PART 3

4.9K 211 0
                                    

Anis menghela nafasnya setelah ia menceritakan tentang kemauan Rara kepada Ansar, Ansar cukup terdiam lama, kepalanya ia anggut-anggutkan mengerti.

"Susah sih pah, dari dulu kan kita selalu turutin apa maunya Rara, sekarang giliran kita nggak turutin anaknya malah merajuk." ucap Anis.

"Iya mah, tapi gimana dong Rara itu kan anak bontot kita, Kakak-kakak nya laki semua, dia cewek sendiri jadi apapun yang dia mau papah mesti turutin. Nggak kayak Edo sama Edi, mereka bisa nego-nego, nah kalau Rara, aduh anak itu.."

Ansar lalu berdiri dari duduknya dan mengambil handphone nya, Ansar mulai menelpon seseorang, bunyinya sangat serius, Ansar pun menganggukkan kepalanya sembari menengok kearah Anis. Anis mendekati suaminya setelah Ansar mengakhiri panggilan nya.

"Siapa pah? Kok muka papah serius gitu,"

"Mah, papah suruh anak buah papa untuk cari Ginda, nanti pas makan malam, kita ketemuin Ginda sama Rara."

"Pah! Papah mau nikahin Rara sama Ginda." kata Anis dengan cepat.

"Mah, papah rasa Ginda itu laki-laki yang baik, siapa tahu dia bisa rubah Rara jadi wanita yang lebih dewasa lagi,"

"Tapi pah, Ginda itu kan..."

"Tua? Sebelum itu nanti kita interogasi si Ginda itu, mamah tenang aja mah, papah nggak mungkin kasih Rara ke sembarangan laki-laki. Papah mau telpon Edo sama Edi dulu ngajak makan malam dirumah, karena ada tamu." selesai berbicara Ansar lantas berlalu menuju ruang kerjanya. Anis lalu duduk, ia pusing memikirkan kemauan Rara itu.

Disekolah Rara berdiam di kelasnya, hari ini tidak ada jadwal ajar mengajar karena guru-guru pada rapat tentang UNBK yang akan dilaksanakan lima hari lagi, Rara mendengus melihat kekanan dan kekiri, hanya ada dirinya, semua teman-teman sekelasnya sedang pergi ke kantin, dan karena Rara juga masih kenyang, jadi dia tidak ikut ke kantin, malah melamun dan lagi-lagi membayangkan Ginda yang tampan.

"Rara." Rara tersenyum pada Sindi teman sebangkunya yang sudah duduk disampingnya, Sindi mengernyit melihat Rara yang kemudian merebahkan kepalanya dimeja dengan bibir maju kedepan.

"Kamu kenapa Ra, lemes banget kayaknya, ke kantin sana nanti pingsan lagi."

"Aku nggak laper Sin, cuman lagi galau aja,"

"Galau kenapa? Perasaan pacar kamu nggak ada, nggak dikasih jajan ya sama mamah mu, hihi." Rara merenggutkan wajahnya memukul lengan Sindi pelan.

"Jajan ku banyak kali Sin, kalau kamu beli sepuluh mangkuk bakso juga jajan ku masih ada kembalian,"

"Yeee, sombong dipihara. Jadi, kenapa kamu galau? Cerita dong sama aku, si Sindi pakar cinta." ucap Sindi dengan penuh kebanggaan langsung berdiri diatas kursi dan tersenyum dengan dagu terangkat, Sindi kembali pada dunianya setelah mendengar tawa Rara dan juga teman-teman sekelasnya, Sindi mengerucutkan bibirnya malu lalu kembali duduk sambil memalingkan wajahnya saat seseorang yang duduk di pojok seberang ikut menatapnya dengan senyuman manis.

"Aduh aku malu Ra, udah dong ketawamu.." Rara masih tertawa dengan senangnya, karena tingkah lucu Sindi, Rara sedikit melupakan kegalauan nya.

Rara dan Sindi lalu kembali terdiam lagi, mereka saling berhadapan, Sindi diam menunggu Rara yang katanya mau berbagi cerita, tapi sudah 20 menit Rara hanya diam dan menatap Sindi.

"Rara, kapan kamu ceritanya sih, kok malah ngelamun sih."

"Sindi."

"Iya, buruan cerita.."

"Aku galau karena mamah sama papah nggak bolehin aku nikah padahal calon aku itu baik tampan ganteng nggak ada kurangnya jadi aku itu lagi ngambek sama mamah sama papah..." Sindi menganggutkan kepalanya pusing.

"Ra, ngomongnya pakai koma pakai titik kali, lancar banget sampai aku nggak paham."

"Sindi, kalau aku ngomong pakai titik sama koma nanti pasti kamu potong. Udah hafal aku," Sindi terkekeh pelan mengangguk juga.

"Jadi,"

"Ya aku tuh mau Ginda, aku minta sama mamah sama papah buat Ginda lamar aku."

"Kamu nggak salah mau nikah, Ra. Kamu nggak mau kuliah dulu gitu, atau kerja. Lagian siapa sih si Ginda-Ginda itu, masih muda ya dia, ceo, manajer, menteri, gubernur, Rt, Rw, camat, wali kota, atau guru, dokter, pilot, pramugara, asisten, pemilik kebun kelapa sawit, atau..."

"Aduh Sindi, stop deh pusing aku dengerin kamu nebak gitu. Semuanya salah tauk, Ginda itu pria dewasa yang tampan, menawan, wanginya dia maskulin, cool banget, tatapan matanya menghunus jantung, cara bicaranya yang aduhai, aku nggak tau Ginda itu kerjanya apa. Aku juga baru ketemu kemarin pas di pasar senen, nemenin mamah belanja. Aku langsung jatuh hati pandangan pertama. Haaa ... Ginda luv yu su  muhh."

"Gila nih anak, udah gesrek otaknya ya." gumam Sindi menggelengkan kepalanya saat melihat Rara yang tersenyum-senyum menatap lurus dengan bibirnya yang ia majukan kedepan.
























Mana nih tim nya Rara gaes?
Haloo..

GIRA (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang