Disarankan untuk Vote sebelum membaca okeee👍😎
Find me on instagram : @geminiestory.ark
.
.
.Suara deru motor yang bising membangunkan lamunan Jia. Jia melirik jam di dinding, sudah hampir 3 jam ia menanti orang ini rupanya.
Saat pintu di buka Jia segera menembaknya dengan pertanyaan. "Bang, lo lihat bola kasti gue nggak?"
Julian yang baru saja meletakkan helmnya, malah balik bertanya tanpa menoleh ke arah adiknya. "Bola? Yang lo buat mecahin vas bunga kemarin?"
Astaga, mengapa ia harus membahas kejadian itu lagi?
"Nggak sengaja gue!" Tegas Jia. "Udah mana cepet bolanya?"
Kekehan Julian membuat Jia mengernyitkan dahi. "Kok tanya gue, tanya Mama lah!"
"Kan lo yang megang waktu itu!" Jia emosi. Karena setaunya, sebelum ia memutuskan untuk pergi dari rumah kemarin, Abangnya lah yang mengambil bola kasti itu. Yang merupakan hadiah pemberian Juan di ulang tahun ke 13 nya.
"Salah siapa kabur kemaren? Ya udah di tangan Mama lah bolanya." Ntah mengapa tawa Julian terdengar seolah sedang meledeknya.
"Kenapa lo--"
Suara pintu kamar di buka seketika membungkam mulut Jia, sudah ia pastikan malam ini akan ada ocehan lagi untuknya. Dan benar, Irene keluar dengan suara memekik.
"Aduh... malem-malem ribut kenapa sih?" Tanya Irene.
Julian mengendikkan bahu. "Nggak tahu." Ucapnya sambil mengambil buah-buahan yang tersedia di meja makan. Yang kebetulan tidak jauh dari tempat kejadian perkara.
"Kamu ngapain lagi sih, kerjaannya bikin ribut terus tengah malem?!" Kali ini pertanyaan hanya disodorkan kepada Jia.
"Bola Jia mana, Ma?" Dengan tatapan mengarah lantai Jia bertanya.
"Bola apa lagi?"
"Bola kasti Jia."
"Bola sialan itu yang kamu cari?" Irene memberi Jia clue lewat sorotan matanya. Di sudut tembok pembatas ruang tamu dengan dapur lah bola itu berada. Bola yang sudah terpotong menjadi beberapa bagian.
Jia menatap sengit pada bolanya meski amarah ia tujukan pada Mamanya. "Kenapa Mama rusakin bola Jia?"
"Bola sialan itu yang udah ngancurin vas bunga saya dan kamu masih tanya kenapa?" Sengit Irene menatap putrinya marah.
Tanpa suara lagi Jia menghampiri bolanya. Memungutnya dalam kepalan ketika Julian angkat suara.
"Lagian cuma bola kasti biasa doang, sampe segitunya!" Julian memutar bola matanya. Merasa kalau adiknya itu aneh.
"Lo nggak tau apa-apa mending diem deh!" Ujar Jia memarahi Julian.
"Heh! Kenapa kamu malah marahin anak saya? Di sini itu kamu yang salah!" Tutur Irene kembali membuat Jia bungkam oleh ketidakadilan ini.
"Aneh!" Sahut Julian sambil memakan apelnya.
"Diem!" Kali ini mata Jia melotot marah.
"KAMU YANG DIEM!"
Bentakan Mamanya membuat Jia bangkit dan kembali mengalah. Bola yang sudah tidak berbentuk itu masih dalam genggamannya.
"SANA! KABUR LAGI SANA! NGGAK USAH PULANG-PULANG SEKALIAN!!" Mendengar itu, Jia yang tadinya ingin masuk ke kamar saja merubah pikiran. Ia tidak berbelok ke arah kamarnya. Melainkan menuju pintu utama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stone Cold
Teen FictionRazia Aviari pernah bertanya--mungkin sering-- pada langit gelap berbintang bisakah ia dicintai oleh keluarganya? Karena sejauh ini, dirinya hanya sibuk berlagak seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Menjadi dingin, dan bahkan tidak peduli pada apa p...