Lino membuang tongkat kayu yang dia pegang ke sembarang arah. Dia sudah tidak membutuhkan benda itu lagi. Lawannya sudah tumbang di hadapannya sekarang. Iya, tongkat tadi yang jadi senjata Lino untuk menghajar lawannya. Alias geng Angga. Dan Angga-nya sendiri kini yang tergeletak di aspal-- dengan memar di pelipisnya. Lino tanpa iba-- menarik kerah baju seragam Angga. Membuat tubuh Angga bangun sambil terhuyung-- menyeimbangkan posisi berdirinya.
"Nggak usah sok jagoan makanya." Kata Lino. Senyum meremehkan di depan wajah Angga.
Angga juga membalas. Di tersenyum remeh meski sudut bibirnya mengeluarkan darah. Robek akibat bogeman kuat dari Tag tadi.
"Gue bakal balas kekalahan gue hari ini. Tapi besok jangan harap" katanya.
Lino meludahi dada Angga dan melepas tarikan di kerah Angga.
"Cabut" ujar Lino. Semua temannya lalu berbalik badan mengikuti kepergian Lino dari tempat itu.
Mereka tubir di belakang bangunan mall yang sudah terbengkalai. Rumput liar menjulang tinggi-- perlahan melenyapkan sosok kelima cowok tadi yang sudah meninggalkan tempat itu. Geng Arthur.
"Bangsat si Arthur" salah satu teman Angga berkata dengan dia yang sudah berdiri di samping Angga. Namanya Chanu.
"Sakit anjirrrr!" Rengek Vanesha. Satu-satunya anggota geng Angga yang bergender perempuan.
Cewek berambut ombre itu mengerang sambil memegangi perutnya. Fyi, Vanesha tadi kena tendang dari Yuvin. Tumben lho Yuvin tidak lemah ke cewek. Biasanya walau musuh atau bukan pasti dia gombalin.
Mungkin karena sudah punya pawang sih!
Cindy maksutnya.
"Gue bakal balas lo Arthur!!" Angga bersumpah seraya mengusap darah segar yang terdapat di sudut bibirnya.
☆☆☆
Seperti sebelumnya, aktivitas Jingga kalau sore pasti merawat tanamannya. Sore itu dia tidak sendiri, ada Yoko yang baru saja datang dan membantunya.
"Kak Yoko. Nggak jogging sore?" Tanya Jingga disela aktivitas menyirami tanamannya.
"Males. Soalnya gue udah sehat kok kalau liat lo" katanya. Cengar-cengir melirik Jingga di sampingnya.
"Gombal" ujar Jingga dengan pipi yang sudah memerah.
Yoko terkekeh. Rasanya benar-benar menyenangkan bisa segamblang tadi. Dulu dia hanya bisa melihat Jingga dari kejauhan. Alias tidak berani dekat dengan Jingga karena dia tau Jingga sudah punya pacar.
Selesai menyiram tanaman, Jingga mematikan kran selang. Dia berniat masuk untuk mandi sore. Dia juga belum sempat masak untuk makan malam.
"Kak Yoko. Pulang sana. Mandi." Suruh Jingga.
"Males ah" jawab Yoko.
"Ih jorok. Bau tauk" sahut Jingga menjaga jaraknya dari Yoko.
Yoko dengan jahil mendekati Jingga beberapa senti. Tapi Jingga selalu menghindar. Hingga mereka malah berakhir kejar-kejaran di taman luas rumah Jingga.
"Kak Yoko udahh.. pulang sana haha"
"Gue mau nangkap lo dulu. Baru pulang"
"Nggak mau!" Manuever Jingga saat tangan Yoko ingin meraih lengannya.
Jingga terus berlari menghindari kejaran Yoko. Sampai dia tidak sengaja menginjak selang yang dapat membuatnya terpeleset. Sigapnya Yoko langsung menarik Jingga dan jadilah dia memeluk Jingga.
Napas keduanya tercekat sejenak. Jingga ingin melepasnya tapi Yoko menahan itu. Kedua bola mata mereka bertemu dan saling memandang. Begitu intens sampai Yoko memiringkan wajahnya. Matanya tidak bisa lepas dari bibir mungil berwarna pink cherry milik Jingga.
Seperkian detiknya, Yoko melabuhkan bibirnya ke bibir milik Jingga. Jingga meremat kaus yang dipakai Yoko sekarang. Dia dilema untuk membalas atau tidak ciuman lembut yang Yoko berikan untuknya.
Jingga kian lama kian terlena dan di detik berikutnya ia sengaja memberikan akses Yoko untuk memperdalam ciuman itu.
☆☆☆
Lino dengan mobil yang dia kemudikan telah memasuki kompleks sebuah perumahan yang hampir setiap hari dia kunjungi. Bahkan bisa saja tetangga dari orang yang akan dia temuin itu hafal dengan dirinya.
Dari kejauhan dia bisa melihat pagar rumah si pemilik seseorang yang Lino kunjungi terbuka. Sesaat Lino akan mematikan mesin mobil, kepalanya dia putar untuk melihat ke dalam rumah itu. Tanpa babibu atau banyak menunggu. Lino keluar dari mobilnya dan menutup pintu tersebut layaknya membantingnya. Dia berjalan bak orang kesetanan.
Dia menarik kerah kaus Yoko dan memojokkannya di pilar rumah Jingga yang besar dan kokoh.
Jingga terkaget dengan kedatangan Lino yang sama sekali tidak dia duga. Apa jadinya sekarang?
"Bangsattt!!!"
Bugh! Bugh!
Lino dengan brutal-- membabi buta melepas pukulannya ke wajah Yoko. Menendangnya dan memukulnya tanpa jeda.
"Lino, jangan!!! Jangan!" Teriak Jingga begitu histeris.
Dia lihat Yoko sudah babak belur tanpa perlawanan. Darah segar dan luka lebam menghias wajahnya.
Tapi tanpa ampun Lino masih saja menghajar Yoko.
"Lino udahh.. aku mohonn" Jingga bersimpuh di seberang Lino dengan menangis tersedu.
"Aku mohon Lino.. kak Yoko bisa mati"
Lino menghentikan aksi anarkisnya-- dia menatap tajam ke arah Jingga. Menarik lengan gadis itu dengan begitu kuat mencengkram.
"MAKSUT LO APA!!!"
"DASAR JALANG!!"
Lino berucap dengan emosinya. Pacar mana yang tidak akan murka jika memergoki kekasihnya sedang intim berciuman dengan pria lain? Jelas Lino tidak terima.
"Aku bukan jalang" Jingga berucap.
"Ya terus APA? PELACUR? IYA?!"
"Sampah lo semua." Lino berkata seraya melihat Jingga dan Yoko bergantian.
"Kalau lo emang mau putus dari gue. Oke! Kita putus."
"Gue nggak sudi punya cewek macam jalang murahan kaya lo"
Selepas mengatakan itu Lino menghempas lengan Jingga kasar dan berjalan pergi-- melangkah keluar dari batas pagar. Jingga lantas beralih untuk menolong Yoko. Cowok itu hampir saja hilang kesadarannya.
...
Lino, Yoko apa Yohan?
