[07] Yang Terdalam

119 62 30
                                    

Alangkah baiknya jika kalian Vote dulu sebelum membaca, okss?☺

Find me on instagram : @geminiestory.ark
.
.
.

"Tidur dimana lo semalem?"

Baru saja Jia membuka pintu kamarnya, Julian sudah menyerangnya dengan pertanyaan. Membuat langkah Jia terhenti sesaat, sedikit melirik orang itu tanpa minat.

"Bukan urusan lo!" Balas Jia. Meneruskan langkahnya untuk pergi ke sekolah.

"Sarapan dulu, woy!" Julian terus memandangi adiknya yang tidak berhenti berjalan.

"Duluan!"

Tidak ada yang perlu tau dimana Jia semalam. Tidak ada yang perlu tau bagaimana perasaan Jia selama ini. Tidak ada yang perlu tau kalau Jia benci bila ada yang sok peduli. Tidak ada yang perlu tau dengan semua itu!

***

Sampai di sekolah, Jia agak ragu untuk masuk ke dalam kelas. Ia melirik sejenak ke arah Juan yang sudah lebih dulu berangkat darinya. Cowok itu hari ini membawa gitar ke sekolah dan sedang memainkannya. Bersama Depi, Jeje, dan Biyu yang mengiringi musik dengan lantunan lirik lagu Peterpan berjudul 'Yang Terdalam'.

Kulepas semua yang kuinginkan
Tak akan ku ulangi
Maafkan jika kau ku sayangi
Dan bila ku menanti

Pernahkah engkau coba mengerti
Lihatlah ku disini
Mungkinkah jika aku bermimpi
Salahkah tuk menanti

Namun, kedatangan Jia ditengah-tengah mereka malah menimbulkan protes karena Jia yang tiba-tiba berhenti di sebelah meja Juan. Lalu duduk di sampingnya.

"Kenapa lo, Ji? Muka ditekuk begitu?" Tanya Juan menoleh ke kiri, dimana Jia berada.

"Ishh... kok berhenti sih Wan mainnya? Ganggu lo, Ji!" Protes Jeje dengan wajah cemberut.

"Bentar!" Ujar Jia lalu meletakkan bola kasti yang sudah tidak berwujud itu ke meja Juan.

"Cih, apaan nih?" Juan bertanya sambil tertawa. Sepertinya ia belum mengenali kalau itu hadiah pemberiannya 4 tahun silam.

"Bola yang lo kasih rusak Wan. Gue balikin aja deh," Jia bangkit dan segera pergi dari sana menuju tempat duduknya.

"Ayo, lanjut!" Depi dengan antusias menggoyangkan seragam bagian lengan Juan agar cowok itu segera melanjutkan permainan gitarnya. Sementara yang disuruh justru sedang memandang Jia dalam. Ada apa sebenarnya?

Namun Juan tidak membiarkan protesan itu terus mengalir di telinganya, ia pun dengan kesal kembali melanjutkan lagu mereka yang terhenti.

Tak kan lelah aku menanti
Tak kan hilang cinta ku ini
Hingga saat kau tak kembali
Kan ku kenang dihati saja

Hari ini seluruh mata pelajaran terasa membosankan bagi Jia. Bahkan di waktu pulang sekolah pun Jia masih merasakan hal itu. Namun dengan berpikir positif Jia sempat mengira bahwa ini adalah tanda-tanda dirinya akan haid.

"Ji," sapa Juan sudah siap untuk pulang. "Ada PR MTK."

Jia menghela napas jengah. Seharusnya Juan tidak perlu berbasa-basi karena Jia juga bisa dengar kalau guru terakhir yang mengajar tadi memberikan mereka tugas untuk di rumah. Namun dengan senyum simpul ia menerima buku latihan itu, memasukkannya ke dalam tas.

"Lo keliatan badmood gitu?" Juan penasaran.

Bukannya menjawab, Jia justru berkata hal lain. "Nanti malem gue anter buku lo."

Stone ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang