PART 10

3.8K 171 2
                                    

Ginda merasakan pegal pada bahunya, Ginda merasa kalau ini akibat tidurnya yang salah tadi malam, mana lagi lengannya yang menjadi bantal kepala Rara hingga membuatnya susah bergerak. Mengingat kembali Rara, Ginda memejamkan matanya sebentar, menghela nafasnya pelan. Tidak boleh begini terus, Ginda berpikir mungkin sebaiknya ia segera memperistri Rara, jadi tidak ada lagi status tanpa hubungan diantara mereka, lebih tepatnya takut kalau hal-hal yang tidak diinginkan akan dengan sengaja mereka lakukan. Membayangkan saja membuat Ginda bergidik ngeri, bukan pahala yang dia dapat malah dosa.

"Ginda." Ginda mengangkat wajahnya melihat teman sebelahnya itu yang memanggilnya.

"Apa Sam?"

"Dari tadi aku liat ngelamun terus kamu, ada masalah kah? Cerita lah bro siapa tahu bisa bantu." ucap Samsir dengan bertumpu pada dinding kubikel Ginda, menunggu curhat dari Ginda.

"Sebenarnya bukan masalah yang serius, Sam. Cuman, saya hanya bingung."

"Bingung kenapa?"

"Saya lagi dekat dengan wanita, sebenarnya bukan saya yang mengejar wanita itu, wanita itu yang mengejar saya, sebenarnya juga saya tidak ada ruginya kalau mempunyai istri seperti wanita itu, udah cantik, kulitnya putih, masih muda dan lagi orangtuanya juga terima saya dengan terbuka, saya bingung harus gimana dengan hubungan saya dengan wanita itu, jujur saya sudah ada kepikiran mau mempersunting wanita itu untuk saya nikahi, tetapi saya juga masih ragu karena pertemuan saya dengan wanita itu masih terlalu singkat untuk menjadi kenangan." Samsir menganggut-anggutkan kepalanya. Sepertinya rumit.

"Tapi kamu cinta sama wanita itu kan?" tanya Samsir.

"Iya saya mencintainya."

"Kalau gitu ya jangan ragu Gin. Kalau memang sudah siap, hati mantap untuk punya istri, lamar aja wanita itu, nikahin terus bahagia kan."

"Ngomongmu langsung ending bahagia, nggak semudah itu yang diatas kasih kita hidup, pasti ada lika-liku kesedihan juga nanti."

"Hehe, maksudnya kamu jangan ragu. Bawa santai aja,"

"Iya Sam, makasih nasehatmu." ucap Ginda dengan tersenyum tipis. Samsir menganggut-anggutkan kepalanya mendukung niat baik temannya itu.

"Memang masih muda banget ya Gin? Kamu kamu segitu bingungnya,"

"Bukan bingung masalah muda atau nggak nya wanita itu, Sam. Saya juga nggak mikirin umur kok, kalau sudah cinta ya ngapain mempermasalahkan umur, wanita itu masih sekolah SMA, tapi udah mau lulus kok udah kelas tiga, jadi rencananya saya mau melamar pas dia udah lulus aja biar nggak riweh."

"Iya sih benar Gin. Cinta bisa mengalahkan usia ya, hm." kata Samsir dengan kekehan nya, Ginda menggelengkan kepalanya, ikut terkekeh karena ucapan Samsir. Heum, bisa juga.








































































Kabarnya naon gaes?


















Sehat?

























Jangan lupa ❤ buat part ini ya...

GIRA (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang