[08] Can We Be Friends?

101 52 24
                                    

Coba angkat jempolnya dan Vote ceritanya sebelum membaca hehe. Udah? Okss deh, silahkan membaca kalau begitu😊

Find me on instagram : @geminiestory.ark
.
.
.

(WhatsApp)

______________Gilang______________

Juan : Jia OTW.

Tak sampai sedetik pesan Juan telah dibaca oleh Gilang, segera cowok itu pun membalas.

Gilang : OTW!

Juan menghela napasnya. Sembari menanti ia pun memainkan gitarnya. Hari ini Juan akan menepati janjinya tadi sore kepada Gilang. Yaitu ingin menjadikannya bagian dari mereka. Mungkin Depi, Jeje, dan Biyu oke-oke saja dengan kehadiran anggota baru, tapi Jia? Apa ia akan setuju?

Eits... tunggu! Memangnya sejak kapan Jia peduli dengan hal seperti itu? Bukannya selama ini Jia hanya pemeran pembantu diantara mereka? Kenapa harus meminta persetujuannya kalau begitu?

***

Sesampainya Jia di rumah Juan, ia dengan tegesa-gesa masuk ke dalam. Menemui Juan yang tampak santai melihat kedatangannya. Ia masih terus melanjutkan permainan gitarnya. Dan lagu ini lah yang membuat Jia terhenti sesaat lalu mendekat. Duduk di sebelah Juan.

"Kangen Bunda, Wan?" Tanya Jia mendekat.

Tentu saja! Kunci yang lumayan sulit Jia hapal dalam kepala lantaran dirinya tidak bisa memainkan alat musik itu yang membuatnya pening untuk mempelajari lagu India kesukaan Bunda Juan. Untuk itu, dengan terkagum-kagum oleh kehebatan Juan memainkan tablature gitar lagu 'Tujhe Dekha To Yeh Jaana Sanam' membuat lagu itu menjadi salah satu favoritnya juga.

Juan mengangguk saat Jia meraih susu kotak yang sepertinya sengaja telah disiapkan oleh Juan untuk dirinya. "Nyanyi dong Ji, lo kan suaranya bagus."

Disesapnya susu kotak itu sekali. "Kayak pernah denger suara gue aja lo!" Lantas Jia memutar bola mata.

"Gue mah nggak perlu denger suara lo aja udah tau Ji, Ji. Napas lo aja merdu banget gitu!" Rayu Juan. Tapi tidak bisa membuat pertahanan Jia dalam memanipulasi perasaannya runtuh.

"Gembelan lo nggak banget!" Jia mendengus sambil tangannya ia pakai untuk menggapai chiki di meja.

Namun tak mempedulikan itu, Juan malah asyik bernyanyi dengan tatapannya diarahkan ke mata Jia. Yang memang tidak peduli dengan tatapan pancingan Juan itu.

Tujhe dekha to yeh jaana sanam
Pyaar hota hai deewana sanam
Tujhe dekha to yeh jaana sanam
Pyaar hota hai deewana sanam
Ab yahan se kahan jaaye hum
Teri baahon mein mar jaaye hum
Tujhe dekha to yeh jaana sanam

Di pertengahan lagu Jia buka suara. "Gue kapan-kapan mau belajar gitar kayaknya."

"Sama gue aja!" Tawar Juan menghentikan permainannya.

"Bener ya, janji?" Bukan kelingking, melainkan telunjuk yang Jia arahkan ke depan wajah Juan. Ia seperti sedang mengancam Juan kalau-kalau Juan tidak mau menepati ucapannya.

"Nggak tunggu nanti-nanti, sekarang aja gue bisa ngajarin lo." Ujar Juan diiringi kekehan khasnya.

"Awas aja PHP!" Jia membuang matanya ke arah pintu.

"Ih, sejak kapan gue jadi PHP?" Sergah Juan.

"Yang dulu-dulu di PHP in terus buktinya," jawab Jia sambil asyik memakan chiki keripik kentang.

Stone ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang