15. Cowok Payung

7.7K 1K 561
                                    

Semenjak Mama tidur di kamarnya malam itu, Rayyan merasa kamar itu bukan lagi miliknya.

Tak hanya kamar, tetapi juga barang-barang yang ia miliki.

Kaos, sisir, buku sekolah, laptop, komik, PlayStation, bebek karet, cangkir, sikat gigi, pempek beku di freezer, seluruhnya—

—dan juga ponsel.

Semua barang ini pemberian Mama (sebagian dibelikan oleh Papa Bebop, tetapi memakai uang Mama).

Barang yang diberikan Mama adalah milik mama.

Susu cokelat yang Mama berikan tiap malam pun milik Mama.

Rayyan tak bisa meraih secangkir susu lezat itu jika persyaratan Mama belum dipenuhi.

"Malam ini syaratnya Mama mau pinjam HP-mu lagi." Mama sering mengecek ponsel Rayyan, mungkin curiga Rayyan berhubungan dengan teman cewek di sekolah.

"Cek aja, Ma. Enggak ada apa-apa di HP ini," jawab Rayyan cuek.

"Masa? Kalau ada apa-apa juga enggak masalah, Sayang. Kenalin cewek itu ke Mama. Sebelum dia kenapa-napa."

Rayyan mendengus. "Serius, Ma."

Tersenyum, Mama mengusap punggung tangan Rayyan sembari mengambil ponsel itu. Sentuhan Mama terasa seperti remasan, kuku bermanikurnya menggores kulit lunak pergelangan tangan Rayyan. Kadang kuku itu dikotori bubuk minuman cokelat. Rayyan sering melihat Mama menjilati ujung jarinya sendiri sampai bersih. Katanya supaya tidak mubazir, lagi pula jari itu kotor karena ia membuatkan Rayyan susu cokelat.

Mama duduk di ranjang Rayyan sambil melihat-lihat ponsel. Pakaian rumahan Mama sering kali tipis, makin minim saat malam hari. Saat Mama menekuk kaki di tepi ranjang, terlihat pakaian dalamnya yang mentereng. Mungkin hal biasa saat kalian melihat anggota keluarga berpakaian longgar di rumah. Tak biasa bagi Rayyan.

Rayyan lebih suka bermain laptop ketimbang ponsel. Ponsel hanya untuk menelepon dan bertukar pesan. Salah seorang teman yang ia pikir dekat, Angelo Bramanty, sudah menjauh. SMS dan telepon Rayyan tak pernah dibalas. Didatangi di sekolah, Angel kabur-kaburan. Kecewa, Rayyan jadi makin jarang menyentuh ponsel.

Hingga suatu malam.

Selepas makan, Rayyan dan Papa Bebop bermain gim seru di ruang keluarga. Ponsel ditinggal di kamar.

Saat Rayyan masuk kamar untuk tidur, Mama sedang menekuk kaki di ranjangnya.

"—saya udah bilang, kan?" Mama bercakap dengan seseorang entah siapa, melalui ponsel Rayyan. "Kalau dia SMS, ya jangan dibalas. Jangan SMS, jangan telepon lagi—"

"Siapa, Ma?" tanya Rayyan.

Tersenyum, sikap Mama santai saja saat mematikan telepon. Katanya bukan siapa-siapa. Ia mengembalikan ponsel Rayyan, memintanya duduk manis menunggu secangkir cokelat panas yang akan segera dibuatkan.

Rayyan tak bisa melacak histori panggilan karena Mama menghapusnya. Kotak SMS pun kosong. Beberapa foto di galeri (yang kurang Mama sukai) juga dihapus. Alasan Mama supaya hemat memori. Ponsel Rayyan adalah pemberian Mama, Mama pun berhak mengutak-atik isinya. Beginikah memiliki seorang mama yang sangat perhatian dan mengatur anaknya? Rayyan usia tiga belas belum berani membangkang.

Satu fakta yang akhirnya Rayyan temukan.

Nama Angelo Bramanty juga sudah tak ada dalam daftar kontak Rayyan.

*

*

*

Kamu ... mau jadi umbrella gir—boy-ku?

DADDY HOT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang