh"

"Iya tante, makasih, jadi kami mau minta tolong bantuan tante. Tadi kami dikasih tugas buat merangkum materi tentang sistem pernapasan sekaligus buat gambarnya" aku menjelaskan.

"Oh begitu, baiklah tante bantu sebisanya"

"Makasih tante"

Mama Seli mengangguk.

Percakapan masih seputar tentangku. Mama Seli kebanyakan yang bertanya. Beliau seperti Mamaku. Perhatian dan menyenangkan diajak ngobrol kalau Mama pengecualian dalam hal menggodaku. Selain itu semuanya hampir sama. Mama seli juga bercerita tentang pekerjaannya sebagai dokter. Kami berbincang lama sekali di meja makan.

"Ya ampun Ra kita keseruan ngobrol"Seli menepuk dahi.

Aku juga tersadar, terlalu asyik mengobrol dengan Mama Seli.

Aku membantu membereskan piring.

"Tidak usah Ra kalian belajar saja" Mama Seli mencegahku.

"Ya sudah kami belajar ya Ma, nanti Mama menyusul"

Aku dan Seli segera mengerjakan, dibantu Mama Seli jadi mudah.

Hingga pekerjaan kami selesai saat pukul setengah lima.

Aku pulang diantar Mama Seli.

"Tante, Seli terimakasih sudah mengantar" aku menyunggingkan senyum lebar.

"Sama-sama Raib" ucap Mama Seli.

"Ayo tante, Seli mampir kedalam, Mama dirumah kok" aku menawarkan sambil menunjuk rumahku seakan akan ada Mama ditempat yang kutunjuk.

"Kapan-kapan ya Raib, sudah sore soalnya" Mama Seli tersenyum tulus.

Aku mengangguk mengerti.

"Yah Ra kita tidak jadi nonton drakor bareng" Seli mengingatkan.

"Oh iya Seli, aku lupa maaf ya Seli"aku menunduk.

"Yasudah Ra kapan-kapan saja, ini sudah sore, kamu pasti juga lelah" Seli tersenyum.

"Makasih Seli, sekali lagi maaf ya"

"Tak apa Ra, kamu kerumahku saja aku sudah senang" ucap Seli tulus.

"Dah Raib" Seli melambaikan tangan.

"Dah Seli, dah tante. Sekali lagi makasih"

Aku segera masuk saat mobil Mama Seli tak terlihat lagi.

Kucing-kucingku menyambutku. Aku mengelus bulu mereka sebentar.

Aku ingin segera merbahkan diri, terasa capek.

***

Setelah bersih-bersih aku turun.

"Apa yang bisa Ra bantu Ma?" aku mendekati Mama.

"Sudah selesai kok Ra, terima kasih" Mama melepas clemek, cuci tangan lantas mendekati tv.

"Hehe Ra telat ya" aku nyengir.

"Nggak papa pasti kamu capek tadi" ucap Mama sambil mengganti ganti channel tv.

"Ma, Papa kapan pulang?" aku ikut menonton tv, menyaksikan berita.

"Kata Papa sih pulangnya besok Ra" Mama menjawab sambil fokus pada berita.

Aku memakan camilan yang ada juga fokus pada berita.

Aku mulai bosan menonton tv, kucingku hanya meringkuk diam.

Aku mengelus-elus bulunya yang lembut.

"Eh Ma kucingnya sudah dikasih makan?" aku lupa.

"Sudah kok Ra, kalau belum pasti masih mengeong-ngeong" Mama menatap kucingku.

Setelah Mama bosan Mama berdiri.

"Ra kita makan saja" Mama mematikan tv. Cekatan menyiapkan makanan.

Aku mencuci tangan, mengambil piring dan sendok, menatanya.

Makanan telah tersaji, aku dan Mama segera melahapnya.

Enak, seperti biasa.

***
.
.
.
.

Hehe maap ya part ini amburadul gak tahu meh nulis gimana.

Jangan lupa vomment ya.

RaibTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang