Kelima orang dan ditambah ayah Jingga-- sudah duduk berkumpul di ruang tamu. Jingga duduk dengan Lino. Gadis berambut panjang itu masih setia memeluk lengan milik Lino. Entahlah Jingga memang tidak mau melepas atau ditinggalkan oleh ayah dari anak yang dikandungnya saat ini.
Ayah Jingga ada di kursi paling tengah. Yoko dan ibunya dan ada juga Sena yang masih betah menatap Lino dingin.
"Jadi ada apa ini?" Suara ayah Jingga memecah keheningan.
Jingga menunduk hingga rambut panjangnya yang terurai bebas menutup wajahnya.
"Maafin Jingga, yah" lirih Jingga. Ayahnya lantas menoleh ke putrinya dan bergantian menatap Lino. Mantan dari anaknya.
"Maaf kenapa? Sebenarnya ini ada apa?" Desaknya menantap bergantian semua orang yang ada di sana. Beliau berharap ada penjelasan untuknya.
"Putri om, dihamilin cowok yang duduk disebelah Jingga itu om" Sena dengan kalimat frontalnya-- seraya menunjuk Lino dengan telunjuk.
Ayah Jingga benar-benar kaget sekarang. Dia tidak menyangka akan mendapat kabar seperti itu saat hari kepulangannya.
"Jingga itu benar?" Tanyanya dengan mata berkaca-kaca. "Jawab nak."
Bukannya menjawab, Jingga malah menangis. Benar. Dia tidak cukup berani dan tega mengatakannya. Dia kasihan dengan ayah yang sepenuh hati membesarkannya harus menerima kenyataan pahit. Bahwa dia membalas rasa sayangnya selama ini dengan kehamilannya di luar hubungan pernikahan.
Dan naasnya, laki-laki yang menghamilinya tidak ada niat untuk bertanggung jawab:(
"Jingga jawab ayah Jingga"
"Maafin Jingga, yah. Ampuni Jingga" Jingga lantas bersimpuh di depan kaki ayahnya. Dia memecahkan tangisnya.
"Siapa? Siapa laki-laki yang harus bertanggung jawab soal ini?" Tanyanya memegangi pundak anak perempuannya.
"Lelaki itu?" Ayah Jingga menatap Lino. Namun Lino masih datar belum ada niat membuka mulutnya.
"I-iya.." jawab Jingga. "Jingga mohon ayah ampuni Jingga, yah. Jingga salah. Maafin Jingga udah buat malu ayah. Maaf yah... maaf"
"Stop sayang. Di sini sebenarnya ayah yang salah. Ayah tidak bisa jadi ayah yang baik buat kamu. Ayah selalu ninggalin kamu. Kamu seperti sekarang karena ayah lalai jaga kamu." Bukannya murka karena tindakan putrinya itu-- si ayah dengan hati yang tulus mengelus kepala putri semata wayangnya itu penuh cinta.
"Tapi Jingga udah bikin malu ayah. Jingga berdosa, yah. Jingga bukan putri baik untuk ayah" ucap Jingga penuh penyesalan.
"Maaf saya menyela. Tapi saya tidak akan bertanggung jawab dan menikahi putri Anda" tiba-tiba Lino berucap dan mengagetkan semua orang yang ada di ruangan itu.
Apalagi untuk ayah Jingga. "Maksut kamu? Saya mau panggil orang tua kamu untuk datang ke sini" titahnya.
Tanpa seseorang menyuruh-- Yoko berdiri dan membuat mata semua orang beralih padanya.
"Kalau laki-laki itu tidak mau bertanggung jawab atas anak yang ada di dalam perut Jingga.. saya bersedia menikahi Jingga, om" katanya tanpa keraguan.
Jingga menoleh ke Yoko penuh tanda tanya. Sedangkan tanpa sepengetahuan yang lain-- Lino mengepalkan tangannya. Dia tersenyum remeh dan mendelik ke Yoko yang masih berdiri.
