"Gue nggak nyangka kita bisa sekelas lagi kayak pas TK." Juan menghampiri bangku Gilang yang berada tepat di belakang Jia.
"Oh, jadi kalian temen TK yang ketemu lagi di SMA?" Depi yang penasaran ikut menoleh ke belakang.
Gilang mengangguk perlahan. "Bisa dibilang gitu. Tapi kita ini memang sepupuan."
"Hmm... pantes bisa klop gitu!"
"Eh, ayo balik!" Ajak Jeje kepada Depi dan Jia yang hampir siap. Depi sudah berdiri, sementara Jia masih sibuk mencari sesuatu di lokernya.
"Bentar deh, kacamata gue mana ya?" Tanya Jia kepada siapapun yang tahu benda yang wajib ia bawa kemana-mana itu. Karena kalau tidak, ia tidak bisa membaca tulisan di papan tulis dari jarak sejauh ini.
"Kebiasaan lo Ji, ditaruh mana emang tadi?" Depi turut mencari ke lokernya.
"Nggak tau, gue lup--"
"Ini?" Seseorang menyenggol lengan Jia dari belakang.
Jia melirik sesaat orang itu, Gilang si anak baru. "Makasih." Ucapnya bergegas memasukkan kacamatanya ke dalam tas ketika Gilang bertanya lagi.
"Dara ya?"
Butuh beberapa saat untuk Jia mengerti pertanyaan Gilang sebelum akhirnya mengerti bahwa cowok itu sedang bertanya soal namanya. "Bukan."
"Gue Gilang." Cowok di belakangnya mengulurkan tangan ketika Jia hendak berdiri.
Jia tersenyum menatap Gilang sambil menjawab, "udah tau."
Lalu mereka bertiga melengang dari kelas tanpa Jia berniat membalas ajakan perkenalan Gilang. Menyisakan 2 sepupu yang pernah satu TK karena Biyu sudah pergi terlebih dahulu sebelum mereka.
"Sombong amat!" Kata Gilang saat Jia CS sudah menghilang dari penglihatannya.
"Punya gue itu jangan main-main lo!" Guyon Juan merangkul Gilang untuk keluar kelas.
"Dia?" Tebak Gilang dengan wajah penasaran 'betulkah?'
Juan yang mengerti maksud pertanyaan Gilang dengan santai tersenyum dan memainkan alisnya mengiyakan.
***
Di pertengahan jalan menuju parkiran sekolah Depi dan Jeje tengah ribut soal Jia yang menolak ajakan perkenalan si murid baru.
"Emang cuma Razia Aviari yang nggak ngerasa menyesal karena habis nolak cogan!" Jeje tertawa disusul Depi.
"Emang gila lo Ji, kalo gue jadi lo gue embat tuh cowok!" Sahut Depi.
Dengan raut santai seperti biasa Jia menjawab, "ambil!"
"Anjay!" Mereka kembali tertawa.
"Juan, yang jadi rebutan cewek seantero sekolah aja nggak di acc dari dulu. Gimana ceritanya orang baru bisa ngambil hati ini cewek kulkas?" Pikir Jeje secara kritis.
"Lo berdua terlalu memikirkan gue deh, sampe nggak sadar kalo orang yang diomongin ada di belakang." Ujar Jia menaiki motornya, membuang tatapannya dari spion dimana Juan dan Gilang melirik ke arah yang sama.
Karena merasa malu, Jeje dan Depi berlagak pura-pura tidak tau akan kehadiran orang yang tengah mereka bicarakan dengan lanjut melangkah menuju motor masing-masing. Mengenakan helm lalu menghilang dari parkiran. Jia tidak peduli dengan reaksi Gilang si murid baru soal tindakannya yang kelewat dingin.
Di lain sisi Juan yang tengah memakai helm memberitahu Gilang sesuatu. "Namanya Razia Aviari, panggilannya Jia. Lo dapet nama Dara dari siapa?" Juan bertanya diiringi kekehan khasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stone Cold
Teen FictionRazia Aviari pernah bertanya--mungkin sering-- pada langit gelap berbintang bisakah ia dicintai oleh keluarganya? Karena sejauh ini, dirinya hanya sibuk berlagak seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Menjadi dingin, dan bahkan tidak peduli pada apa p...