Anis menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Rara yang sangat diluar kendalinya, Rara sedang duduk diatas pangkuan Ginda dengan mereka yang tengah berkumpul diruang tengah. Anis menyentuh lengan Ansar, dan Ansar pun membalasnya dengan hendikan bahu.
"Rara, kamu duduk yang bener, duduk di sofa." kata Ansar dengan maha benar. Rara mencebik pada Ginda yang justru menganggukkan kepalanya.
"Tapi duduk disofa nggak enak pah,"
"Rara." Anis tersenyum tipis tak enak hati pada Ginda, yang sudah menjadi tempat bokong Rara mendarat selama dua jam lebih, apa tidak keram tuh paha Ginda.
"Rara nggak mau turun mah, Mas Ginda juga nggak marah kan mas.." Ginda meringis ngilu, dengan terpaksa mengangguk saja.
"Oh ya sudahlah kalau memang begitu adanya. Camen lebih baik kamu bawa Rara kekamar sana, tidurin dia." Ginda melebarkan kedua matanya. What!?
"Jangan macam-macam camen. Saya suruh kamu buat bawa Rara kekamar supaya Rara tidur, bukan kamu jebolin." Rara terkikik memeluk Ginda.
"Mas Ginda lucu, gemass." ucap Rara sambil mencubit pipi Ginda.
Ginda benar-benar lelah dengan hari ini, rasanya tulang-tulang anggota badannya sudah hampir patah akibat keseringan menggendong Rara yang berat itu. Tapi kalau kemauan Rara tidak dipenuhi, wanita itu maka akan menangis kejer, meraung-raung kerasukan dan hanya kasih sayang yang bisa meredakan nya.
Ginda membaringkan pelan Rara diatas ranjang tidur wanita itu, Rara memonyongkan bibirnya kedepan, Ginda mengernyit menatap bibir Rara dengan bingung.
"Mas Ginda, cium...," rengeknya manja.
"Eum, Rara saya-"
"Mas Ginda nggak mau cium hiks." Ginda menghembuskan nafasnya, sepertinya ia sudah banyak berhembus nafas hari ini karena tingginya laku Rara.
Ginda membaringkan dirinya disamping Rara, ia menarik selimut menutupi tubuhnya dan Rara bersama. Ginda mengusap rambut Rara dengan wanita itu yang berbaring miring menghadapnya dan memeluknya erat.
"Mas Ginda."
"Iya-iya, sebentar Rara. Saya tarik nafas dulu,"
"Mas Ginda tarik nafas terus, kenapa?"
"Saya gugup ini." Rara melihat keatas, tangan Ginda yang sedang mengusap rambutnya itu sangat terasa bergetar. Rara tersenyum lantas menyentuh tangan Ginda, Ginda menatap Rara yang sudah membawa tangannya kedalam dekapan wanita itu.
"Rara sayang sama Mas Ginda." jantung Ginda berdisko ria. Apa-apaan.
Ginda tersenyum, ada rasa bahagia dengan ungkapan Rara. Ginda tidak tahu lagi bagaimana menghadapi sikap Rara yang luara biasa itu. Sepertinya menerima lamaran Rara, bukan ide yang buruk. Mendapat istri muda dan cantik, camer yang baik, sempurna.
"Mas Ginda kapan hukum Rara? Katanya mau hukum," Ginda memejamkan matanya sebentar lalu menatap Rara yang ternyata sedang menatapnya meminta hukuman.
"Kamu benar-benar ingin saya hukum," Rara mengangguk cepat dengan senyuman lebar.
Ginda lantas bergerak cepat mendidih Rara, menumpu kedua lengannya pada sisi Rara agar tidak terlalu menindih badan kecil Rara. Ginda menundukkan kepalanya lalu pelan mulai menyentuh bibir Rara, mengecup sejenak, Ginda menatap lekat Rara yang memejamkan matanya. Ginda tersenyum tipis dan kembali mencium bibir Rara, melumat bibir manis Rara yang baru saja ia rasakan, Ginda masih betah bermain dengan bibir Rara, mencumbu, melumat bibir Rara dengan ganas.
"Enghh awwwshh, syakith bibirku mas.." Ginda melepaskan bibirnya dan meniupi bibir Rara yang dengan tidak sengaja tergigit olehnya.
"Maafkan saya. Maaf, sayang." Rara mengerucutkan bibirnya manja, Rara memeluk Ginda menenggelamkan wajahnya didalam dada Ginda.
"Tidur, Rara ngantuk Mas Ginda." gumam Rara.
Cup
"Selamat malam, Rara. Saya menyayangi kamu." Rara tersenyum sembari menutup kedua matanya, rasa senang dan bahagia mendengar ungkapan Ginda. Rara semakin erat memeluk Ginda dan tentu dibalas serupa oleh Ginda. Kedua insan itu tertidur dalam mimpi yang sama, mimpi yang hanya diketahui oleh mereka, yang diatas, dan penulis. Yang lain tebak sendiri.
Ohayouu😁😁😁
Ada yang bilang gini "kok konflik nya ringan banget sih, nggak ada adegan-adegan nangis atau selingkuh atau sedih gitu?"
Author jawab "ada nanti tunggu aja pasti nangis😤. Tapi nggak terlalu berat, masih bisa kita jinjing bersama ya😊."

KAMU SEDANG MEMBACA
GIRA (Lengkap)
Humor"Mah, sekarang ini jamannya Siti Nurbaya.." "Hah? Ngawur ngomong, udah tahun berapa Rara, 2020 kamu bilang jaman si Siti," "Mah, come on la, jodohin aku sama Ginda!" "No Rara, Ginda itu terlalu tua buat kamu, kamu aja masih sekolah belum punya ktp b...