"Yoko. Kamu serius?" Tanya ayah Jingga.
Yoko dengan cepat mengangguk mantap.
"Tapi mama tidak setuju Yoko." Tanggap ibu Yoko dengan apa yang dikatakan anaknya tadi. "Maaf pak Juno, tapi saya sebagai orang tua tidak bisa menyetujuinya. Bukan saya tidak mau Jingga menjadi menantu saya. Tapi biarkan yang seharusnya menghamili yang menikahi Jingga." Sambungnya tertuju untuk ayah Jingga yang bernama Juno itu.
"Yoko akan tetap menikahi Jingga, ma. Lelaki itu.." seraya Yoko menunjuk Lino. "Tidak akan bertanggung jawab atas Jingga dan bayinya" kata Yoko.
Ibu Yoko benar-benar geram sekarang. "Sudahlah Yoko, kamu jangan ikut campur. Ini bukan urusan kita"
"Tapi Yoko mencintai Jingga, ma. Yoko nggak mau Jingga bersama laki-laki bajingan itu lagi" menunjuk Lino kembali.
"Jika kamu tetap kekeuh menikahi Jingga. Kemasi barang kamu dan kembali ke Jepang bersama papa besok" kata ibu Yoko dan beliau akhirnya angkat kaki dari rumah itu.
"Kak Yoko jangan memaksa kak. Jingga akan jaga anak Jingga sendiri. Maaf tapi.. Jingga menolak kak Yoko untuk menikahi Jingga" Kata Jingga bersama cegukan efek dia menangis
"Sudahlah.. saya hanya minta kamu membawa orang tua kamu menemui saya." Juno berbicara ke Lino. Lantas dia beralih ke Yoko. "Yoko, om mau kamu pulang. Maaf. Redam emosi ibumu. Tidak ada orang tua yang tidak sayang anaknya, dia ingin yang terbaik buat kamu." Katanya ke Yoko.
Yoko mengangguk dan mengusap wajahnya kasar. "Baik om. Tapi apa yang saya katakan tadi serius. Saya akan menikahi Jingga jika memang pria yang sudah menghamilinya tidak mau bertanggung jawab" katanya sebelum pergi-- berniat menyindir Lino.
Saat Yoko empat langkah akan pergi...
"Saya akan bertanggung jawab asal dengan satu syarat.." kata Lino.
Membuat semua orang terfokus padanya. Tak terkecuali Yoko yang akan melangkah terhenti sejenak.
☆☆☆"Mampus lo" Cindy berucap disertai seringainya.
Cindy bisa tertawa puas dan bahagia sekarang. Iya, sejak tau kabar Sabrina keluar dari sekolah karena terbukti mengonsumsi narkoba. Dan kabarnya lagi akan segera direhabilitasi.
"Akhirnya sekolah kita berkurang populasi jablainya." Celetuk Tag dengan tanpa filter.
Kepalanya kontan kena toyor dari Yuvin. "Suka bener Anda kalau ngomong" katanya. Tag mendelik dan memandang sinis Yuvin yang tubuhnya lebih tinggi darinya itu.
"Gue harus benar-benar minta maaf lagi ke Jingga. Karena dia datang ke pesta gue, dia jadi kena jebakannya si Sabrina" kata Dennis dengan raut sedih.
"Itu bukan salah kamu yang. Kita kan nggak tau nasib orang. Emang udah nasibnya Jingga" kata Vernon menepuk pundak pacarnya itu.
Dennis tersenyum tipis dengan omongan Vernon padanya.
"Gessszz.. Lino bakal nikah" Kim dengan heboh memekik.
"Apa?!!" Jojo dan Yuvin kompak.
"Besok..sama Jingga"
.
.
Chap dua puluh gue kasih pencerahan soal Lino di bego ini.Staytune ges
I hope Senin udah tamat:))......
tbc