bego-18

329 42 8
                                    

"Kepala gue mau pecah anjingg!!" Erang Sabrina seraya memegangi kepalanya. "Arrgh! Sialan" keluhnya lagi.

Penampilan cewek yang selalu on point di bagian bibir itu berantakan. Dia mendudukan kasar pantatnya di salah satu kursi. Pening terus menyerangnya belakangan ini.

"Rencana lo selalu gagal sih, jadi pala lo sakit teruss" komentar Zara seraya mengepulkan asap rokok ke udara dari lubang hidungnya.

Mata Sabrina mendelik ke Zara berada. "Diem lo asu" sarkasnya-- memijat pelipisnya.

Zara mengendikan bahunya acuh. Dan kembali menghisap zat nikotin itu lagi.

"Jingga emang keluar atau dikeluarin, sih? Kita udah nggak pernah liat dia di sekolah perasaan?" Pertanyaan itu keluad dari mulut Clara. Namun entah dia bertanya pada siapa.

"Dia itu bunting. Mana bisa sekolah lagi" jawab Sabrina dengan ketus.

"Oh my gosh!! Beneran?" Clara dengan kagetnya.

Sabrina yang masih memijat pelipisnya melirik Clara sinis.

"Sans dong mbak.. jangan sinisin gue gitu. Gue baru tau ini" kata Clara.

"Jingga bunting juga karena kegoblokan Sabrina. Harusnya dia harus tau dulu jenis narkoba apa yang dia beli." Ujar Zara sudah mematikan rokoknya.

Clara menoleh ke Zara sekarang. "Emang Sabrina beli narkoba jenis apa? Dan buat apa?" Tanya Clara kepoan.

Zara memutar bola matanya jengah. Clara itu apa-apa selalu ketinggalan berita.

"GHB. Kalau lo pernah denger, itu jenis narkoba yang dipakai di kasusnya Seungri." Jelas Zara dan membuat Clara membolakan mata.

"Alig. Dapat darimana lo, Bri?" Tanya Clara ke Sabrina. Tapi tidak ditanggapi oleh Sabrina karena manusianya sudah tidur.

"Eh.. tewas anaknya" ucap Clara.

"Zar, narkoba yang dibeli Sabrina jangan bilang buat jebak Jingga?"

Zara mengangguk. "Iya. Tapi karena dia salah beli jadi rencana dia gagal. Lagian dijebak nggak dijebak si Jingga udah putus sama Arthur, dan anaknya juga bakal pindah."

Clara menautkan alisnya. "Sebenarnya Sabrina punya dendam apa sih ke Jingga?"

"Sabrina suka sama Arthur--" kata Zara.

"Apa?! Tapi di-- dia kan, maksutnya mereka kan sepupuan?" Clara cengoh.

"Sabrina bukan anak kandung dari orang tuanya. Dia cuma anak angkat yang diasuh sama kakak-- mamanya Arthur." Jelas Zara.

"Jadi.. selama ini Sabrina suka sama Arthur dan dia benci Jingga karena Jingga pacar Arthur? Astaga gue baru tau, ini gilaa" celoteh Clara.

"Tapi.."

"Apa lagi?" Zara mulai jengah dengan kekepoan Clara.

"Kok tadi kata Sabrina-- Jingga hamil, anak siapa? Jangan bilang..."

"Sama Arthur lah.. siapa lagi" jawab Zara.

Clara menutup mulutnya seketika. Matanya membulat penuh. Syok berat.

"Lo yang bener? Kok bisa? Apa jangan-jangan efek GHB tadi?" Tanya Clara dengan nada lirih.

"Iya lah. GHB kan efeknya merangsang. Dan Jingga malah sama Arthur pas habis mengonsumsi. Ya jadi gitulah.. si Jingga abu-abu itu bunting"

BRAKK!!!

Seseorang datang dengan membanting pintu. Posisi Sabrina dan kedua temannya tadi ada di ruang kosong sekolah. Di samping perpus memang banyak ruang kosong yang tak terpakai. Biasanya memang dibuat mereka santai atau bolos pelajaran.

BEGO -[end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang