Masih diingetin buat kalian untuk Vote sebelum membaca yaa😊
Jangan lupa tinggalkan jejak di setiap paragrafnya. Okss?😆Find me on instagram : @geminiestory.ark
.
.
.Motor Juan melaju kencang. Jia pun tengah dibonceng olehnya. Jarak semeter di belakang, ada Gilang yang membuntuti. Juan dan Gilang bahkan belum bilang apa-apa kepada Depi dan Biyu, yang mungkin masih berkeliling mencari.
"Kita mau kemana?" Tanya Jia penasaran.
Dari balik helm Juan menjawab. "Ke rumah Oma."
Dahi Jia berkerut. "Ngapain? Kita kan mau cari tempat buat anak-anak tinggal."
Juan tidak tertarik untuk menjawab pertanyaan Jia. Karena ada satu pertanyaan yang sampai saat ini masih mengganjal di tenggorokannya. "Ji, rumah lo dimana sih?"
"Ya... ditinggal lah!" Jia bergurau. Sebuah jawaban yang menurut Jia bisa mencegah Juan agar tidak tau jawaban dari pertanyaannya.
"Habis ini ke rumah lo ya," pinta Juan.
"Nggak mau."
"Bentar doang. Mau numpang makan. Kasihan Gilang kelaperan, lihat geh mukanya." Tawa Juan seketika menggelegar, menularkan Jia yang masih bertahan pada sifat batunya.
"Nggak ada makanan di rumah. Nanti anterin gue ke tempat Tante aja."
"Padahal gue maunya ke rumah elo. Sekalian PDKT sama calon mertua." Di kalimat akhir Juan memainkan alisnya ke spion. Membuat Jia memutar matanya malas.
Seseorang yang berkendara di belakang terus menatap Jia penasaran. Gilang dengan segala keingintahuannya masih bertanya-tanya dalam hati.
"Lo kenapa, Dar? Banyak hal yang berubah dalam diri lo. Lo bahkan nggak ingat sama gue. Padahal dulu lo cewek terbahagia yang selalu buat gue ketawa. Selalu membawa keceriaan di setiap tawa yang lo bagi. Tapi sekarang... kenapa lo berbeda? Dara... lo kenapa?"
***
Motor Biyu baru saja masuk ke pekarangan rumah Oma Juan. Depi yang melihat Jia ada di halaman mendadak jadi histeris sendiri.
"Aaa... JIA!!! Seatmate gue tercintahh..." Saat motor berhenti Depi segera turun. Menghampiri Jia dan memeluknya dengan agresif. "Lo kemana aja? Gue kesepian tau duduk sendiri. Ya, walaupun lo lebih sering diem, seenggaknya ada makhluk kasat mata yang mau dengerin curhatan gue. Tapi karena lo nggak masuk gue jadi nggak bisa curhat sama lo. Untung aja bisa ketemu."
"Ahh!" Jia teriak kesakitan atas ulah Depi yang mencubitnya.
Tak mempedulikan Jia yang masih kesakitan, Depi lantas melepas pelukannya dan bertanya. "Siapa yang nemuin ini orang?!"
Juan menunjuk Gilang. Mata Depi lalu kembali melirik Jia. "Sialan emang lo, Ji! Bolos nggak bilang-bilang." Depi menendang kaki Jia pelan berkali-kali sampai tanpa Depi sadari bibirnya telah mengerucut sedari tadi.
"Woy, KDRT lo sama bini gue!" Juan yang tidak terima melihat Jia diperlakukan semena-mena segera melindungi. Kali ini perkelahian dari sudut biru malah berganti petarung. Juan lah yang menggantikan posisi Jia ketika tiba-tiba Oma datang dengan nampan yang berisi seceret teh manis dan beberapa cemilan. Tak lupa gelas-gelas yang dibawa oleh Bi Ratih.
Mendadak pertarungan sengit berubah menjadi canggung di depan Oma. Oma menaruh nampannya di meja.
"Kok nggak masuk aja sih? Ayo, ayo, masuk! Duduknya di ruang tamu aja." Ujar Oma dengan tangan yang mengajak untuk ke dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stone Cold
Teen FictionRazia Aviari pernah bertanya--mungkin sering-- pada langit gelap berbintang bisakah ia dicintai oleh keluarganya? Karena sejauh ini, dirinya hanya sibuk berlagak seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Menjadi dingin, dan bahkan tidak peduli pada apa p...