Dengan balutan jaket tebal, Axel terduduk di jok belakang mobil sedan berwarna hitam. Mobil sedan hitam itu melaju menuju bandara, dikendarai oleh Andrian. Axel, lelaki itu meraih nilai tertinggi di sekolahnya, usaha yang dilakukan Axel tanpa kenal lelah tidak berujung sia-sia. Dengan nilai sempurna, Axel bisa menggapai keinginannya untuk melanjutkan sekolah di Swiss. Sebenarnya bukan keinginannya, melainkan keinginan Andrian. Tetapi tak masalah, demi melihat senyum orang tuanya, apa saja akan dilakukan Axel asalkan itu masih benar.Mobil sedan hitam terhenti di bandara, Axel keluar dari mobil dengan sebuah koper yang dipegangnya saat ini. Begitu pun dengan Deolinda dan Andrian, kedua orang tua yang mengantar kepergian Axel juga turun dari mobilnya
"Sayang, hati-hati ya. Jaga kesehatan" ujar Deolinda dengan mata berkaca-kaca
Axel memeluk hangat tubuh ibunya seraya tersenyum penuh arti, "Mamah juga jaga kesehatan, Axel bisa jaga diri kok. Goodbye, Mah"
Axel melepas pelukan eratnya, beralih dengan Andrian yang memeluk tubuh putra tampannya, "Papah bangga sama kamu, hati-hati ya. Jaga kesehatan, belajar yang sukses"
"Siap Pah"
"Goodbye" ujar Axel, melambaikan kedua tangannya kepada Andrian dan Deolinda
Kedua orang tuanya membalas lambaian tangan itu dari jauh.
Kini Axel sudah duduk di bangku pesawat, penerbangan sudah dimulai. Dirinya sudah berada di tengah-tengah awan, manik mata coklat miliknya menatap ke arah jendela pesawat. Axel telah meninggalkan kota yang menyimpan berbagai banyak cerita, dan gadis yang sangat ia sayangi.
Selamat tinggal Mah, Pah.
Selamat tinggal juga, Faranisa.
Mungkin, inilah akhir dari sebuah cerita. Mungkin inilah akhir dari kisah percintaan Axel.
Kenangan sudah terlukis dengan indah, alam menjadi saksi kisah percintaan itu. Kenangan sudah terukir dengan abadi.
Seketika, sepatah kata terbesit di memori lelaki itu.
"Semangat ujiannya Kak, semoga masuk universitas yang Kak Axel mau"
Axel tertawa kecil, "Beruang madu, makasih. Gue bisa masuk universitas itu"
Namun, tidak benar-benar tertawa. Dalam waktu sekejap, air muka Axel sudah berubah
Tuhan, apa aku masih bisa bertemu dengan setengah dari hati ini di kemudian hari?
Jaga diri ya, baik-baik di sana. Gue gak akan pernah lupain lo.
Beruang madu, mungkin jarak telah hadir di antara kita. Kita akan berjauhan, kita tidak akan saling memberi kabar lagi.
Faranisa Zeline Altezza, boleh kan gue jujur? Lo adalah kenangan yang terindah.
Terima kasih telah hadir dalam kehidupan ini, terima kasih telah menjadikan pahlawan kecil menjadi Axel yang kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Cold Heart
Roman d'amour"Don't judge a book by the cover, and don't judge a book by the first page." Axel, lelaki yang memiliki wajah di atas rata-rata, tinggi semampai, periang, dan baik hati. Tetapi, semua itu menjadi berubah dikarenakan masa lalu percintaan yang kelam...