Selamat menjalankan ibadah puasa hari pertama bagi yang menjalankan ye gaesss😊
Find me on instagram : @geminiestory.ark
Tekan bintang sebelum membaca. Terima kasih😁
.
.
.Pandu menoleh ke arah pemotor yang baru saja memberhentikan jalannya. Ia ingat orang itu yang tadi memberinya uang saat mengamen tadi.
"Dek! Eh, lo yang tadi kan?" Tanya Juan yang baru sadar setelah membuka kaca helmnya.
"Iya, kenapa Bang?"
Juan lantas bertanya sambil mengecek titik lokasi yang dibagikan Gilang. "Lo tau... pabrik roti Makmur Berjaya nggak? Kalo di maps sih ada di sekitaran sini. Depan mie ayam Kang Ical." Juan lalu mengangkat pandang dan mencari-cari. "Lah, itu mie ayam Kang Ical." Tunjuk Juan.
"Pabriknya bangkrut Bang, tuh!" Ucap Pandu memberi Juan clue lewat sorot matanya. "Kayaknya sih," lanjut Pandu yang kurang yakin apakah memang karena bangkrut atau ada hal lain.
"Oh..." Juan melihat maps di ponselnya sekali lagi. "Iya deh, kayaknya itu."
"Lagi nyari siapa emang, Bang?" Penasaran Pandu mengingat ada teman Juan yang juga sedang di rumah mereka.
"Ji--" Juan mengganti ucapannya. "Razia Aviari. Kenal?"
"Nggak." Pandu menggeleng.
"Itu lho yang cantik." Beritahu Juan sambil cengengesan.
"Anak SMA Tirtajaya, bukan?" Tanya Pandu meliriki seragam Juan yang tertutup oleh jaket kulitnya.
"Iya!" Seru Juan heboh sendiri.
"Nggak ada kalo Razia Aviari, adanya Kak Jia. Tuh, orangnya di rumah." Pandu megendikkan dagunya mengarah ke tempat tinggal yang sebentar lagi tidak bisa ia tinggali.
"Iya itu panggilannya." Juan memasang raut datar lalu melirik ke gedung kumuh yang tak jauh dari pantauannya. "Itu... rumah?"
Juan kembali menoleh ke arah Pandu ketika rupanya orang yang ditanya sudah pergi dari sana. "Yah, belum kelar malah pergi si Kampret!"
Di lain sisi Gilang sedang mengajukan pertanyaan saat melihat Jia yang melewatinya begitu saja. "Mau kemana lo?"
"Pergi. Lo emangnya masih mau tinggal di sini?" Jia lantas mengendikkan bahunya. "Ya udah."
"Tapi Juan lagi OTW." Beritahu Gilang mengejar Jia yang hampir saja melengang.
Seketika membuat Jia menarik napas panjang dan menghelanya dengan keras. Jia pun berbalik ke arah Gilang. "Berapa orang?"
"Apanya?" Tanya Gilang tidak maksud.
"Berapa orang yang lo ajak ke sini?" Ulang Jia.
"Cuma gue... Juan... Nggak tau kalo Juan udah ngasih tau Depi sama Biyu."
"Nggak sekalian satu sekolahan lo bawa ke sini?" Kesal Jia.
Alangkah bodohnya cowok ini.
"Lo bilang lo bisa jaga--"
"JIAAAA!!! Anjing! Ah, Kampret!" Umpat Juan berlari mengarah ke Jia. Ingin memeluk cewek itu yang sudah siap dengan tinju di hadapannya. "Belom juga kena!" Ucap Juan menurunkan tangan yang sudah siap untuk menerjang Jia dengan pelukan.
"Kayak yang udah lama nggak ketemu aja lo main peluk-peluk. Alay!" Oceh Jia menurunkan tinjunya.
"Tiga hari, Ji! Lo kemana aja?" Seketika Juan mengomel dengan mata yang tampak sebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stone Cold
Teen FictionRazia Aviari pernah bertanya--mungkin sering-- pada langit gelap berbintang bisakah ia dicintai oleh keluarganya? Karena sejauh ini, dirinya hanya sibuk berlagak seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Menjadi dingin, dan bahkan tidak peduli pada apa p...