36. Ular (part 2)

4.3K 661 304
                                    

Mama masuk kamar.

Harum semerbak aromaterapi langsung menampar wajahnya. Mama berhenti sebentar di ambang pintu, tak bergerak.

Kamar itu kosong. Satu-satunya pergerakan datang dari ponsel yang bergetar di atas kasur. Namun, Mama tidak langsung mengambil benda itu. Ia melangkah dengan menatap sekeliling terlebih dahulu, seolah bisa mencium wangi lain selain minyak lavender.

Gorden putih berkelebat tertiup angin.

Lemari bajunya sedikit terbuka.

Mama berjalan ke arah lemari itu, diam sebentar di depannya.

Lalu, ia mendorong pintu lemarinya tertutup dan menguncinya.

Mama langsung berlari ke ranjang, menyambar ponselnya. "Halo, Mas Ardi? Maaf, Mas, aku tadi lagi di kamar mandi. Hm?"

Tungkai kaki Mama yang putih, dengan kuku-kuku kaki yang dipoles pink lembut, bersandar ke sisi ranjang. Mama duduk di ranjang sembari berbincang dengan calon suaminya di telepon itu.

Di bawah ranjang itu, Rayyan Nareswara menahan napas.

Dari celah kolong tempat tidur, tampak jemari kaki Mama menekuk berayun lembut, menekuk ke arahnya. Jemari itu seolah memanjang, dan napas Rayyan tersekat. Ia teringat sedang berlutut di tepi ranjang, dan Mama mengajarinya cara menyembah seseorang. Mencium dan mengulum jari kaki terlebih dahulu—

Rayyan menggigit bibir kuat-kuat. Kepalanya berputar, ia ingin membenturkan keningnya ke ubin.

"Hari ini aku enggak ke mana-mana, Mas ...," Mama berbicara telepon, "Hm? Enggak ada siapa-siapa di rumah. Apa? Kamu sama Aldi lagi menuju ke sini? Udah deket? Mau jemput aku, Mas?"

Degup jantung Rayyan mengencang.

Papa Bebop masih di dapur.

Kalau sampai ketahuan oleh Pak Ardi—

Mama menghela napas, naik ke ranjang. Bobot tubuhnya seakan bisa Rayyan rasakan tepat di atasnya, menekannya dengan kecemasan.

"Tapi aku belum siap-siap, Mas. Mendingan kamu jangan ke sini. Aku pengin tidur seharian di kamar. Hm? Iya ... aku udah minum obatnya."

Saat Rayyan merangkak di lantai kolong tempat tidur, siku tangannya mengetuk ubin dingin.

Ada yang tak wajar. Sepetak besar ubin menimbulkan bunyi cukup nyaring saat diketuk olehnya. Di bawah ubin dingin tersebut ada ruang kosong. Sesuatu tertanam di bawahnya.

Mungkinkah Laila Maysita menyimpan rahasianya di bawah ubin itu?

Rayyan berusaha menggali tepian ubin itu dengan tangannya. Tak bisa diangkat! Ubin itu sudah tak bercelah, dikerat dengan semen dan berlapis nat keramik sangat rapi. Shit. Sekuat apa pun Rayyan, tak mungkin bisa memecah ubin dengan tangan kosong dan tanpa suara.

Mama tiba-tiba turun dari ranjang. Kuku kakinya menghadap ke arah Rayyan, sebagian masuk ke kolong.

Rayyan membeku, tak bernapas.

Mama berlutut.

Ia meraba lantai di bawah kolong tempat tidur, menemukan hair clip yang terjatuh di sana, tepat sebelum jarinya menyentuh Rayyan.

Mama berdiri kembali. "Kalau kamu memang udah deket, ya udah aku siap-siap dulu. Bisa kasih aku waktu sejam?"

Mama akan menghabiskan waktu di kamar selama sejam dan Rayyan akan terjebak di bawah kolong tempat tidur.

Dan tamatlah riwayat Papa Bebop.

"Kamu udah di depan kompleks? Mas, kenapa kamu mendadak banget mau jemput aku." Sambil terus menelepon, Mama buru-buru melangkah keluar kamar. Ia pasti mau mengusir Papa Bebop.

DADDY HOT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang