Jari-jarinya yang ramping sedang asik memilih daging yang menurutnya masih bagus dan segar. Tanggal dan tepat hari ini jadwal Jingga harus berbelanja. Yah.. walau belanja juga buat dia sendiri. Tapi itu sudah jadi rutinitas dia setiap bulannya. Ketika sang ayah sudah mengisi saldo kartunya, tandanya itu kode buat dia belanja.
Fyi, Jingga itu anak piatu karena sang ibu sudah tiada sejak dia kecil bahkan saat dia masih bayi. Tepatnya ketika baru saja ia dilahirkan. Dia dibesarkan dan dirawat oleh ayahnya. Walau sang ayah juga jarang ada di sampingnya. Tujuh tahun lalu neneknya juga ikut andil dalam merawatnya tapi beliau juga harus pulang bersama ibunya ke surga.
Menjadikan Jingga sekarang harus hidup sendiri. Pekerjaan sang ayah yang membuat Jingga kesepian di rumah. Kadang terlihat miris karena dia seperti sebatang kara di rumah besar dan mewah milik ayahnya itu. Iya, karena profesi sang ayah sebagai seorang pilot harus berada jauh dari rumah.
Jingga mulanya sedih saat sadar neneknya yang biasa menemani kesepiannya juga harus pergi meninggalkannya. Tapi semakin dewasa ia juga mulai mandiri. Baginya hidup tidak harus bergantung pada orang lain, jangan merasa sedih karena kau sendiri.
Selesai memilih keperluan dapur tadi, Jingga menuju kasir dan membayar semua tagihan belanjaannya. Dua kantong plastik besar kini sudah ia jinjing.
Sejenak setelah dia ada di luar. Ia letakkan barang belanjaannya itu di dekat ia berdiri. Ia mencari letak ponselnya. Jingga ingin pesan taksi online melalui aplikasi. Tapi belum sempat ia buka ponselnya. Suara klakson mobil menginterupsinya.
Tin.. tin
"Lino.." desis Jingga melihat mobil yang sudah sangat ia kenali siapa pemiliknya itu.
Mobil itu berhenti di depan Jingga berdiri saat ini. Kaca mobil itu seketika perlahan turun.. dan memang sudah jelas orang yang ada di dalam sana yang terlihat siapa? Lino di kursi kemudi.
"Masuk" titah Lino menatap sekilas Jingga menyuruhnya cepat masuk.
Jingga lantas membuka pintu belakang dulu untuk menaruh plastik belanjaannya tadi. Baru setelahnya dia masuk ke kursi depan.
"Kenapa bisa tau aku ke sini?" Tanya Jingga sambil tangannya sibuk masang sabuk pengaman.
Lino tanpa mau menjawab-- langsung melajukan mobilnya. Jingga tau Lino tak akan mau menjawab. Dia akhirnya cuma diam tanpa berniat mengoceh di depan Lino. Diam itu lebih baik jika bersama Lino.
Sampai di rumah, Lino yang lebih dulu masuk. Meninggalkan Jingga yang kesusahan membawa plastik belanjaannyaa tadi. Dasar Lino not peka!
Jingga langsung hela napas pas dia sampai di meja pantry. Tanpa duduk dan beristirahat atau paling tidak ambil minum atau apalah.. Jingga sudah masuk-masukin daging dan sayur yang tadi dia beli ke dalam kulkas.
Sedangkan Lino tiduran di Sofa sambil nonton TV. Dia itu entah manusia yang memang tidak peka atau kejam bin jahanam sampai tidak mau membantu Jingga malah asik sama aktivitasnya sendiri sekarang.
☆☆☆
"Cindyy!"
Jingga bersorak untuk menyemangati Cindy yang sekarang sedang bermain futsal. Cewek berkuncir dua itu selalu tersenyum saat tatapannya bertemu tanpa sengaja dengan Jingga.
Prittt!
Permainan itu akhirnya selesai dengan full time tim Cindy yang menang. Jingga sudah berdiri berniat menghampiri Cindy yang sekarang berjalan dengan kakaknya, si Yohan.
"Cindy.. nih" Jingga menyodorkan minuman isotonik dan ada juga mineral ke kedua kakak-beradik itu.
Cindy merimanya dengan senyum mengembang.
"Thanks!" Ujar Cindy mulai membuka segel dan langsung menenggak di tempat.
"Sama-sama" balas Jingga.
"Eh.. kenalin abang gue, namanya Yohan" kata Cindy ke Jingga.
"Bang, kenalin temen gue Jingga" kata Cindy juga ke Yohan.
Yohan lantas yang pertama mengulurkan tangannya bermaksut ingin bersalaman dengan Jingga. Jingga dengan malu membalas jabatan tangan itu.
"Jingga"
"Yohan"
Lalu tautan mereka sama-sama terlepas. Cindy jadi senyum tipis melihat interaksi abangnya dan Jingga itu.
"Kita udah nih futsalnya?" Tanya Cindy ke Yohan.
Yohan mengangguk sambil mengelap keringatnya pakai handuk yang baru dia keluarin dari dalam tas.
"Gue pulang ya bang" kata Cindy.
"Nggak mau bareng?" Tanya Yohan heran.
"Gue mau ke rumah Jingga. Nginep" ujar Cindy.
Yohan mengangguk lagi dengan maksut paham atau mengizinkan jika Cindy malam ini menginap di rumah Jingga.
"Ya udah.. gue mau mandi" pamitnya dan sebelum benar-benar pergi Yohan melirik Jingga sekilas.
Cindy tersenyum lagi saat Yohan ketahuan melirik diam-diam si Jingga.
"Kuy pulang, Ga. Kita pesen taksi online aja, ya" ajak Cindy.
Jingga lantas mengambil tasnya di kursi penonton.
"Sampai rumah marathon drama asik deh, Ga" ujar Cindy antusias.
"Boleh.. gue juga baru aja download drama baru kemarin. Belum sempet gue tonton" setuju Jingga.
"Siyap! Gue temenin ampe rampung tuh drama!!"
Jingga terkekeh. Malam ini dia harus merasa senang karena ada teman. Iya, karena Cindy mau menginap.