34 ~ Why?

16 6 15
                                    

   Jum'at, 13 Februari.

Sudah satu minggu berlalu, hubungan Axel dan Faranisa berjalan baik. Tetapi, satu pertanyaan dibenak Axel. Mengapa hari ini ia tak bertemu Faranisa? Tidak. Bukan hari ini. Melainkan minggu ini. Hubungan keduanya memang berjalan baik, tak ada masalah serius yang muncul satu sama lain. Namun, minggu-minggu ini Faranisa terlihat menjauhi Axel. Axel sempat menanyai pada Faranisa, mengapa gadis itu? Apakah Axel mempunyai salah? Axel selalu bertanya pada diri sendiri, meneliti hari-hari yang ia lalui, tetap saja dirinya merasa tak bersalah. Apakah karena dirinya sering terlihat mengesalkan? Faranisa memang kesal, tapi hanya sementara. Bahkan sejak pagi, Axel sudah menunggu tepat di kelas XI IPA 2, apalagi jika bukan menunggu kedatangan Faranisa. Dan, Faranisa justru memilih untuk menghindari lelaki itu dengan alasan pergi ke toilet. Oleh karenanya, sepulang sekolah, Axel bergegas menuju kelas XII IPA 2, lagi. Axel melihat di kelas itu, Faranisa yang sedang memasukkan buku-buku pelajarannya ke dalam tas

"Woy Kak, nunggu si Fara?" tanya Ferdi

"Iya"

"Pacaran terus lo, gak capek apa?"

"Sewot terus lo, gak capek apa?"

"Tau ah, gue duluan"

Aneh. Batin Axel

Axel mengangkat kedua bahunya acuh tak acuh, kelas tersebut sudah sepi, yang tersisa hanyalah Faranisa dan kedua sahabatnya. Victoria dan Misella. Axel berjalan masuk ke dalam kelas XII IPA 2

"Far, Kak Axel tuh" beri tahu Misella

Faranisa menatap Axel sekilas, lalu membuang mukanya

"Kita duluan ya, babay" pamit Victoria

Victoria dan Misella beranjak pergi dari kelasnya, baiklah, kini hanya ada sepasang kekasih di kelas tersebut

"Beruang madu pulang sama siapa?"

"Sendiri aja, Kak"

"Fara duluan" pamit Faranisa, berniat meninggalkan lelaki di hadapannya

Axel segera mencekal tangan Faranisa, membuat langkah gadis itu terhenti

"Apa Kak?"

"Kenapa ngehindar? Aku ada salah?"

"Gak tau, dah lah, buru-buru"

"Tapi, Far-"

"Kak, Fara buru-buru"

"Setidaknya jelasin"

"Nanti, bisa gak lepas tangan aku?"

Axel melepas genggamannya, membiarkan Faranisa pergi meninggalkannya

Fara, gue salah apa? Batin Axel

Raut wajah Axel berubah, benar-benar datar. Bahkan, ketika ada seorang guru yang lewat di sebelahnya, Axel tidak mengacuhkannya. Tetap berjalan lurus. Ia tak bisa berkonsentrasi, mengapa Faranisa benar-benar berubah. Bila Axel mempunyai salah, setidaknya jelaskan. Bukan menghindar.

Setibanya di tempat parkir, Axel segera memakai helm full face nya dan menunggai motor ninja merah itu. Mengendarainya hingga ke tempat tujuan, pulang. Axel ingin segera membaringkan dirinya, hari ini sungguh lelah dan mengesalkan. Masuk ke dalam rumah tersebut, dengan wajah yang tetap saja datar.

"Axel, udah pulang Nak?" tanya Deolinda yang baru saja menuruni tangga

"Gak kerja Mah?"

"Kantor diliburin sama Papah kamu"

"Oh"

"Kenapa sih? Kusut banget muka anak Mamah"

Deolinda menghampiri putranya yang sudah terduduk lesu di sofa ruang keluarga, duduk di sebelahnya dan mengusap lembut rambut putra tampannya

Unexpected Cold HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang