"Gue.. pusing Cin"
Cindy jadi panik. Dia mengambil minuman yang baru saja Jingga minum. Bau alkohol seketika menyengat. Cindy sontak membelalak, dia jadi bingung mau bereaksi apa.
"Dennis.. lo kok nyediain minum beralkohol sih?" Tanya Cindy murka.
Dennis yang tidak tau menau soal itu jadi bingung. "Gue nggak tau, Cin. Gimana dong" Dennis malah ikut panik.
"Nggak mungkin gue bawa di pulang kalau kondisinya Jingga mabuk gini?" Cindy makin panik.
Sedangkan Jingga tiba-tiba menelungkupkan wajahnya di meja. Badannya entah melemas dan kepalanya makin pusing.
"Bawa ke kamar aja deh" kata Dennis.
"Tapi.. nggak apa-apa?" Tanya Cindy.
"Ya enggak apa-apa. Kamar tamu banyak kok." Ucapnya. Lantas Dennis memanggil salah satu pesuruhnya mendekat. "Biar ditunjukin kamarnya sama mas Ian ya. Gaun gue ribet buat jalan" kata Dennis.
Cindy mengangguk dan ingin merangkul Jingga-- akan membawanya ke kamar tamu. Anehnya Jingga bereaksi dari posisi awalnya. Dia menepis tangan Cindy. Dengan mata yang setengah terbuka. Dia menatap satu arah. Tepat di wajah Arthur.
Aneh. Itu yang dirasakan semua yang ada di meja itu. Bahkan saat masih bersama pun Jingga tidak akan berani menatap Arthur dengan terang-terangan seperti sekarang.
Bikin semua kaget lagi. Telunjuk Jingga menunjuk Arthur berada. "Hey.. bajingan. Sini lo" katanya.
Cindy dan semua membelalakan mata mereka. Yuvin bahkan menganga dengan yang baru saja dia dengar.
Lino melipat kedua tangannya di dada-- satu alis miliknya naik. Dia ingin menunggu kata selanjutnya yang akan Jingga ucapkan.
"Siniiii!!" Pekik Jingga dengan tidak sabaran.
Lino yang mungkin geram-- bangkit dari kursi yang dia duduki. Dia dengan cepat menghampiri dimana Jingga duduk. Jingga menatap Lino dengan kepala mendongak ke atas.
"Linooo.. gue mau lo.. haha"
"Jingga sadar.. lo mabuk.. kita ke kamar aja" kata Cindy.
Jingga beralih menoleh Cindy dengan tatapan tak suka. Sedangkan Lino tak menggubris Jingga atau Cindy. Dia meraih minuman yang baru saja Jingga minum. Entah dorongan dari mana Lino mencium minuman yang ada di gelas itu-- baunya memang alkohol. Saat Lino akhirnya menyicipi-- dia seketika menyemburkannya ke arah lain.
Rasa asin dan sabun itu Lino tau. Minuman tadi bukan hanya ada kandungan alkohol saja tadi sudah diberi narkoba. Entah oknum darimana yang iseng menaruhnya. Dan sialnya kenapa harus Jingga yang kena.
Lino langsung menarik Jingga bangun dari kursi. Yang membuat Lino tersentak adalah Jingga yang memeluk pinggangnya posesif. Gadis yang merupakan mantannya itu lalu menaruh kepalanya di bahu Lino.
"Eh lo mau bawa Jingga kemana?" Cindy panik lagi dan ingin mencegah tindakan Lino yang ingin membawa Jingga.
Lino berhenti dan menatap Cindy. Datar. Macam biasa.
"Ke kamar tamu" katanya cukup ketus.
Cindy menghela napas-- dia memilih diam dan mengikuti saja Lino yang membawa Jingga dari belakang.
Orang suruhan Dennis tadi menunjukkan salah satu kamar tamu di lantai satu. Pesta Dennis di adakan di halaman rumahnya yang memang mengusung konsep garden party. Namun terkesan mewah.
Setelah masuk di kamar. Lino mendudukan Jingga di tepi kasur. Saat dia ingin keluar-- tangannya dicekal oleh Jingga. Lino menoleh datar.
"Kenapa pergi?" Tanya Jingga. Ekspresi gadis itu jadi makin aneh. Lino jelas tau reaksi apa yang akan timbul pada Jingga saat ini. Maka dari itu dia ingin cepat pergi-- daripada sesuatu yang besar akan terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEGO -[end]
Ficção Adolescente"Lo pacar apa babunya Lino??" [Lee Know SKZ+98 line]