17. Dinding Pertahanan

8K 1K 489
                                    

Di chapter lalu, banyak yang enggak suka dengan kemunculan si imut-imut Aisha, ya.

Guys, just so you know ... konflik cerita di DADDY HOT bukan karena orang ketiga. He he he.

Btw, chapter kali ini panjaaaang lagi. Kayaknya bakal panjang terus kayak gini, ya. Semoga kalian terhibur dengan kisah Rayyan dan Pak Shouki minggu ini!

Enjoy.



Rayyan mendapatkan puluhan misscall dari Stefano Bianchi sejak semalam. Maaf, Fano. Rayyan sedang sibuk jatuh cinta. Ia mungkin tak mau mengangkat telepon, kecuali dari Daddy Hot kesayangan.

Bel bebek nungging di setang motornya berbunyi ceria. Setelah kuliah pagi, Rayyan berangkat kerja dengan hati secerah cuaca Jakarta. Degup jantungnya menyenangkan. Sebentar lagi ia bakalan bertemu sang pujaan. Rayyan sudah menyusun rencana di kepalanya, setelah shift sore ini berakhir, ia mau mengajak Pak Shouki ke suatu tempat. Mungkin ke warung pempek kesukaannya di dekat kosan, mungkin mengajak ke kafe kucing tak jauh dari Tiadadua (pasti pria itu senang sekali). Mungkin ia bisa membonceng Pak Shouki lagi dengan motornya, atau dibonceng pria itu. Tak masalah yang mana saja, asalkan berduaan.

Sihar menggoda, "Idihh berbunga bengeus itu mukadima! Abis diajak ke hotel yess."

Sambil mengocok kopi hingga membuih, Rayyan tak berhenti senyum jatuh cinta. Lupakan akting cool.

Astia ikut menggoda. "Sekamar, enggak, Kak?"

"Sepintu," jawab Rayyan.

"Sepintu berarti sekamar, dongse! Uuululu, gemesin bengeus berdua!"

"Yes! kapalku beneran berlayar!" Astia semringah.

"Saya pingin ngajakin Daddy Hot jalan sore ini. Ada saran ajak ke mana? Bujet pas-pasan."

"Idihh, kemaren udah dua hari berduaan masih kurang?"

Rayyan terkekeh. "Salah ya saya kepingin terus-terusan ada di ruangan yang sama dengan dia?"

"Nanti boleh tanya-tanya, enggak, Kak, di kamar ngapain aja. Buat bahan nulis di Wattpad, nih."

"Pssttt. Target merapat, Gengs!"

Ah, Rayyan meresapi sensasi hangat di pembuluhnya saat melihat Pak Shouki mendekat. Dari pintu kaca Tiadadua, pria itu melangkah padanya. Di dalam kepalanya, semua berputar dalam mosi lambat. Senyum pria itu, bibirnya yang membuka, menggumamkan namanya dengan nada berat.

"Siang, Ra."

"Siang, Pak."

Astia dan Sihar berbaris di belakang Rayyan, senyum-senyum.

Pak Shouki mengetuk telunjuk ke meja agak salah tingkah. "Kok pada ngeliatin saya?" tanyanya pada Sihar dan Astia. "Saya lagi diomongin, nih?"

"Aaah, ngomongin dikit aja, kok, Pak Hot," Sihar berkedip genit. "Cuma penasaran kemarin acara ke KUA-nya lancar apa nyendat di jalan."

"Kalau nyendat kan bisa dibantu kita, mungkin butuh pelumas, Pak," timpal Astia.

Sihar meremas gemas bahu gadis itu. "Ihhhh! Astia anak perawan kok pinter ngomong, sih!"

Pak Shouki tertawa, tatapan hangatnya kembali pada Rayyan. "Oke, kamu punya rekomendasi minuman buat saya hari ini? Pingin coba selain matcha."

"Uuuch, mau coba gaya baru sejak sama Rayyan, ya, Pak Hot?" tanya Sihar.

"Sesekali aja, perubahan suasana."

Rayyan menahan cengiran, sembari tangannya sibuk menyeret selembar menu. "Kita ada menu baru minggu ini. Red velvet latte dengan cokelat putih. Terus, ada coco matcha latte, matcha biasa dengan sedikit twist rasa manis segar dari jeli kelapa. Dan ada dalgona coffee with boba."

DADDY HOT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang