PART 18

4.1K 140 0
                                    

Ginda menghembuskan nafasnya, dengan semangat ia membaca lagi tulisan yang ada dikertas yang ia salin dari googling. Ginda memejamkan matanya, kemudian melipat kertas itu dan menundukkan kepalanya sambil menghafal tulisan yang ada di kertas tadi.

"Saya terima nikahnya Rara Asmijaya binti Ansar Kurnia Asmijaya dengan ... dengan.. ck, ahh apa lagi ya." Ginda menggelengkan kepalanya, berdecak lagi-lagi tidak mengingat kalimat seterusnya.

"Haha, jangan terburu-buru camen." Ginda tersentak kaget lalu tersenyum merona, Ansar berjalan dengan gagah menghampiri calon menantunya itu, Ansar duduk disebelah Ginda mengambil kertas ditangan Ginda dan mulai membacanya.

"Kasih lah tanda titik, koma. Kalau kamu baca kayak gini, lurus aja ya iya bisa salah, coba dengar papah bacanya gimana.." Ansar mulai menarik nafasnya, Ginda dengan wajah seserius mungkin menatap pada Ansar.

"Saya terima nikahnya, Rara Asmijaya binti Ansar Kurnia Asmijaya, dengan maskawin seperangkat alat shalat dan emas 300 gram, dibayar tunai." Ginda tersenyum merekah, tidak berkedip sedetik pun saking merasa bangganya memiliki camer seperti Ansar.

Ansar terkekeh pelan, menepuk bahunya Ginda kuat, Ansar berdiri dihadapan Ginda, memegang bahu Ginda dan menekannya kuat memberi semangat.

"Bersiap-siap lah. Prosesi ijab qobul 30 menit lagi akan dilangsungkan. Pesan papah yang penting dibawa santai, jangan terburu-buru, ingat. Enjoy camen.

Ginda tertawa kecil menganggukkan kepalanya kuat, "Ginda bakal ingat pah, enjoy camer."

Setelah kepergian Ansar, Ginda langsung bangkit dan semangat berdiri menuju lemari baju, membukanya dan mengambil setelan pengantin pria untuk dikenakannya saat ijab qobul. Ginda menatap puas pada dirinya dari cermin, begitu gagah dan sangat tampan. Ginda memasang peci pada kepalanya, tersenyum tak sabar untuk melihat Rara, calon pengantin wanitanya.

"Aku siap!" seru nyaring Ginda kemudian berlalu meninggalkan kamar pengantin nya.

Prosesi ijab qobul berjalan dengan lancar dan penuh khidmat, walaupun ada sedikit hambatan saat Ginda yang terbalik menyebutkan nama panjang Ansar. Tetapi dengan semangat dari para tamu dan juga Ansar akhirnya Ginda bisa dengan lancar mengucapkan ijabnya dan pula dilanjutkan dengan alhamdulillah serta doa dari para tamu, akhirnya. Ginda mengusap wajahnya penuh bahagia, finally ia bisa mengsahkan dengan menikahi Rara untuk menjadi istrinya seutuhnya, setelah melewati beberapa lika-liku tingkah Rara yang luar biasa.

Rara mengelus cincin pernikahannya  dan Ginda dijari manis pria itu, Rara duduk nyaman disamping Ginda dengan memainkan jari-jari suaminya itu. Ini adalah malam pertama mereka, Rara merasa malu-malu saat Ginda mengangkat wajahnya untuk melihat pada istrinya itu, Ginda tertawa geli mencubit pipi Rara.

"Istri aku." ucap Ginda mengecup singkat bibir Rara. Rara mengalungkan kedua lengannya dileher Ginda, mendekatkan wajahnya pada wajah Ginda, Rara memejamkan matanya saat merasakan bibir Ginda menyentuh bibirnya lembut, mereka lalu saling melumat dengan penuh nafsu, Ginda membawa Rara duduk dipangkuan nya dan menciumi leher putih Rara, menghisap nya kuat sampai meninggalkan bercak biru dileher Rara.

"Ahh mashh.." desah Rara membelitkan tangannya pada rambut Ginda.

"Sebut namaku, sayang."

"Mas ahh Gindaaa ahhh uh geli," Ginda terkekeh gemas mengecup lagi dan lagi payudara Rara, mencubit putingnya dan mengulumnya lembut.

"Oohh sayangh, puaskan mas malam ini." Rara menganggukkan kepalanya. Ginda berbaring membawa Rara diatas tubuhnya, dengan pelan Ginda membantu Rara melepaskan pakaiannya, Rara lantas membantu Ginda juga untuk melepaskan pakaian suaminya itu.

Rara mengarahkan kejantanan Ginda pada wajahnya, menggesek-gesekkan kejantanan Ginda pada mukanya, Ginda merem melek mengusap rambut Rara sayang, Rara menjilati kejantanan Ginda dan membawanya kedalam mulutnya, mengecap nya sampai Ginda mendesah hebat dan beberapa menit kemudian mengeluarkan orgasme nya kedalam mulut Rara. Rara mengulum cairan yang baru saja Ginda keluarkan dari dalam mulutnya, Ginda terkekeh gemas mengecup bibir Rara yang monyong.

"Telan sayang, itu obat baik buat kamu, biar sehat." Rara menganggukkan kepalanya kemudian menelannya habis, Rara mencap-mencap lalu tersenyum lebar berbaring diatas badan Ginda.

Ginda tersenyum dengan sayang mengusap punggung Rara. Rara menatap Ginda yang membaringkan nya diatas kasur, Ginda lalu bangkit dan sedikit menindih Rara. Ginda mengarahkan kejantanan nya pada lubang vagina Rara, menggeseknya pelan dan lalu memasukkan nya perlahan-lahan.

"Akhhh mashh." Ginda menganggukkan kepalanya mengecup kening Rara. Rara mengusap air matanya, memeluk Ginda erat. Ginda membiarkan miliknya beradaptasi dengan milik Rara, setelah Rara tenang dan menatapnya, dengan penuh lembut Ginda mulai mendorong kembali kejantanan nya, Rara memejamkan matanya nikmat, mendesahkan nama Ginda berulang kali sampai ia mendapatkan orgasmenya. Ginda mendorong lebih dalam kejantanan nya didalam vagina Rara, menyemprotkan benihnya tanpa ada satupun yang keluar dari vagina Rara.

Ginda dan Rara saling memeluk satu sama lain, setelah menyelesaikan dua ronde, Ginda langsung membaringkan dirinya disisi Rara membawa istrinya itu untuk beristirahat sebelum kembali melanjutkan ronde ke tiga dan empat, lima, enam, tujuh, delapan seterusnya, kalau kuat.
































Plak!
















































Nyamuk gaes💃

GIRA (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang