42. Di Balik Kisah Dongeng (part 1)

4.3K 670 153
                                    

Setelah kemarin roller coaster meluncur keras, di bab kali ini kita selow sedikit.

Bab kali ini juga tidak sepanjang yang kemarin-kemarin tentunya. Fase istirahat. Tarik napas dulu, nikmati dengan secangkir teh. Ini part 1 dari bab 42.




Shouki Wisanggeni merasakan dingin pada telapak tangannya. Kakinya juga terasa kuyup, seperti baru saja ia melangkahkan kaki ke dalam genangan air. Ada dingin yang membekukan.

Bunyi sirene mobil polisi tiba-tiba melintas di depan kafe. Bunyi sirene itu berdenging di telinganya, menaikkan gejolak cemas di jantungnya. Shouki menunggu dengan mengepalkan tangan pada tepian meja makan berkulit beledu.

Nyaris sejam Rayyan belum juga kembali. Astia dan Sihar berdiri di tepi jendela, memandang arah pagar kafe penuh harap. Mungkin lima menit motor Rayyan akan muncul dari sana, harap mereka. Namun, mereka sudah menunggu dari menit ke menit. Rayyan tak pernah datang.

Nomor Rayyan tak bisa dihubungi.

Shouki juga berusaha menghubungi Angelo Bramanty. Tidak aktif.

"Duh, Ra, kemandose!" jerit Sihar.

"Sabar, ya, Pak, mungkin Kak Ra bentar lagi dateng," Astia coba menenangkan. "Macet di jalan kali, ya? Itu kenapa mobil polisi lewat-lewat. Ada kecelakaan pasti."

"Emberan," sahut Sihar, "atau Ra soraya peruca di jali, jadi lambreta."

Tak tahan lagi, Shouki beranjak dari kursi. "Saya harus susul Rayyan. Saya pergi dulu—"

"Tapi motornya masih dibawa Kak Ra, kan, Pak."

Tak ada waktu. Mata Shouki menjelajah ke halaman kafe Tiadadua. Menemukan satu motor matic berwarna pink gemas.

"Sihar, itu motor siapa?"

"Motorola saya, Pak. Ahh—" Sihar terkesiap.

Shouki mencengkeram pundak Sihar. "Boleh saya pinjam sebentar?!"

"B-Bolelang, Pak Hooot!"

*

Shouki Wisanggeni tak pernah berkhayal menjadi pangeran dalam kehidupan seseorang.

Namun, jika ia harus menjadi, ia akan melakukannya untuk Rayyan Nareswara. Lelaki yang ia sayangi sepenuh hati, yang membuatnya memacu motor dengan sangat gesit meski ia tidak sedang berada di lintas balap saat ini. Shouki dengan motor matic Scoopy warna pink melaju secepat angin menuju tempat kos lama Rayyan. Shouki tak peduli jika harus mengebut motor di dalam gang kecil, tetapi ada terlalu banyak orang di dalam gang itu.

Tetangga dan warga sekitar sudah berkumpul. Ada mobil polisi dan ambulans diparkir tepat di depan kos-kosan.

Shouki memarkir motor di depan warung dan berlari tanpa napas. Polisi baru selesai memasang garis kuning. Baru saja sesuatu diangkut menggunakan tandu menuju ambulans. Mayat, atau apa pun itu, membuat orang-orang berjinjit menonton dan menghalangi pandangannya.

"Maaf, permisi, permisi."

Shouki menerobos kerumunan. Ia meraih bahu polisi terdekat dan berusaha memasuki rumah kos, tetapi diminta untuk tidak mendekati lokasi. Shouki mundur bersama warga.

"Maaf, Pak, ini ada apa, ya?" tanyanya gusar. "Ada teman saya di dalam. Saya mau ketemu dia."

"Ada yang mati dibunuh katanya," jawab seorang pria.

Pria yang lain menimpali, "Dibunuh atau bunuh diri, sih. Belum jelas."

Shouki merasakan jantungnya berhenti berdetak. "Siapa yang dibunuh?! Laki-laki? Masih muda? Kira-kira umur berapa?!" pekiknya.

DADDY HOT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang