Rara menekuk wajahnya murung dengan menekan tombol hijau bagian servis, ia mengambil secarik kertas kecil lalu menggenggam nya erat. Kemudian ia duduk sambil menunggu nomor antrian nya dipanggil.
"Nomor antrian 700, silahkan menuju bagian Customer Service!"
Rara bangkit dengan membawa tas dan ponselnya. Raut nya masih sama, murung dan hanya senyum tipis yang ia berikan pada pegawai bagian servis tersebut.
"Saya mau bikin buku tabungan, bisa mas?" tanyanya.
"Bisa dek. Punya ktp?"
"Tidak mas, tapi saya mau bikin buku tabungan nya saja. Soalnya umur saya belum cukup buat bikin ktp." Pegawai pria itu tersenyum manis sampai kedua matanya menyipit. Ia lalu mengambil sebuah kertas dan meletakkannya diatas meja.
"Bawa kartu keluarga nya?" gadis itu mengangguk kecil lalu mengambil persyaratan yang dimaksud pegawai tadi dari dalam tasnya.
"Ini mas." pegawai pria itu mengambil dan membacanya dengan teliti, ia lalu mulai mengotak-atik komputernya dengan serius.
"Umurnya berapa dek?"
"16 tahun,"
"Tanggal lahirnya?"
"27 Desember 2002."
"Sekolahnya dimana dek?"
"Di SMAN 02 XXX. Tapi dah lulus mas." Pegawai bank itu menganggutkan kepalanya. Cukup lama tak ada suara, Rara pun membuka suaranya.
"Mas."
"Iya dek?" gadis itu memutar kepalanya melihat sekeliling. Lalu Kemudian ia memajukan tubuhnya dan menatap pegawai pria didepannya yang masih mengotak-atik komputernya.
"Ini lama nggak?"
"Nggak kok, cuman sebentar."
"Tanda tangan dulu dek," Rara mengambil pulpen dan menandatangani surat yang ia rasa isinya adalah surat pernyataan bahwa ia sudah mendaftar di bank tersebut.
"Mas."
"Iya dek?"
"Saya boleh main hp nggak?" pegawai pria itu menoleh padanya, menatapnya diam.
"Jangan. Nggak usah main hp." Rara merenggut, gadis itu lalu memalingkan mukanya menatap orang-orang disekitarnya.
"Mereka boleh main hp. Kenapa aku nggak boleh?" protes nya sambil menunjuk seorang wanita dan anaknya yang sedang duduk sambil bermain ponsel.
"Kamu nggak usah main hp dek, diam dan liatin aku saja."
"Ish! Ngapain liatin mas," pegawai pria itu yang mendengar gerutuan Rara tersebut hanya tersenyum tipis.
"Tanda tangan dek."
"Tanda tangan terus sih, banyak banget." ucap Rara namun tetap mengambil pulpen dan mulai menandatangani surat pernyataan berikutnya.
"Liat sini dek," Rara terkejut dan mengikuti arahan dari pegawai pria tadi. Yang menyuruhnya untuk menatap pada kamera kecil yang terpasang di sisi komputer dan menghadap padanya.
"Okey, diam. Satu dua tiga ..."
Ckrek!
"Mas."
"Hm?"
"Masih lama?"
"Sebentar lagi dek ya. Kamu tanda tangan ini dulu, ini yang terakhir." Rara mencebikkan bibirnya menatap protes pada pegawai pria yang tersenyum menatapnya.
"Emang mau kemana sih? Buru-buru banget."
"Mau ke supermarket sebelah, mau belanja." ucap Rara.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIRA (Lengkap)
Humor"Mah, sekarang ini jamannya Siti Nurbaya.." "Hah? Ngawur ngomong, udah tahun berapa Rara, 2020 kamu bilang jaman si Siti," "Mah, come on la, jodohin aku sama Ginda!" "No Rara, Ginda itu terlalu tua buat kamu, kamu aja masih sekolah belum punya ktp b...