Seperti perkataannya, Axel akan mengunjungi apartemen Faranisa hari ini. Senja menemaninya, Axel sudah menunggu di depan apartemen lebih dari dua jam. Axel menghela nafasnya, apakah Faranisa benar-benar tidak ada di apartemen. Entahlah, perlu untuk mengetahuinya. Axel memutuskan untuk pergi ke ruang apartemen Faranisa, mengetuk pintu tersebut
Tok.. Tok..
Tidak ada jawaban dari dalam.
Tok.. Tok..
Tetap tidak ada jawaban.
Kini, Axel memilih untuk menekan bel apartemen.
Ting.. Tong..
Masih tidak ada jawaban.
Axel membuang nafasnya perlahan, niatnya ingin mengetuk pintu ruang apartemen itu lagi. Tetapi, sebuah tangan menyentuh pundaknya, membuat Axel menoleh
"Maaf, orangnya gak ada" beri tahu seorang perempuan remaja
Axel mengernyitkan dahi, ia bingung.
"Beberapa jam yang lalu, semuanya pergi"
"Kalau boleh tau, ke mana ya?"
"Kurang tau, soalnya mereka buru-buru gitu Kak"
"Makasih infonya"
"Iya Kak"
Axel menyandarkan kepalanya pada pintu apartemen.
"Coba aja"
"Kalau gue ada, gue bakal jelasin alasan kita putus. Dan, kalau gue gak ada, lo jangan temui gue lagi"
"Seberapa benci lo sama gue, Far? Sampai lo harus buru-buru ninggalin apartemen? Apa semua perkataan lo bener?" monolog Axel, memejamkan matanya
"Faranisa.." lirih Axel
Axel berdiam, lalu mengetikkan sesuatu di ponselnya. Menunggu balasan dari seseorang yang diberi pesan, namun tak kunjung datang.
"Apa salah gue, Far?"
Axel merasa pikirannya kacau, lelaki itu segera pergi dari apartemen. Menunggai motor ninja merah miliknya, kali ini benar-benar tidak bisa dikendalikan. Motor ninja berwarna merah itu melaju dengan kecepatan maksimal, melewati jalanan kota.
"Gue benci sama diri gue sendiri"
Motor ninja itu berhenti di sebuah tempat hiburan, kelab malam. Hanya ini jalan satu-satunya yang bisa dilakukan Axel. Tetapi, saat masuk ke dalamnya, sungguh diri Axel tak bisa beradaptasi. Musik dengan iringan disjoki, Axel sangat tidak menyukainya. Axel terduduk di sebuah kursi yang ditempati oleh beberapa lelaki mabuk dengan beberapa alkohol dan asap rokok yang menemaninya.
"Hey Bro, lo siapa? Gue gak kenal nih, baru ya lo?" tanya lelaki dengan tampang yang acak-acakan dan sepuntung rokok di tangannya
"Yoi"
"Nih coba" ucap lelaki itu, memberikan sepuntung rokok
Axel menerimanya, namun belum juga mencobanya, dada Axel sudah merasa sesak karena asap rokok. Axel belum pernah mencoba untuk merokok sebelumnya, dan tidak ada niat untuk mencobanya.
"Uhuk.. Uhuk.." batuk Axel
"Eh lo laki napa, belum pernah ngerokok? Ya udah, gak usah deh, minum alkohol aja"
"Hay ganteng" sapa seorang wanita yang berpakaian terbuka
Perempuan itu terduduk di pangkuan Axel.
"Ganteng banget sih"
Perempuan itu memegang dagu Axel, dengan cepat Axel menepisnya.
"Udah lo seneng-seneng aja" bisik lelaki yang ada di sebelahnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Cold Heart
Romance"Don't judge a book by the cover, and don't judge a book by the first page." Axel, lelaki yang memiliki wajah di atas rata-rata, tinggi semampai, periang, dan baik hati. Tetapi, semua itu menjadi berubah dikarenakan masa lalu percintaan yang kelam...