6. Dibonceng; Harus Pegang di Mana?

14K 1.2K 641
                                    

Chapter kali ini lebih panjang dari yang sebelum-sebelumnya! Bonus spesial dariku karena besok adalah anniversary hari jadiku dengan ShoukiAlZaidan ... so, selamat menikmati! Thank you so much udah ngikutin kita dan baca karya-karya RaShouRa. It means a lot. 🙏🏼🙏🏼🙏🏼




Rayyan tahu tak ada gunanya bertengkar dengan Stefano Bianchi.

Pertama, mereka hanya teman sanggama tanpa komitmen. Kedua, mereka sudah terlalu dewasa untuk paham betapa tololnya bertengkar dan melewatkan malam nikmat.

Terakhir, meskipun Fano sangat menyebalkan, Rayyan banyak berutang padanya.

Fano selalu ada saat teman dekatnya kesulitan. Malam saat Rayyan diusir dari kosan lamanya, Fano sedang berada di Bali. Malam itu juga ia langsung berangkat dengan pesawat terakhir, lalu seharian menemani Rayyan mencari kosan baru.

"Padahal kau bisa tidur di tempatku!" Fano punya kamar apartemen studio.

Rayyan bergeleng. "Nope."

Fano juga pernah beradu mulut dengan tukang tambal ban yang mengatai Rayyan homo (padahal Rayyan tidak sakit hati sama sekali). Tukang tambal bannya tidak paham Bahasa Inggris, jadi Fano cuma cuap-cuap sepihak.

Saat Rayyan tercekik oleh tagihan bulanan, Fano memaksa meminjamkan uang. Fano juga diam-diam membayar gym membership satu tahun untuknya. (Rayyan gemas langsung mengembalikan semua uang itu!)

Jadi, Rayyan sudah memaafkan sebelum Fano mengucap minta maaf dengan beragam bahasa. Dua hari setelah mendapatkan tanda tangan dari Daddy Hot, Rayyan menerima ajakan lelaki itu untuk tidur di hotel.

Di ranjang hotel, Rayyan memandangi ukiran tanda tangan Daddy Hot seperti lelaki normal jatuh cinta. Tak peduli Fano sedang menggerakkan kepalanya naik-turun di bawah sana.

Rayyan malah asyik berkhayal. Apa yang akan ia lakukan jika Shouki Wisanggeni ada di sisinya malam ini? 

Mungkin jemari Rayyan akan mengukir dadanya yang bidang, menjajah otot-otot berlekuk di perutnya, menekan kulit lehernya yang tan.

Lalu, Rayyan akan menindih. Ia timpakan bobot tubuhnya di atas Daddy, memerangkap kedua tangan Daddy di atas kepala seperti pebalap meremas kedua setang. Bayangkan raut pria itu ketika ditunggangi laiknya motor balap.

Selanjutnya, Rayyan membayangkan penyatuan. Bayangkan ketika ia meminta izin untuk masuk—

Tunggu.

Rayyan mengernyit muram.

Hanya kepada Daddy Hot, Rayyan tak mampu membayangkan yang sejauh itu.

Ada yang berbeda.

Rayyan top freak. Ia selalu membayangkan menggagahi laki-laki incarannya, tak pernah sebaliknya. Namun, tahu tidak? Meski menginginkan Shouki Wisanggeni, Rayyan belum pernah mengkhayalkan tidur dengan pria itu.

Ada bagian dari dalam diri Rayyan yang sungkan. Sungkan menjadikan Daddy Hot sebagai bahan berfantasi di bawah selimut. Rayyan sendiri tak paham, padahal Daddy Hot adalah seleranya—pria matang, straight, alfa, idaman.

Perasaan Rayyan kepada Daddy Hot belum punya wujud. Seperti mimpi-mimpi basah anehnya, ketika ia melaju bersama motor dan mencapai klimaks tanpa berhubungan tubuh. Segalanya surealis.

"Ray."

Rayyan tersentak dari lamunannya sendiri, menengok ke bawah.

Fano memasang tampang paling jutek di antara kedua kakinya. "Aku sudah mengisapmu hampir setengah jam," katanya.

DADDY HOT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang