18 ~ Antar jemput

51 7 77
                                    

Matahari telah menunjukkan jati dirinya, terlihat kegelapan telah berganti menjadi cahaya. Tanpa membuka mata, tangannya meraba-raba ranjang untuk mencari ponsel yang berdering sejak tadi

"Aduh, pagi-pagi udah nelepon. Siapa sih" lirih Faranisa, membuka matanya perlahan

"Halo?" ucap seseorang dari seberang sana

"Hm"

"Faranisa"

"Apa?"

"Lo berangkat naik apa ke sekolah?"

Tak ada jawaban.

"Fara, oy!"

Faranisa masih menguap, berusaha mengumpulkan nyawanya.

"Fara! Lo denger gak sih!"

"Apaan sih!"

"Eh lo gak sopan ya sekarang!"

Faranisa menjauhkan ponsel tersebut dari telinganya, melihat nama kontak yang meneleponnya.

"Eh Kak, gue gak tau kalau lo yang nelepon"

"Kebiasaan ya lo"

"Hehe, sorry"

"Lo berangkat naik apa?"

"Angkutan umum kali"

  Tut.. Tut.. Tut..

Panggilan diakhiri secara sepihak.

"Apaan sih, cuma nanya gitu terus dimatiin? Gak guna banget jadi Kakak"

****

   Verrel sudah terbangun sejak pukul 05.00 pagi, ia tahu bahwa orang tuanya sedang sibuk mengurusi urusan kantor dan dirinya. Lelaki itu membuka ponselnya, menelepon seseorang yang ada di seberang sana. Sudah beberapa kali ia menelepon, namun tak ada jawaban. Menunggu selama 30 menit lamanya, hingga waktu menunjukkan pukul 05.30. Barulah seseorang itu mengangkat teleponnya. Ya, dia adalah Faranisa. Adik bungsunya.

Setelah hampir dua menit, akhirnya panggilan itu ia akhiri. Menelepon seseorang lagi untuk meminta bantuan

"Halo"

"Oy"

"Lo bisa bantu gue gak?"

"Apa?"

"Lo anter Faranisa ke sekolah ya"

"Hah?"

"Gue takut kalau dia naik angkutan umum, apalagi tuh anak belum pernah naik angkutan umum sebelumnya"

"Nyokap lo?"

"Gak bisa, dia sibuk"

"Oke"

"Sip"

"Fara udah tau kalau gue yang bakal jemput dia?"

"Udah"

"Oke"

****

   Suara bel yang tak sabar itu membuat Faranisa berdecak kesal, mengganggu dirinya yang sedang sibuk menyisir rambut di depan cermin.

"Ya ampun sabar kek!"

Faranisa membuka pintu apartemen, menampakkan lelaki tampan bertubuh tinggi

"Lo?"

"Napa?"

"Ngapain pagi-pagi datang ke apartemen gue?"

Unexpected Cold HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang