Jingga terbangun dengan langsung meraih kepalanya. Pusing dan dia juga merasa mual. Tapi sesuatu membuat matanya bergulir ke samping dia tidur. Siluet seorang pria yang sedang memakai kemejanya. Cahaya di kamar itu memang remang karena hanya diterangi oleh lampu tidur di meja nakas.
Jingga sontan melihat apa yang terjadi padanya. Dia mengecek keadaannya sendiri. Ketika menyibak sedikit selimut yang menutup tubuhnya-- Jingga benar-benar kaget.
"Aaaaaaa!!!!!!"
⛥⛥⛥
Lino keluar dari salah satu pintu di kamar tamu rumah Dennis. Di luar dugaannya ternyata semua mata melihatnya saat keluar. Kira Lino mereka semua sudah pulang mengingat saat ini sudah pukul 6 pagi.
Cindy dengan langkah tergesa-- lalu menarik kerah baju milik Lino. Dia menatap tajam manik mata mantan pacar sahabatnya itu.
"Apa yang lo lakuin ke Jingga, JAWAB GUE?!!!" Cindy penuh emosi.
"Lo bisa liat sendiri ke dalem"
Cindy tanpa pikir panjang melepas cengkramannya dan menggeser badan Lino agar dia bisa masuk ke dalam kamar.
Saat knop pintu dia putar dan dia dapat secara gamblang tau siapa yang ada di dalam. Badan Cindy melemas. Air matanya tak sanggup dia tahan untuk keluar-- dia memeluk Jingga begitu erat.
"Maafin gue, Ga.. maafin gue" kata Cindy masih dalam memeluk Jingga.
Jingga membalas tapi dia tidak bisa berucap apapun. Sesuatu yang dia jaga telah terenggut dan dia sama sekali tidak ingat apapun kejadian tadi malam.
Jingga tidak tau hal apa yang akan terjadi nanti. Dan bagaimana cara menjelaskannya pada ayahnya. Hidup Jingga sudah kacau detik ini.
⛥⛥⛥
Selama dua minggu ini Jingga mengurung dirinya di dalam kamar. Dia juga tidak jadi pindah sekolah. Ayahnya setuju kalau dia home schooling saja sampai semester ini selesai.
Jingga merasa pantas menjuluki dirinya sendiri seorang jalang. Seperti perkataan Lino waktu itu. Dia tidak bisa menjaga kehormatan dirinya sendiri. Dia kotor dan menjijikan. Jingga sudah merasa frustrasi.
Jingga tiba-tiba beranjak dari kasur karena ingin buang air kecil. Tapi seseorang yang membuka pintu kamarnya mengurungkan niat Jingga.
Lino yang datang. Membawa sebuah kantung plastik warna hitam. Jingga mengerutkan dahi dengan itu.
"Lino bawa apa?" Tanya Jingga penasaran.
"Nih" ujar Lino meletakkan kantung plastik yang dibawanya di kasur.
Jingga lantas meraihnya dan kontan membulatkan matanya. Ada testpack. Tidak cuma satu tapi lima sekaligus. Merknya juga beda-beda. Sebenarnya Lino mau apa sih. Batin Jingga.
"I-ini?" Jingga terbata.
"Sana dicek." suruhnya.
Jingga menggigit bibir bawahnya dengan ragu dia mengangguk. Dia jadi cemas kalau benar-benad dia akan hamil. Dan itu anaknya dan Lino.
Mana dia masih usia remaja dan Lino juga. Bagaimana dengan masa depannya nanti. Semua pikiran itu bersarang di otak Jingga sekarang.