16. Selebrasi

7K 950 650
                                    

Mama pernah menjadi gadis payung.

Foto-foto penampilan Mama pada ajang balap mengisi lembar album. Sekitar sepuluh halaman dipenuhi tubuh berbalut busana minim dan payung berlabel sponsor. Situasi sirkuit, payung-payung cantik, pebalap gagah dan motor-motor antik—Mama bangga memamerkannya.

Rayyan Nareswara usia empat belas merekatkan semua foto tanpa ekspresi

Katanya, Mama masih menyimpan salah satu busana saat ia menjadi umbrella girl. Pada suatu malam, ketika Mama bertengkar hebat dengan Papa (dan memecahkan hampir semua piring di dapur), Mama mengobrak-abrik isi lemari.

Rayyan berdiam di kamar malam itu, sibuk mengejarkan PR aljabar. Ia nyaris tak mendengar saat pintu kamarnya diketuk kasar.

Rayyan melihat sosok umbrella girl di sana. Sosoknya berbeda dengan yang ada di foto. Pakaiannya lebih ketat, lebih banyak lahan kulit yang terlihat. Di tangannya, Mama menggenggam bukan tangkai payung, melainkan secangkir susu cokelat.

Rayyan diam.

Mama tersenyum.

Syarat untuk mendapatkan susu cokelat malam ini tak sulit.

"Bantu Mama lepas baju ini," perintahnya. "Susah dibuka."

Rayyan meraih punggung Mama yang sempit. Tubuh Mama seperti mengecil karena dibelit busana berbahan lateks. Perlahan, Rayyan membebaskan tubuh itu. Ritlesting turun, menampakkan ruas-ruas tulang punggung. Kulit mulus yang tak lagi pengap.

Sudah.

Perlahan, Mama membalikkan tubuh untuk menghadap Rayyan.

Rayyan tidak memalingkan mata.

Di dalam kepala Rayyan, ia membayangkan motor besar.

Motor yang terus menderum di sisi figur-figur peneduh. Ingin berlari sekencang angin hingga mesin tenaga kudanya tak bisa direm lagi.

*

*

*


Rayyan tak tahu saja. Barusan jantung Shouki Wisanggeni berdebar tak keruan.

Ada yang bangkit, tetapi bukan semangatnya.


Shouki Wisanggeni hangat.

Saat menindih pria itu, darah Rayyan berdesir lebih kuat. Wangi dari leher Pak Shouki menelusup napasnya. Sejujurnya ia tak ingin melepaskan. Semalaman, Rayyan seperti bisa merasakan hangat dari kulit pergelangan tangan pria itu, tertinggal di telapak tangannya.

Ia gila karena pria itu.

Rayyan sudah mandi dan bersiap dengan pakaian yang diberikan Arian sejak jam lima pagi. Barangkali Pak Shouki akan datang mengetuk pintu sebentar lagi. Barangkali pria itu akan mengusir Rayyan pulang ke jakarta, traumatis karena ditindih semalam.

Kamar Rayyan diketuk lembut jam enam pagi.

Ketukan itu tidak datang dari pintu connecting door. Namun, Rayyan bisa menebak, pasti Pak Shouki Wisanggeni sedang berdiri di depan pintu kamarnya.

Rayyan membuka pintu, disambut oleh sosok pebalap kesayangannya pagi ini. Pria itu sudah siap dalam balutan polo shirt dan jam kronograf di tangan kiri. Tubuhnya diselubungi wangi memikat yang membuat Rayyan ingin mendekat, pasti baru mandi pagi.

"Ah, pagi, Rayyan ... umm ... udah siap?"

Kaku. Sangat.

Sesuai dugaan Rayyan.

DADDY HOT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang