Faranisa dan Axel kini berada di roof top sekolah, tempat yang menurutnya paling nyaman untuk menikmati indahnya hari. Setelah Reynand dan Devan berlari meninggalkan kantin, Axel dan Faranisa pun ikut meninggalkan kantin
"Gue mempercantik diri doang anjir, gue gak sinting. Sumpah" ucap Gavin
Reynand dan Devan saling bertatap. "Ihh sinting!" jerit keduanya, berlari meninggalkan kantin
"Kak Axel?" tanya Faranisa
"Gavin, gue sama Fara udah kenyang. Gue tinggal ya" pamit Axel, menarik pergelangan tangan Faranisa
"Misel ada perlu sama gue hehe" lanjut Reynand, "Dah, Gavin"
"Gue mau kencan berdua sama Victoria. Gue pamit Bro"
"Yah, Dedek ditinggal" cemberut Gavin
Teman-temannya menghilang satu per satu, meninggalkan kantin dan dirinya seorang. Gavin terus berpikir, mengapa mereka? Apakah Gavin salah bercerita? Sejujurnya, Gavin tidaklah sinting. Hanya, satu saraf di otaknya terputus.
Axel dan Faranisa saling terdiam, menghirup udara sejuk. Namun, tiba-tiba saja Faranisa tertawa mengingat kejadian di kantin. Ia merasa sedikit bersalah pada Gavin karena meninggalkan kakak kelasnya itu seorang diri, namun dirinya benar-benar takut akan tingkah Gavin
"Haha, anjir gak kebayang" tawa renyah Faranisa
Axel menoleh ke arah gadis yang ada di sampingnya, "Ternyata virus Gavin nular ke lo, bukan ke gue"
"Gue keinget Kak Gavin, sumpah lawak banget"
"Receh banget sih"
"Ih lucu sumpah! Seisi kantin pada ngeliatin, apalagi Kak Reynand sama Kak Devan larinya kayak dikejar anjing"
"Gue baru pertama kali punya temen sinting banget, kayak Gavin"
"Lah apalagi gue"
"Udahan ketawanya dong"
Faranisa mengernyitkan dahi, "Kenapa emang?"
Axel terdiam.
"Kenapa Kak?"
"Gue gak tahan, lo manis banget"
Blush. Pipi Faranisa memerah karenanya
"Aduh, gemes deh"
Axel mencubit pipi Faranisa yang sudah memerah, layaknya kepiting rebus. Namun, cubitan itu sangat keras. Membuat Faranisa meringis. Apalagi, warna pipinya bertambah merah
"Sakit Kak!"
Axel tetap mencubitnya, memutar-mutar pipi Faranisa. Menurutnya ini hal baru yang menyenangkan, seperti sedang bermain dengan squishy yang bisa berubah warna. Dari warna putih, menjadi merah merona
"Ih Kak! Sakit!"
Faranisa mencubit pergelangan tangan Axel dengan kencang, membuat lelaki itu kesakitan. Namun, tak sebanding dengan rasa gemasnya pada pipi gadis itu. Axel masa bodoh dengan cubitan Faranisa, ia mencubit pipi Faranisa lagi lalu beralih ke rambut gadis itu. Axel mengacak-acak rambut Faranisa hingga berantakan
"Kak! Ngeselin banget sih lo!" sentak Faranisa
"Bodo amat"
"Ih!"
Panggilan kepada seluruh bendahara satu dan dua dari kelas sepuluh, sebelas dan dua belas harap berkumpul di depan ruang tata usaha dengan segera, terima kasih.
Suara dari ruang tata usaha yang menggelegar, membuat Axel menghentikan ulahnya. Axel berdiri dari duduknya
"Ayo"
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Cold Heart
Romance"Don't judge a book by the cover, and don't judge a book by the first page." Axel, lelaki yang memiliki wajah di atas rata-rata, tinggi semampai, periang, dan baik hati. Tetapi, semua itu menjadi berubah dikarenakan masa lalu percintaan yang kelam...