Waktu masih menunjukkan pukul 06.00, tetapi Faranisa telah tiba di sekolah. Suasana pagi hari yang sunyi nan sepi tak membuat Faranisa merasa takut, melainkan merasa bahagia. Tentu ada alasan tertentu mengapa gadis itu tiba sangat pagi di sekolah, dan mengapa ia bahagia.
Sejak semalam, Faranisa merencanakan sesuatu untuk membalaskan dendamnya pada Axel. Melihat keadaan sekolah yang mendukung, Faranisa segera berlari menuju kelas XII IPA 3. Masuk ke dalam kelas tersebut, dan mencari-cari bangku yang Axel tempati. Faranisa berjalan ke arah bangku tersebut, mengambil sebuah kertas dan spidol dari dalam tasnya
Untung belum ada siapa-siapa, jadi gue bisa sepuasnya balas dendam sama lo. Axel! Lihat aja, nanti lo yang lebih malu daripada gue. Batin Faranisa
Menulis sesuatu di atas selembar kertas itu, dengan penuh dendam dan kelicikan yang ada dibenak Faranisa.
To: Faranisa
Gue kangen banget sama lo, gue pengen ketemu sama lo. Maaf ya selama ini gue selalu buat lo marah, gue kangen banget sama lo.
Setalah selesai menulis di selembar kertas, Faranisa segera menempelkannya di atas meja Axel. Mungkin Faranisa masih merasa kurang puas. Melihat kondisi, bahwa saat ini ia sedang menggenggam spidol, gadis itu berjalan menuju papan tulis, menuliskan beberapa kata di sana.
Gue kangen Faranisa
By: Axel
Haha, mampus lo! Rasain! Siapa suruh buat gue marah, dasar tiang tolol!
Udah ah, kasihan. Mending ke kelas, daripada nanti ketauan. Batin Faranisa
Faranisa kembali lagi menuju kelasnya. Seolah tak terjadi apa-apa, Faranisa duduk dengan anggun di bangku miliknya, siap memancarkan senyum kepada seisi kelas.
****
Tiga puluh lima menit berlalu...
Axel sudah tiba di sekolah seperti biasa, menaiki satu per satu anak tangga menuju kelas XII IPA 3. Baru saja Axel tiba di pintu kelas, keempat temannya kecuali Dhio sudah menyoraki dirinya. Tentu Dhio tidak bersorak, karena batang hidungnya saja belum terlihat di kelas
"Ciee, Axel.." sorak Reynand
"Siapa nih yang lagi kangen sama Faranisa, cie.. Cie..." balas Devan
"Heum, Axel..." lanjut Gavin
Axel? Lelaki itu hanya mengernyitkan dahi, tak mengerti apa maksud dari perkataan barusan.
"Xel, coba deh lihat ke papan tulis. Itu lo yang nulis? Gue baru tau kalau lo alay" pinta Reynand
Axel melangkahkan kakinya menuju papan tulis kelas, saat membaca tulisan tersebut, mata bulat Axel rasanya seperti akan keluar. Lelaki itu segera menghapus tulisan tersebut dengan kasar
"Bukan gue yang nulis ini! Kalian jangan gampang percaya dulu"
"Lah terus siapa? Bukannya kemarin lo yang nulis ini? Soalnya di antara murid kelas ini, lo yang pulang paling lama" ucap Devan
"Ya mana gue tau, intinya bukan gue"
"Ya udah sih ngaku aja, gak bakal gue bilangin kok ke Fara"
"Iya, tenang aja" lanjut Reynand
"Bodo amat, intinya bukan gue yang nulis" ucap Axel sambil mengedikkan bahunya
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Cold Heart
Romance"Don't judge a book by the cover, and don't judge a book by the first page." Axel, lelaki yang memiliki wajah di atas rata-rata, tinggi semampai, periang, dan baik hati. Tetapi, semua itu menjadi berubah dikarenakan masa lalu percintaan yang kelam...