Rara tersenyum-senyum malu memandangi wajah Ginda yang masih damai dalam tidurnya. Rara menopang dagunya, lalu disentuhnya kening Ginda yang pelan-pelan mengkerut, Ginda terbangun membuka matanya menatap Rara yang masih tersenyum dengan pipi merona. Ginda mengusap rambut Rara, Ginda tersenyum tipis meringis dalam hati saat kembali mengingat ciuman mereka tadi malam.
"Rara sudah mandi?"
"Belum mas. Mas Ginda hari nggak kerja?"
"Kerja. Ya udah saya mau siap-siap..." Ginda mengernyit menatap Rara yang mengerjap polos.
"Kamu nggak sekolah?" Rara menyengir lebar lalu memeluk sebentar Ginda.
"Sekolah. Tapi Mas Ginda mandi duluan aja, Rara mau bantuin mamah bikin sarapan, sarapan buat Mas Ginda."
"Iya deh. Kalau gitu saya mandi dulu,"
"Mas Ginda." Ginda mengangkat alisnya saat Rara dengan pelan menarik tangannya dan meletakkan dipipinya.
"Rara sayang Mas Ginda." ucap Rara, Ginda tersenyum menganggut mnegelus pipi halus milik Rara.
"Iya saya tau."
"Hehe, ya udah. Aku keluar dulu, kalau ada yang perlu Rara bantu Mas Ginda teriak aja ya,"
"Iya nanti saya teriak." Rara menganggukkan kepalanya. Rara melepaskan tangan Ginda, kemudian berjalan menuju pintu kamar sambil menatap Ginda yang juga menatapnya.
Rara menyentuh dadanya, Rara memejamkan matanya mencoba menetralkan laju kerja jantungnya. Rara berteriak tanpa suara sambil berjoged masih didepan kamarnya, Rara melompat-lompat riang dan lalu melangkah masih sambil berjoged, hingga Anis yang sedari tadi memperhatikannya pun merasa ada yang tidak beres dengan anaknya itu. Anis segera menyusul Rara dengan berjalan disebelah Rara.
"Hayo tadi malam abis ngapain sama Ginda?" goda Anis tiba-tiba. Rara terjengkit kaget dan mengerucutkan bibirnya.
"Mamah. Bikin kaget Rara, nggak abis ngapa-ngapain tauk. Orang cuman cum aja,"
"Yakin cuman cum. Kalau ketahuan kamu nggak perawan lagi, mamah aduin kamu sama papah. Biar dipisahin sama Ginda, wle." Rara melebarkan bola matanya.
"Mamah jangan ngomong gitu. Papah nggak mungkin pisahin aku sama Mas Ginda."
"Loh, kalau mungkin gimana. Mamah tuh punya trik supaya kemauan mamah, 100% papah turutin.."
"Apa coba triknya?" Anis mengerutkan dahinya, Anis tersenyum malu-malu menaik-turunkan kedua alisnya yang sudah dilempeng-lempengin. Rara berdecak gemas pada mamahnya itu yang malah menatapnya tersenyum aneh.
"Mamah ancam aja, kalau papah nggak mau turutin mau mamah. Jatah papah mamah sumbangin ke Panti Jomblo." ucap Anis penuh wibawa.
"Astaghfirullah mamah ... papah! Mamah mau sumbangin jatah papah ke Panti Jomblo pah! Papah!" Anis kelabakan saat Rara tiba-tiba teriak memanggil suaminya. Aduh, Ansar pasti murka nih, bisa-bisa seluruh umat jomblo dia takenin. Heh.
Rara terkikik memeluk lengan Ginda, Ginda hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Rara yang sangat berani menghancurkan asmara antara Anis dan Ansar.
"Kamu nggak boleh gitu sama mamah," Rara mendongakkan wajahnya menatap Ginda.
"Abisnya mamah yang duluan. Mamah mau pisahin Mas Ginda sama aku, aku nggak rela."
"Tapi mamah pasti bercanda. Kamu harus minta maaf sama mamah." Rara mengerucutkan bibirnya manja lalu ia pun melahap makanannya tanpa menoleh pada Ginda walau masih memeluk lengan pria itu.
"Mas Ginda pulang jam berapa?"
"Nggak tentu, tapi makan siang saya pulang."
"Pulang kerumah sini kan," Ginda tersenyum mengusap wajah Rara.
"Saya pulang kerumah..."
"Ngambil baju." Rara tersenyum malu menggigit bibirnya, padahal ia hendak memprotes tadi tapi dengan cepat pula Ginda menyambungnya.
"Hihi, ya udah."
"Rara."
"Hm?" Ginda melepaskan pelukan Rara pada lengannya saat mereka sudah diteras depan.
"Nanti minta maaf sama mamah, nggak boleh aduin mamah kayak gitu."
"Tapi mamah..."
"Rara."
"Ck, Mas Ginda ih, iya nanti Rara minta maaf sama mamah, sekalian Rara syukuran kalau mamah maafin Rara." Ginda mengulum senyumnya lantas menganggukkan kepalanya.
"Kalau gitu saya kerja dulu ya." Rara menganggukkan kepalanya.
"Dadah Mas Ginda."
"Dah."
Rara tersenyum melambaikan tangannya pada mobil Ginda yang sudah keluar dari pekarangan rumah orangtuanya. Rara berdecak, melihat kedalam rumah yang nampak sunyi. Tetapi, lalu Rara memutar matanya saat mendengar suara gaduh yang berasal dari kamar Anis dan Ansar sangat mengganggunya, jiwa perawan Rara pun bergetar.
"Mamah, bilangnya jatah papah mau di sumbangin ke Panti Jomblo. Malah jebolin lagi, mamah aku plin palan gess."
Apabila ada kata-kata yang kurang berkenan dihati, atau ada menyinggung kalian. Author minta maaf, sekali lagi ini hanyalah sebatas hiburan novel semata, imajinasi Author yang apa adanya, sekali lagi tanpa menyinggung siapapun. Kalaupun ada yang baper, Author minta maaf.
😊😊😊

KAMU SEDANG MEMBACA
GIRA (Lengkap)
Humor"Mah, sekarang ini jamannya Siti Nurbaya.." "Hah? Ngawur ngomong, udah tahun berapa Rara, 2020 kamu bilang jaman si Siti," "Mah, come on la, jodohin aku sama Ginda!" "No Rara, Ginda itu terlalu tua buat kamu, kamu aja masih sekolah belum punya ktp b...