56 ~ Kenangan

19 4 0
                                    

   Seorang gadis cantik terduduk sambil memandangi keindahan kota dari jendela kamar, wajah cantik dengan rambut panjang berwarna coklat cerah, senyum tipis tercetak di wajahnya. Memandangi keindahan sebuah kota dari negara penghasil cokelat terbaik di dunia. Ibu kota yang terletak di salah satu negara, kota Bern. Namun, senyum itu seketika melengkung ke bawah. Gadis cantik itu menatap jam kecil di pergelangan tangannya, masih banyak waktu untuk meratapi kesendiriannya. Dua jam adalah waktu yang lama setelah mengurung diri hanya untuk menatap orang yang berlalu-lalang dari sebuah jendela. Gadis cantik itu menghela nafas sebentar, langkah perlahan dari kedua kakinya mengarah ke sebuah meja belajar. Menatap lekat beberapa pigura yang menyimpan banyak kenangan, lalu mengusapnya. Tak sadar, sebulir hangat keluar dari kelopak mata indah gadis itu.

Sudah satu tahun lamanya, perubahan-perubahan kecil ditunjukkan. Tetapi, tidak untuk perasaan. Perasaan yang telah lama hadir belum bisa dilupakan, perasaan terhadap seseorang yang mempunyai pengaruh besar bagi kehidupannya.

Senyumnya merekah, sesaat dirinya menatap sebuah boneka dan pigura itu secara bergantian. Apalagi, catatan dari seseorang yang ia pajang di pigura itu agar bisa membacanya selalu. Mungkin, tiga kali dalam satu pekan.

Faranisa Zeline Altezza

Dia beruang madu kecil, dia bakal nemenin beruang madu. Gak lupa, beruang putih besar yang akan ngelindungi beruang madu. Beruang madu, besok-besok ketemu gue ya. Gue cuma mau ucap satu dua kata. Beruang madu, ingat kata pemilik beruang madu.

Cobaan selalu datang, entah sulit atau mudah. Tetap aja itu cobaan. Jangan menyerah, gue tau lo lagi sakit Fara. Tapi gue gak tau lo sakit apa. Yang pasti, itu bukan demam. Gue yakin. Dan, gue juga gak tau kenapa lo mutusin gue.

Thanks beruang madu

Pemilik beruang madu

Gadis itu tersenyum lebar, hingga sebulir hangat kembali turun. Tangannya meraba catatan itu dengan penuh arti.

"Apapun yang sengaja diambil mengharuskanku untuk melepasnya, mungkin kebanyakan orang berkata bahwa Tuhan akan mengganti kehadiranmu. Tapi, bila aku tak ingin bagaimana? Aku masih dengan perasaan yang sama" lirih gadis cantik itu

Sudah satu tahun lamanya, kepergian Axel sangat berpengaruh bagi Faranisa. Gadis cantik itu semakin menjaga jarak antara dirinya dengan pria lain. Suara merdu keluar dari pita suara gadis itu, entahlah. Ia hanya ingin melampiaskan semua perasaannya, lewat sebuah lagu yang dinyayikan saat ini.

🎶Entah di mana dirimu berada
Hampa terasa
hidupku tanpa dirimu🎶

Satu tahun, waktu yang cukup lama bukan? Kehilangan seseorang yang sangat dicintai, bukanlah hal yang mudah. Walau dirinya tak ada di sisi lagi, tetap saja bayangannya selalu hadir. Hampa, sesak, pedih. Semua perasaan itu dirasakan dalam satu waktu.

🎶Apakah di sana kau rindukan aku
Seperti diriku yang selalu merindukanmu
Selalu merindukanmu🎶

Rindu ini menagih jumpa, tubuh ini menagih peluk hangat dari tubuh yang sangat dirindukan. Mata ini menagih tatapan sendu dari seorang yang selalu dicintainya.

🎶Tak bisa aku ingkari
Engkaulah satu satunya
Yang bisa membuat jiwaku
Yang pernah mati menjadi berarti🎶

Walau musim berganti, perasaan tetap tertuju pada satu hati. Diri ini pernah menyerah pada hidup, diri ini pernah ingin mengakhiri dunia. Tapi, ada satu orang yang membuka pikiranku. Ada satu orang yang menyemangati, ada satu orang yang selalu menemani, ada satu orang yang selalu memberikan hal konyol agar senyum mengembang. Dia, seorang lelaki yang selalu aku nanti kehadirannya. Yang selalu aku nanti agar kembali. Dia, Axel Adrian Elvano.

Unexpected Cold HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang