28 ~ He Returns

34 7 73
                                    

   Faranisa membuka kulkas, mengambil es krim yang sudah Michael beli di freezer. Memang, kalau sudah kesal seperti ini, bawaannya pasti memakan sesuatu yang manis. Membawa es krim dan sebatang cokelat ke ruang tamu, menyalakan televisi dan sibuk sendiri. Itulah yang Faranisa lakukan. Saat sedang asyik dengan dunianya sendiri, sebuah pesan muncul di ponsel gadis itu

Tiang
Far, gue udah nyampe

17.00

Tiang
Mbak, jangan diread doang dong

17.01

Tiang
Lah si beruang madu ngamuk

17.05

Tiang
Bodo! Gue ngambek

17.06

Tiang
Y!

17.06

Faranisa menghela nafasnya, ia tak mengerti akan sikap Axel. Entah karena sudah berpacaran, Axel menunjukkan sifat aslinya. Atau mungkin, satu saraf otak lelaki itu terputus. Faranisa melemparkan ponselnya sembarangan, untung saja ponsel tersebut masih berada di sofa

"Kapan sampainya Mah?"

"Tiga puluh menit lagi"

"Hati-hati Mah"

"Iyaa"

Panggilan diakhiri.

Faranisa menoleh ke arah Michael, lelaki itu keluar dari kamarnya. Perbincangan di telepon antara kakak lelakinya dan seseorang di seberang sana terdengar ke telinganya, membuat Faranisa ingin tahu

"Kak, siapa yang ditelepon?"

"Mamah"

"Oh.."

"Mereka mau ke sini, bantu gue masak ya"

"Wih, serius?"

"Yoi"

"Ayo Kak!"

Faranisa dan Michael berjalan ke arah dapur, mengeluarkan beberapa bahan makanan dari kulkas yang sudah dibeli tadi. Michael memotong buah-buahan dan sayuran, sementara Faranisa yang memasak nasi goreng, seafood dan semacamnya. Michael dan Faranisa sibuk menyiapkan hidangan untuk keluarganya.

Dua puluh menit berlalu, beberapa hidangan sudah siap. Faranisa menatanya di meja makan dengan rapih, ia sudah tidak sabar untuk bertemu keluarganya. Apalagi bertemu dengan sang ayah, yang selalu sibuk dengan urusan kantor. Sampai-sampai, mereka hanya bertemu enam atau tujuh kali dalam satu tahun

"Lo mandi gih, bau terasi" ledek Michael

"Eh! Masak terasi aja nggak, ngaco"

"Intinya lo mandi sana, siap-siap. Bau tau"

"Lah lo lebih parah"

"Gue otw mandi"

Faranisa mengangkat kedua bahu acuh tak acuh, berjalan ke arah kamar mandi.

Setelah sepuluh menit berlalu, baik Michael ataupun Faranisa sudah siap menanti kedatangan keluarga mereka. Kakak beradik itu terduduk di sofa panjang

  Ting.. Tong..

Mendengar bel berbunyi, Faranisa segera bangkit dari duduknya, berlari kecil menuju pintu apartemen. Membukanya perlahan, dan

"Papah!" seru Faranisa, memeluk sang ayah dengan erat

Unexpected Cold HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang