Tekan bintang sebelum membaca yegaes😎
Jangan lupa share cerita ini ke teman2mu okss?😄
Find me on instagram : @geminiestory.ark
.
.
.Penampilan Jia sudah rapi. Sekali lagi ia mengecek bayangan tubuhnya di cermin membuat Tante Mira yang tengah minum air di meja makan merasa heran.
"Malem-malem udah rapi aja, mau kemana sih Ji?" Mira tersenyum curiga. "Perasaan pacar aja nggak punya, tapi sampe harus ngaca berkali-kali gitu?"
Jia berdecak lalu tersenyum. Rupanya Tantenya sedang memperhatikan gerak-gerik Jia dari luar kamar. Ia pun keluar, berjalan menuju Tantenya di meja makan. "Jia mau ke rumah Juan, belajar gitar."
Melihat ponakannya memainkan alis membuat Mira terkekeh dan penasaran. "Sejak kapan?"
Jia menoleh sekilas. "Apanya?"
"Suka sama Juan?" Lanjut Mira.
Sontak wajah yang tertangkap basah itu kembali tertuju kepada Mira. Namun Jia hanya melebarkan senyumannya dan menggeleng. Menarik kursi lantas mendudukinya.
Memang cuma Tante Mira yang bisa membaca wajah itu.
"Tan," panggil Jia. Mira turut menarik kursi. "Salah nggak sih suka sama sahabat sendiri?"
Alis Mira menyatu. "Apanya yang mau disalahin? Perasaannya? Atau orangnya? Itu namanya manusiawi tau Ji!" Jia mendengarkan secara seksama. "Lagian nih ya, kalo ada rasa sama sahabat sendiri aja salah. Mending nggak usah sahabatan."
Jia berdehem sambil berpikir. "Jia sayang Tan sama Juan, tapi Jia nggak tau mau bilang kayak mana. Takut setelah ini Juan malah ninggalin Jia. Jia belum siap kalo harus kehilangan Juan."
"Kenapa harus takut? Bukannya Juan juga suka sama kamu?"
Kepala Jia segera menoleh lagi. "Kata siapa?" Kok bisa tau?
"Kamu nggak tau aja segimana khawatirnya dia waktu kamu pergi. Nggak masuk sekolah tiga hari. Selalu nanyain ke Tante kamu udah pulang belum." Mira menggapai bahu Jia meminta untuk di dengar. "Dengerin Tante nih ya, dia itu sayang sama kamu. Kalo dia nggak sayang, mana mungkin dia sampe kayak gitu? Mungkin kamunya sendiri yang terlalu parno. Belum berani buka hati untuk Juan. Gimana mau tau hasil kalo belum perang udah mundur gitu aja?"
Benar apa kata Tante Mira. Gue terlalu takut sama hasil yang belum gue dapet sama sekali. Gue terlalu pengecut untuk ngungkapin perasaan gue.
Seketika Jia bangkit, mengejutkan Mira yang masih menatap Jia. Meyakinkan ponakannya agar mau berjuang sebelum mundur dari medan perang. "Doain ya Tan," Jia bergegas pergi.
Mira pun melebarkan senyuman. "Semangat anak muda!" Teriak Mira saat sampai di depan pintu yang dibalas Jia dengan tertawa.
"Semangat!"
***
Helm Jia ditaruh di spion. Lalu ia segera masuk ke dalam rumah Juan. Langkah pertama ia menjejakkan kaki terdengar sambutan suara petikan gitar. Gilang rupanya yang tengah bermain. Jia mendekat.
"Cantik amat?" Heran Gilang yang hanya dibalas Jia dengan memutar bola mata.
Bagaimana Tante Mira dan Gilang tidak terpesona? Lihat saja, Razia Aviari yang biasanya hanya mengenakan kaus panjang dengan bawahan jeans, kini justru tampak cantik dengan memakai sweater krem oversized yang berpadu dengan rok denim yang panjangnya sebawah lutut. Sungguh bukan Jia seperti biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stone Cold
Teen FictionRazia Aviari pernah bertanya--mungkin sering-- pada langit gelap berbintang bisakah ia dicintai oleh keluarganya? Karena sejauh ini, dirinya hanya sibuk berlagak seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Menjadi dingin, dan bahkan tidak peduli pada apa p...